Masalah demi masalah nampaknya belum mau lepas dari biduk rumah tangga Manchester United. Selain performa mereka yang cukup jeblok dalam empat pertandingan terakhir, mereka juga diterpa isu akan ditinggal para pemain terbaiknya. Satu per satu pemain diisukan pindah. Ander Herrera, David De Gea, dan Paul Pogba, adalah tiga pilar yang diisukan akan hengkang.

Masalah lainnya adalah penunjukkan direktur olahraga yang sampai saat ini belum menemui titik terang. Setan Merah masih dalam tahap audisi dan mencari nama-nama yang mereka anggap sesuai dan paham akan seluk beluk klub ini.

Untuk sektor direktur olahraga, United memang belum pernah memiliki jabatan ini dalam struktur kepengurusan mereka sepanjang sejarah. Sebelumnya, tugas ini kerap diemban oleh manajer yang dibantu oleh para CEO mereka. Ketika Setan Merah mulai ditinggal orang-orang hebat seperti Sir Alex Ferguson, David Gill, dan Martin Edwards, barulah United merasa mereka butuh seorang direktur olahraga. Apalagi setelah transfer yang mereka lakukan kerap tidak memberikan perkembangan berarti bagi perjalanan klub dalam enam musim terakhir.

Namun hingga saat ini, belum jelas siapa yang akan ditunjuk mengisi peran baru tersebut. Manajemen United masih kesulitan apakah memilih orang luar atau mencari orang dalam yang paham filosofi dari klub ini. Kandidatnya sudah ada. Paul Mitchell adalah salah satu calon kuat yang mewakili orang luar klub. Sementara Nicky Butt dan Marcel Bout mewakili kandidat dari internal klub.

Peran direktur sepakbola memang tidak main-main. Orang ini harus bisa menjadi jembatan antara manajemen klub dengan tim kepelatihan. Terutama dalam urusan jual beli pemain dan kontrak para pemain yang sudah mendekati masa akhir. Kesuksesan tim di beberapa kompetisi nantinya tidak lepas dari peran seorang direktur olahraga. Hal itulah yang dilakukan oleh kedua rival Manchester United, Liverpool dan Manchester City.

United sudah pasti membenci dua kesebelasan ini. Namun tidak ada salahnya untuk mengintip bagaimana resep mereka bisa mencari seorang direktur olahraga yang begitu kapabel. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan United pasca Fergie pensiun.

Michael Edwards, Sosok di Balik Kebangkitan Liverpool

Liverpool memang belum pernah menjuarai liga Inggris sejak 1990. Namun pada musim ini, mereka memberi sinyal kalau mereka siap buka puasa jika Tuhan berkehendak. Mereka untuk sementara berada di puncak klasemen dan masih berpeluang melangkah jauh di Liga Champions.

Bangkitnya performa Liverpool tidak hanya karena peran Jurgen Klopp seorang. Di belakang Klopp ada Michael Edwards sang direktur olahraga mereka. Edwards sama seperti Ed Woodward yaitu orang lama di klubnya masing-masing. Namun yang membedakan adalah Edwards datang dari latar belakang sebagai kepala bidang analisis dan performa tim sehingga memudahkan dia untuk menilai apakah pemain ini tepat atau tidak bagi Liverpool.

Dalam tulisan berjudul Michael Edwards: the innovatice sporting director giving Liverpool an edge in the market, The Times menyebut kalau United sebaiknya mulai iri kepada rivalnya tersebut. Hal ini karena kesuksesan sosok Edwards yang bisa mendatangkan pemain dengan tepat. Tidak seperti United yang hanya melakukan tambal sulam dan membuat tim memiliki banyak pemain yang didatangkan dari era pelatih yang berbeda.

Dalam skuad Liverpool saat ini, hanya ada sembilan pemain yang bukan rekrutan Edwards. Apabila melihat starting eleven mereka, hanya Jordan Henderson saja pemain yang bukan berasal dari rekomendasi Edwards.

