Kegagalan melangkah ke semifinal menjadikan trofi Liga Europa sebagai gelar terakhir yang diraih oleh Manchester United. Tersingkirnya United dari Barcelona, memastikan mereka mengakhiri dua musim secara beruntun dengan status tanpa gelar. Hal ini patut menjadi bahan evaluasi para petinggi Setan Merah jika mereka tidak ingin melihat timnya terus tertinggal dari para pesaingnya.

Berbeda dibandingkan United, Ajax Amsterdam yang menjadi lawan mereka di Stockholm dua tahun lalu, justru membuat sejarah baru. Untuk pertama kalinya sejak 1997, mereka sukses melaju ke semifinal. Inilah pertama kalinya sejak 2004/2005, ada kesebelasan Eredivisie yang bisa melangkah ke empat besar setelah PSV Eindhoven.

Kesuksesan tersebut tentu saja menampar United. Bagaimana tidak, mereka melakukannya dengan para pemain muda yang seharusnya menjadi filosofi United. Tidak banyak pemain mereka yang masuk dalam kategori kelas dunia. Namun hal itu tidak membuat kekuatan De Godenzonen menciut. Mereka bahkan bermain jauh lebih baik jika dibandingkan dengan United.

Bayern Munich, Real Madrid, dan Juventus, sudah merasakan kekuatan anak asuh Erik Ten Hag. Bahkan dua lawan terakhir yang mereka hadapi, sukses dikalahkan di kandangnya sendiri. Keberhasilan Frenkie De Jong menyingkirkan Cristiano Ronaldo bahkan membuat mantan pemain United tersebut tidak mencicipi babak semifinal sejak 2009/10.

Nasib apes Manchester United semakin terasa ketika melihat dalam skuad mereka ada nama Daley Blind, pemain yang dilepas kembali ke Ajax setelah dianggap tidak punya tempat lagi di Setan Merah. Ajax kemudian memanfaatkan momentum kepulangan Blind dengan membuat video bertajuk ‘Daley’s coming home’ yang merujuk dari slogan kesebelasan Inggris setiap bermain di turnamen internasional yaitu ‘Football’s coming home’.

Pemain yang dianggap gagal di United, kini menjadi salah satu pilar utama di lini belakang Ajax. Memang, ia belum tentu akan sebagus sekarang jika tetap bertahan bersama United. Namun, apa yang ditampilkannya sepanjang musim ini menunjukkan kalau dia bisa menjadi pemain yang berguna apabila diberi kepercayaan.

Ajax adalah klub yang unik. Mereka jarang membeli pemain mahal. Rekrutan musim panas mereka yaitu Blind dan Dusan Tadic hanya memiliki harga 14 dan 11 juta paun saja. Bandingkan dengan United yang menghargai Fred 42 juta paun namun belum memberikan hasil. Selain itu, mereka memilih pemain asli binaan mereka sendiri yang juga punya kualitas seperti Frenkie De Jong dan Mathijs de Ligt. Nama terakhir bahkan sudah menjadi kapten pada usia 19 tahun.

Mereka juga memiliki pemain yang begitu konsisten. Pemain yang penampilannya selalu menanjak tiap musimnya. Dari 14 pemain yang bertanding melawan United pada final Liga Europa, hanya lima yang sudah tidak bermain bersama mereka. Jumlah ini sebenarnya satu pemain lebih sedikit dibanding United. Namun sembilan pemain Ajax yang tersisa semuanya adalah pemain inti musim ini. Bandingkan dengan United yang hanya menyisakan empat pemain inti saja dari skuad yang memenangi piala tersebut.

Kesebelasan bisa menjadi baik jika mereka dikelilingi oleh orang-orang baik. Itulah yang diucapkan oleh kolumnis The Guardian, Barney Ronay, ketika melihat perbedaan yang besar antara United dan Barcelona pada laga kemarin. Inilah yang dilakukan Ajax sehingga tim ini bisa membuat sejarah setelah 21 tahun lamanya.

Mereka dipimpin oleh orang-orang yang paham akan kultur Ajax itu sendiri. Ada Edwin van der Sar yang menjabat sebagai kepala eksekutif klub sejak 18 bulan lalu. Mereka juga ditemani oleh Marc Overmars, yang sudah menjabat sebagai direktur olahraga sejak 2012. Overmars kini sudah diincar oleh Arsenal untuk menjadi direktur mereka.

Ajax memang belum pernah menjadi juara liga sejak 2014. Mereka bahkan tidak pernah lagi meraih titel Eropa sejak keberhasilan 1995 di Vienna. Namun melihat apa yang mereka tunjukkan dalam beberapa tahun terakhir, bukan tidak mungkin gelar Eredivisie hanya tinggal menunggu waktu saja.

“Ajax telah melakukan hal luar biasa untuk mencapai semifinal. Kami benar-benar mengalahkan mereka pada Liga Europa 2015 sehingga menunjukkan seberapa jauh perkembangan mereka. Mereka selalu menjadi klub hebat dengan tradisi besar, saya senang untuk mereka,” kata Solskjaer ketika ia masih menangani Molde.

Tanpa pembelian mahal, Ajax mengalami peningkatan signifikan dan bisa bersaing dengan tim-tim kuat yang liganya lebih tinggi dari mereka. Lalu bagaimana dengan United? Ole Gunnar Solskjaer adalah manajer kelima mereka sejak 2013. Akan tetapi, ia masih memakai pemain peninggalan Sir Alex Ferguson. Sayangnya, warisan Fergie yang menjadi pemain hebat (mungkin) hanya David De Gea.

Sisanya tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Pemain-pemain macam Chris Smalling, Phil Jones, hingga Ashley Young, yang seharusnya sudah matang baik secara usia dan kualitas, ternyata tetap menjadi pemain yang kualitasnya medioker. Hal ini belum diperparah peninggalan Moyes, Van Gaal, dan Mourinho yang bermasalah soal konsistensi permainan.

Ole sudah memberikan sinyal kepada manajemen United untuk meminta tambahan satu sampai dua pemain pada musim panas. Namun yang mengkhawatirkan Ole dan para penggemar United adalah kemungkinan bursa transfer mereka musim depan sama dengan yang terjadi musim paans ini. Manajemen yang bisa mengatur pemain mana saja yang ingin dibeli meski bukan keinginan si pelatih. Sesuatu yang sempat membuat Mourinho jengkel.

United perlu menunjuk direktur olahraga secepatnya jika tenaganya ingin langsung dipakai pada musim panas nanti. Namun jika rencana tersebut belum terealisasi hingga bursa transfer dibuka, maka jangan heran kalau pergerakan United pada bursa transfer akan menemui kendala dan kita akan kembali diberikan pemandangan Marcos Rojo dan Matteo Darmian mendapat kontrak baru.

“Kami tahu ada pekerjaan yang harus dilakukan. Saya mengatakan kalau klub ini tidak akan berubah dalam semalam dan butuh beberapa tahun untuk bisa mencapai tingkat seperti Barcelona dan tim-tim lain saat ini,” kata Ole.

Ole benar. Klub ini masih dalam tahap proses. Proses membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun, dalam mengarungi proses tersebut harus ada perubahan dan mereka bisa mencontoh perjalanan Ajax setelah dikalahkan mereka dua tahun lalu.