Terakhir kali Manchester United gagal lolos ke Liga Champions pada musim 2019/2020, mereka merekrut pemain dari Leicester City, Crystal Palace, dan Swansea. Dan di situasi yang sama sebelumnya (2016/2017), United merekrut pemain dari Paris Saint-Germain, Juventus, Borussia Dortmund dan Villarreal.
Dua hal ini memang menunjukkan sebuah perbedaan ambisi antara manajer Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer dalam bursa transfer. Meskipun di satu sisi kedua pelatih ini sama-sama gagal membawa United menuju kejayaannya. Dan memang pihak klub sendiri agak kurang memfasilitasi transfer Setan Merah ketika mereka berusaha untuk merekrut pemain yang tepat.
Di tahun 2019, Harry Maguire menjadi rekrutan United yang dibanderol dengan harga paling mahal 80 juta paun. Namun ia tidak menampilkan performa yang sejalan dengan harganya, dan tiga tahun kemudian, ia menjalani musim yang buruk sekalipun ia diplot sebagai kapten. Saat ini ia bahkan dinilai sebagai “bek pelawak” oleh sebagian pihak yang menilai performanya.
Di tahun yang sama dengan perekrutan Maguire, Daniel James juga tiba di Old Trafford dari Swansea. Tapi sekali lagi, pemain satu ini kurang tampil baik dan akhirnya hijrah ke Leeds United di musim ini. Kemudian ada Aaron Wan-Bissaka yang juga datang dengan harga mahal yakni 45 juta paun. Dan ia merupakan pemain pengisi pos bek kanan United hingga sekarang.
Mungkin dapat disimpulkan tahun 2019 United adalah tahun di mana Solskjaer berambisi merekrut pemain muda potensial domestik untuk visi jangka panjang. Hanya saja sayang hasilnya tidak sama dengan kualitas yang diperlukan oleh tim. Parahnya lagi tidak ada prestasi dan trofi yang dihasilkan dari ambisi tersebut kecuali cuma berhasil menduduki posisi dua di klasemen Premier League tahun 2020.
Berbeda dengan 2016, United melakukan belanja besar-besaran dan menghasilkan raihan trofi bersama pemain rekrutannya. Walaupun mesti diakui Jose Mourinho waktu itu sama sekali tidak membawa perbaikan di liga domestik. United justru bercokol di peringkat enam klasemen. Namun mereka berhasil meraih Piala Liga dan Europa League di akhir musim.
Beberapa nama bintang pun sempat mengisi skuat Manchester United waktu itu. Sebut saja seperti Zlatan Ibrahimovic yang tiba dengan status bebas transfer dari Paris Saint-Germain. Ia terbilang sukses mengisi pos striker dan cenderung mampu meningkatkan standar permainan menyerang United.
Lalu ada Paul Pogba yang datang dengan rekor biaya transfer dunia kala itu. Ya meskipun selama enam tahun ini ia kebanyakan dikritik karena sering tampil mengecewakan. Tapi terlepas dari itu, ada fakta yang tak bisa dibantah bahwa United mampu mengontraknya ketika mereka keluar dari Liga Champions di musim sebelumnya.
Dua pemain lainnya yang direkrut United di tahun 2016 adalah Eric Bailly dan Henrikh Mkhitaryan. Sampai saat ini Bailly masih di United, tetapi cedera telah merusak posisinya sebagai pemain regular di tim utama. Sedangkan Mkhitaryan sempat memiliki rekor yang cukup baik dengan13 gol dalam 63 pertandingan sebelum akhirnya pindah ke Arsenal.
Itu berarti cerita bursa transfer tahun 2016 bisa dianggap sedikit sukses dan bisa jadi contoh konkrit untuk membenahi keadaan United saat ini. Apalagi peluang mereka untuk bisa berkompetisi di Liga Champions musim depan sangatlah tipis. Terutama setelah Arsenal berhasil menang atas Aston Villa akhir pekan lalu.
Pasukan The Red Devils sekarang tertinggal empat poin dari tim Mikel Arteta, dan The Gunners masih memiliki satu pertandingan sisa di tangan mereka. Situasi ini makin mempersulit dan menambah beban United. Apalagi mengingat mereka perlu meraih hasil sempurna di sisa musim ini, yang salah satunya adalah mengalahkan Arsenal di Emirates pada bulan depan.
Selain masalah barusan, setidaknya ada empat pemain United juga kemungkinan akan pergi lantaran kontrak mereka akan berakhir di akhir musim ini. Dan merekrut pemain baru sebagai pengganti mereka semua secara umum akan lebih sulit dilakukan ketika klub sedang tidak berkompetisi di Liga Champions.
Maka di sinilah fungsi mengingat cerita bursa transfer 2016. Karena Manchester United bisa membuktikan bahwa pemain elit pernah berhasil direkrutnya, dan inilah yang memang harus dilakukan mereka sekali lagi. Gagasan “merekrut pemain untuk visi jangka panjang” tahun 2019 yang dicanangkan Solskjaer sudah usang. Bahkan gagasan itu sulit dilakukan dalam situasi seperti ini.
Oleh sebab itu, gagasan yang harus dijalankan United sekarang adalah gagasan mereka di enam tahun lalu. Siapa pun manajer baru yang datang, ia perlu menjalankan gagasan tersebut. Perlu diingat juga bahwa tahun depan (2023) akan menandai satu dekade United tanpa gelar Premier League. Maka merekrut pemain seperti di tahun 2016 harus jadi pemutus mata rantai tren buruk tersebut.