Selain itu, kebijakan transfer yang dibuat Edwards terbilang sangat jitu. Ia berani menjual Philipe Coutinho yang sudah tidak kerasan di Anfield dengan harga tinggi. Uang tersebut kemudian ia putar lagi dengan membeli Virgil Van Dijk dan Alisson, dua pemain kunci mereka musim ini. Naby Keita bahkan sudah direkrut sebelum musim 2018/19 berjalan.

Tidak hanya itu, Edwards juga memberikan gertakan kepada para kesebelasan yang meminati para pemain mereka. Jika Barcelona menginginkan pemain mereka sebelum tahun 2020, maka mereka diharuskan membayar 100 juta paun. Saat mereka merekrut Roberto Firmino dari Hoffenheim, Liverpool memasukkan klausul “anti-Arsenal” sebagai balasan dari upaya tim London tersebut ketika mencoba mendekati Luis Suarez.

Edwards tidak akan membeli pemain apabila pelatih Liverpool tidak menginginkannya. Selain itu, manajemen mereka yaitu Fenway Sports Group (FSG) mempunyai hak untuk berkata tidak. Jadi, jika manajer ingin mendatangkan pemain, namun FSG tidak bisa membayarnya, maka keputusan ada di tangan Edwards. Apabila pemain tersebut ternyata gagal, maka tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan Edwards.

Kerja Hebat Txiki Begiristain di Manchester City

Sejak diambil alih oleh keluarga Uni Emirat Arab, Manchester City sudah memenangi dua hal yaitu sepakbola dan bisnis. Itu semua didapat dari struktur manajemen yang diisi oleh orang-orang yang busa bekerja dengan baik. Salah satunya adalah Txiki Begiristain sebagai direktur olahraga.

Kedatangannya sempat dianggap menggangu oleh Roberto Mancini, karena membuat dirinya tidak leluasa bergerak di bidang transfer. Mancini bahkan dipecat oleh Txiki karena dianggap gagal membeli pemain bagus di bursa transfer musim panas 2012. Salah satunya adalah kehilangan kesempatan membeli Robin Van Persie.

Namun seiring berjalannya waktu, kinerja Txiki membuat The Cityzens perlahan-lahan mulai mengambil alih sebagai tim elit di kompetisi Premier League dalam tujuh musim terakhir. Caranya adalah dengan membeli pemain-pemain hebat tiap musimnya. Selepas era Mancini, Txiki mendatangi Pellegrini dan memberikan Fernandinho, Martin Demichelis, Alvaro Negredo, dan Stevan Jovetic. Beberapa musim kemudian, Txiki membeli Raheem Sterling dan Kevin De Bruyne.

Keberadaan Txiki membuat mereka bisa mendatangkan pelatih sekaliber Pep Guardiola. Kolaborasi mereka plus Ferran Soriano semakin mengukuhkan kehebatan klub ini. Pemain yang tidak disukai Guardiola langsung dilepas. Termasuk Joe Hart yang sudah melekat sebagai legenda City. Sebagai gantinya, Txiki mendatangkan Ederson, Benjamin Mendy, Kyle Walker, Danilo, Aymeric Laporte, Bernardo Silva, dan John Stones. Nama-nama ini yang membawa City memenangi liga dengan 100 poin pada musim lalu.

Pep Guardiola pernah berkata kalau City memang tidak punya sejarah seperti Real Madrid, Barcelona, atau bahkan Manchester United. Namun, bukan berarti mereka tidak layak untuk membuat sejarah mereka sendiri. Kehadiran Txiki Begiristain menjadi bukti bahwa mereka akan membangun sejarah tersebut untuk masa depan mereka. Lantas, bagaimana dengan United? Apakah mereka tidak ingin membuat sejarah baru di masa depan alih-alih membanggakan sejarah masa lalu yang terus-terusan dibanggakan oleh para pendukungnya?