Ferguson kagum dengan konsistennya tim Bielsa yang bisa menyerang konsisten. Foto: Footballleague world

Berakhirnya sebuah penantian! Mungkin itu kalimat yang tepat jika ingin menyimpulkan musim 2019/2020 hanya dalam satu kalimat. Di Inggris, penantian beberapa kesebelasan berakhir pada musim ini. Liverpool adalah tim pertama yang merasakannya. Setelah 30 tahun tidak pernah merasakan nikmatnya menjadi juara liga, pekan ini mereka akan merasakan apa itu nikmatnya mengangkat trofi Premier League.

Berikutnya adalah Leeds United. Kekalahan West Bromwich dari Huddersfield, dan Brentford atas Stoke City, memastikan mereka meraih tiket promosi ke Premier League. Sama seperti Liverpool, mereka juga mengakhiri penantian panjang mengingat sudah 16 musim mereka hanya berkutat di level bawah.

Promosinya Leeds begitu spesial mengingat tim ini pernah besar pada akhir 90 hingga awal 2000-an. Mereka pernah melangkah hingga semifinal Liga Champions pada 2001 dan beberapa kali menyelesaikan kompetisi di lima besar. Yang paling spesial dari tim ini adalah kemampuan mereka mencetak pemain hebat. Rio Ferdinand, James Milner, Paul Robinson, Mark Viduka, Harry Kewell, dan Ian Harte adalah beberapa nama yang bersinar bersama The Whites.

Jika ada satu sosok yang pantas dianggap sebagai pahlawan Leeds, maka orang itu adalah Marcelo Bielsa. ‘Si Gila’, julukannya, mampu membuat tim yang sempat kehilangan harapan ini akhirnya mampu kembali ke kompetisi tertinggi hanya dalam dua musim kepelatihannya. Butuh jalan yang panjang dan sempat melalui 15 manajer serta lima pemilik, hingga akhirnya mereka menemukan jawaban yaitu Marcelo Bielsa.

“Cara bagaimana sang pelatih mengubah nasib tim ini sungguh luar biasa. Hanya Marcelo Bielsa yang bisa melakukannya,” kata David Madisson yang merupakan Direktur Trinity Leeds United. David kini sedang berupaya untuk membuat nama Marcelo Bielsa menjadi nama sebuah jalan.

Promosinya Leeds sebenarnya bisa dipastikan semusim lebih cepat. Musim lalu, mereka masuk ke babak play off karena finis pada posisi tiga klasemen Championship. Sayangnya, mereka gagal karena kalah dari Derby County di semifinal. Beruntung, ia membalasnya pada musim ini dengan membawa mereka meraih trofi Championship.

Si Gila yang Hobi Menyerang

Satu yang membuat kiprah Bielsa menarik diikuti adalah taktik sepakbola yang ia punya. Filosofinya adalah menyerang, menyerang, dan menyerang. Sepakbola tempo tinggi menjadi ciri khas Bielsa di setiap kesebelasan yang pernah ia latih. Pendekatan ini tidak pernah berubah sejak awal dia berkarier. Hanya ada satu cara untuk menang di sepakbola dan itu adalah dengan bermain menyerang.

“Ketika saya menonton video pertandingan, tujuannya hanya untuk melihat tim itu bermain menyerang, bukannya bertahan. Sepakbola itu sederhana, ketika lawan menguasai bola, seisi tim harus menyerang untuk membuat permainan menjadi lebih dekat ke gawang lawan. Ketika bola di kaki kami, maka kami harus menciptakan ruang untuk improvisasi,” kata Bielsa.

Bielsa adalah orang yang begitu mementingkan detail. Dalam sesi kepelatihannya, ia tidak segan-segan untuk memainkan kombinasi menyerang sebanyak 120 kali dan 120 kali situasi ketika bertahan. Ia juga bisa menghabiskan 300 jam untuk setiap tim yang ia analisis.

