Musim lalu, Kobbie Mainoo mulai mendapatkan kepercayaan untuk mengawal lini tengah Manchester United. Karena kesempatan itu pula, ia mendapatkan tempat di skuad timnas Inggris di Piala Eropa 2024.
Dari Mainoo kita belajar bahwa pemain muda akan perform kalau diberi kesempatan. Hal yang sama juga dirasakan oleh Marcus Rashford juga Mason Greenwood. Mereka bisa menjadi pemain bagus seperti sekarang ini, karena mendapatkan kesempatan main di tim utama.
Untungnya, Erik ten Hag amat terbiasa mengelola pemain muda. Pengalamannya di Ajax Amsterdam jadi bukti. Sejumlah pemain muda menanjak kariernya; mulai dari Matthijs de Ligt sampai Frenkie de Jong.
Hal ini jelas menjadi kabar baik buat para pemain di Akademi Manchester United. Sejak menginjakkan kaki di Manchester, Ten Hag mulai mempercayakan para pemain muda. Alejandro Garnacho juga merasakan dampaknya. Musim lalu, ia menjadi andalan di sisi kiri penyerangan United. Padahal, Garnacho, baru naik ke tim utama semusim sebelumnya.
Musim 2023/2024 lalu, Ten Hag memainkan sejumlah pemain muda di tur pramusim. Salah satunya Mainoo yang mendapatkan pujian dari para penggemar United. Karena penampilan bagus di pramusim itu, Mainoo pun kian diandalkan di tim utama.
Hal serupa juga dirasakan Hannibal Mejbri sebelum dipinjamkan ke Sevilla pada pertengahan musim. Selama setengah musim di United, ia mencatatkan total bermain di 10 laga.
Di akhir-akhir musim, Ten Hag mempromosikan Willy Kambwala. Ia bahkan menjadi starter di tiga laga Premier League. Total, Kambwala mencatatkan 10 laga bersama The Red Devils.
Semangat untuk Akademi United
Kepala Akademi United, Nick Cox, dipuji karena pekerjaannya bersama tim muda sejak musim panas 2019. Mantan Kepala Akademi Watford dan Sheffield United ini, dianggap berjasa terhadap perubahan besar di akademi United.
Di musim 2024/2025 ini, Ten Hag kembali membawa sejumlah pemain muda dalam tur pramusim United ke Amerika Serikat. Toby Collyer dan Harry Amass tampil impresif setiap kali diturunkan.
Lewat Mainoo, Ten Hag menunjukkan kalau ia tak takut untuk memainkan pemain muda yang tampil bagus. Ini pun menjadi pertanda bagus bagi Collyer dan Amass jelang musim baru ini. Meski, kalaupun mereka tak naik ke tim utama, perkembangan mereka terbilang menjanjikan.
United mesti meniru Manchester City yang bukan cuma bisa membeli pemain mahal, tapi menjual dengan mahal pula. Yang terbaru, Julian Alvarez dijual ke Atletico Madrid senilai 90 juta euro. Sebagai informasi, City membeli Alvarez dari River Plate hanya senilai 14 juta paun.
Kian bagusnya perkembangan para pemain akademi, membuat United bisa mulai berbisnis. Andai ada tawaran yang masuk akal, menjual pemain bisa mendatangkan profit buat United.
Profit ini menjadi penting karena United harus mengikuti Profitability and Sutainability Rules yang dibuat oleh Premier League. Setiap keuntungan yang didapatkan akan berpengaruh pada catatan keuangan, salah satunya agar tidak melanggar FFP. Keuntungan juga dibutuhkan untuk pembangunan stadion baru maupun transfer pemain.
Bagi United, ini adalah kemenangan bagi mereka dalam hal peningkatan akademi. Klub tersebut menghasilkan pemain yang dapat masuk ke tim utama dan mengurangi kebutuhan transfer pemain, atau mereka dapat menjualnya untuk mendapatkan keuntungan murni guna meningkatkan keuangan mereka.