It’s Carrick, you know

It’s hard to believe He’s not Scholes. It’s Carrick

Itulah salah satu chant yang terkenal dari seorang Michael Carrick. Chant tersebut diambil dari salah satu lagu milik band lawas 1970-an, Pilot, yang berjudul Magic. Salah satu yang membuat Chant ini menjadi salah satu nyanyian terbaik dari Manchester United adalah liriknya yang menunjukkan perasaan penggemar United yang sulit mempercayai kontribusi Carrick yang begitu berpengaruh sebesar pengaruh Paul Scholes.

Melihat Michael Carrick layaknya melihat seorang David Beckham yang berbeda posisi. Atribut bermainnya terbilang pas-pasan tapi perannya sangat dibutuhkan. Kaki kiri Michael Carrick layaknya kaki kiri Antonio Valencia yang fungsinya hanya sebagai pelengkap, badannya pun tidak terlalu besar dan kerap kalah berduel fisik. Begitu juga kepalanya yang hanya sesekali menyundul bola.

Akan tetapi, seperti lirik dari Chant yang dimiliki, Michael Carrick adalah pemain yang kontribusinya sulit dipercaya. Hanya dengan satu kelebihan yaitu umpan-umpan akuratnya, Carrick bertahan selama 12 musim dan mengumpulkan 464 pertandingan serta berkontribusi dalam 51 gol United.

Kita kerap dibuat tidak percaya dengan cara mengumpan Carrick. Arahnya bisa begitu mengejutkan dan hanya orang yang tepat saja yang bisa merasakan servis pemain 36 tahun ini. Masih ingatkah kita ketika Carrick melepaskan bola langsung ke kepala Javier Hernandez ketika melawan Chelsea 2013 lalu. Atau umpan diagonal ke arah Nani dalam laga Piala FA melawan Arsenal. Semuanya berawal dari situasi yang terbilang tidak mungkin untuk melepaskan umpan dan hanya Carrick yang bisa melakukan itu.

Banyak yang menyebut kalau Carrick memiliki indra keenam. Entah benar atau tidak tetapi kita dibuat seolah-olah percaya kalau Carrick dianugerahi kemampuan tersebut. Ia bisa mengetahui akan diberikan ke siapa bola tersebut bahkan sebelum sampai ke kaki Carrick sendiri.

Cara mencetak gol Carrick pun membuat kita geleng-geleng kepala. Tidak pernah kita melihat Carrick mencetak gol layaknya Paul Scholes atau bahkan juniornya Darron Gibson yang menggunakan power. Mayoritas golnya memang lahir dari luar kotak penalti, tetapi kebanyakan dibuat melalui kaki bagian dalam yang biasanya akan digunakan untuk mengumpan bola.

Akurasi adalah poin penting dari permainan Michael Carrick. Tendangannya boleh saja pelan tetapi arahnya kerap tidak bisa ditebak penjaga gawang. Umpannya terasa biasa saja tetapi tidak sedikit umpan yang biasa tersebut menjadi karya yang luar biasa. Bahkan, kepalanya pun memberikan akurasi yang sulit dijangkau kiper sekelas Hugo Lloris saat keduanya bertemu 2015 lalu.

Inside United edisi September 2009 pernah membahas enam faktor yang membuat Carrick menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia. Diantaranya ada visi, napas, pengambilan keputusan, ketenangan, nyali, dan terakhir adalah eksekusi. Aspek terakhir adalah yang paling vital mengingat Carrick bisa mengoper baik ketika posisinya statis maupun saat sedang berlari.

“Menjadi pengumpan andal itu sulit. Karena, ketika berada di situasi pertandingan yang sesungguhnya anda lebih membutuhkan naluri. Anda punya waktu sepersekian detik saja untuk memutuskan apa yang harus dilakukan,” tuturnya.

Hidup Carrick berjalan indah di Manchester. Bersama United, ia mengumpulkan 18 gelar termasuk 5 Premier League dan satu Liga Champions. Namanya menjadi legenda dan masuk sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Setan Merah bersanding dengan Paul Scholes, Paddy Crerand, Bryan Robson, dan para pemain lainnya.

Sayangnya, semua keringat dan umpan-umpan tepat sasaran yang sudah dikeluarkan Carrick sepanjang 12 musim di Manchester seolah tidak berguna di tim nasional. Tenaganya kerap tidak dibutuhkan. Ia selalu dipandang sebagai pemain yang layak masuk daftar tunggu alih-alih sebagai poros di lini tengah tim Tiga Singa. Jumlah penampilan di tim nasionalnya bahkan masih kalah dari Danny Welbeck, pemain yang lebih banyak mengalami cedera ketimbang Carrick.

Semua kontribusi tersebut membuat nama Carrick begitu diagungkan di kota Manchester. Namun, sejatinya ia adalah seorang Geordie yang merupakan penggemar klub sepakbola Newcastle United. Video masa kecil Carrick kerap menunjukkan kamarnya yang dipenuhi pernak-pernik Newcastle.

Ia pernah menghadapi situasi dilematis saban bertemu klub kesayangannya. Pada 2008, ia begitu sedih saat United, klub yang dibelanya mengalahkan Newcastle 6-0. “Sebagai seorang Geordie, hasil tersebut sangat menyakitkan. Tetapi, saya adalah pemain Manchester United.”

Carrick adalah satu dari sembilan Geordie yang tidak pernah bermain untuk Newcastle United. The Magpies sebenarnya pernah ingin merekrut Carrick musim panas 2015 lalu. Akan tetapi, ia menolak tawaran klub masa kecilnya tersebut karena sudah berjanji kalaupun harus pindah dari United maka pilihannya adalah klub luar Inggris atau pensiun. Dan akhirnya, pada 2018 ia menjatuhkan pilihannya untuk pensiun.

Pada akhirnya, usia dan masalah jantung membuat Carrick memilih untuk mengakhiri karier sepakbolanya. Sekarang, tugas Carrick adalah memberikan pemikiran-pemikiran taktik yang akurat kepada Jose Mourinho seakurat umpan-umpan yang sudah dilakukan kakinya selama bertahun-tahun. Bukan tidak mungkin di masa depan Carrick akan menjadi salah satu manajer terbaik di sepakbola dunia yang membuat kita kembali berdecak kagum penuh rasa tidak percaya.