“Bahasa Inggris saya tidak begitu lancar, tetapi saya bisa bicara soal 24 klub di Championship ini. Saya bisa tahu berapa menit pemain ini bermain di tiap pertandingannya. Aku tahu berapa lama mereka diam di posisi tertentu,” ujarnya menambahkan. Bahkan ketika tim yang dilawannya baru mengganti pelatih, maka ia akan melihat video pertandingan pelatih lawannya tersebut di tim sebelumnya hingga puluhan pertandingan.

Kasus mata-mata Bielsa ke markas latihan Derby County menunjukkan seberapa gilanya Bielsa akan detail. Sadar kalau masih ada yang kurang dari analisisnya, dia mengirimkan seseorang untuk memata-matai Derby yang ketika itu dilatih Frank Lampard. Selain itu, ia juga tidak segan mendidik para pemainnya dengan metode latihan keras.

Inilah yang membuat Bielsa dianggap sebagai seorang guru oleh beberapa pelatih. Meski tidak punya trofi mentereng, hanya Liga Argentina dan medali emas Olimpiade, banyak yang berguru kepada Bielsa untuk mengambil filosofinya. Pep Guardiola, Mauricio Pochettino, dan Diego Simeone adalah beberapa manajer yang belajar dari pria 64 tahun tersebut. Saat Pep ingin terjun ke dunia pelatih, ia langsung dicekoki 10 ribu majalah tentang sepakbola, film, dan buku dengan tema yang sama.

Marcelo Bielsa dan Sir Alex Ferguson

Saat masa depan Ole Gunnar Solskjaer masih abu-abu sekitar awal 2020 lalu, Marcelo Bielsa disebut sebagai orang yang pantas membangkitkan kembali Manchester United. Alasannya sederhana yaitu filosofi sepakbola menyerang yang ia punya cocok untuk tim seperti United.

“Jika Anda seorang manajer yang sudah bermain dengan gaya tradisional United yang agresif dan ofensif, maka Marcelo Bielsa adalah pilihan pertama saya,” kata pandit talkSPORT, Tony Cascarino. Menurut Tony, ketimbang mengambil Pochettino lebih baik United mengambil gurunya langsung yaitu Bielsa.

United pernah merasakan bentuk dari permainan Bielsa. Hal itu terjadi ketika keduanya bertemu pada 16 besar Liga Europa muim 2011/2012. Dua pertemuan, United selalu kalah yaitu 2-3 dan 1-2. Setan Merah kehilangan keseimbangan ketika melawan Atletic Bilbao asuhan Bielsa. Taktik Ferguson begitu kacau ketika lini tengahnya tidak bisa menguasai bola dengan baik meski memiliki pemain yang bisa mengontrol tempo macam Tom Cleverley dan Wayne Rooney.

Bilbao menekan United nyaris di semua lini. Bahkan, mereka berhasil membuat United tidak bisa masuk ke sepertiga akhir dengan mudah. Bahkan ada anggapan kalau Bielsa memperlihatkan kalau taktik Fergie bersama United sudah usang karena ia tidak mampu untuk keluar dari pressing Bilbao selama 90 menit dalam dua pertandingan.

“Etos kerja mereka fantastis karena mereka bekerja lebih ekstra dari kami. Mereka latihan dua jam dengan satu jam di waktu pagi dan waktu malam, tapi mereka masih bisa main sebagus itu. Saya kagum dengan karyanya karena mereka main sangat baik. Kami benar-benar kalah dalam segalanya. Jika tidak ada De Gea, kami bisa kalah empat sampai lima gol,” kata Fergie saat kalah 2-3 pada leg pertama.

Menarik untuk melihat bagaimana kiprah Bielsa bersama Leeds musim depan. Jika melihat dari gaya bermainnya, tim ini pantas untuk menjadi pengganggu layaknya Wolverhampton atau Sheffield United musim ini. Selain itu, kembalinya Leeds juga menandakan hadirnya kembali Pennines Derby atau juga akrab disapa Roses Rivalry. Menarik untuk dinanti, apakah United era Solskjaer nanti bisa mengatasi permainan atraktif Bielsa? Kita tunggu musim depan.