Laga Manchester United menghadapi Paris Saint Germain dini hari kemarin, tidak hanya menghasilkan kemenangan bagi tim tamu. Kemenangan juga dirasakan oleh Angel Di Maria. Penyerang sayap asal Argentina tersebut sukses keluar dari tekanan para pendukung United yang terus menerus memberikan teror kepadanya sepanjang 90 menit.
Sejak menit pertama, Di Maria sudah menjadi sasaran para pendukung United. Teriakan “booooo” langsung dikeluarkan setiap kali dirinya membawa bola. Hal ini secara tidak langsung membuat tensi laga menjadi tinggi yang kemudian berdampak dengan terjadinya gesekan antar pemain, tanpa terkecuali Di Maria yang sempat terlibat friksi dengan Ashley Young.
Tidak bisa dibantah kalau Old Trafford justu menjadi tempat Di Maria untuk mempermalukan mantan klubnya. Dengan skill individu serta kecepatannya berlari di sisi sebelah kiri penyerangan, ia membungkam para penonton Old Trafford yang sebenarnya sudah dibungkam terlebih dahulu oleh chant-chant yang dikeluarkan ultras PSG yang hadir.
Luapan kekesalan Di Maria nampak sudah sampai di ubun-ubun. Ia akhirnya bisa meluapkan kekesalannya tersebut saat bola sepak pojok yang ia kirimkan ke kotak penalti United sukses disambut Presnel Kimpembe. Di depan pendukung United, ia mengeluarkan kalimat “F*ck off B*tch” yang membuatnya berpotensi mendapat hukuman dari UEFA.
Kekesalan Di Maria memang cukup beralasan. Mayoritas penggemar United menganggapnya sebagai ular karena ia tidak tulus membela United saat itu. Setan Merah hanya dijadikan batu loncatan untuk pindah ke PSG. Klub yang sebenarnya menjadi tujuan utama eks Benfica tersebut.
Di Maria sendiri beberapa kali mengatakan kalau ia tidak pernah punya masalah kepada United. Masalah dia di United hanya satu yaitu Louis van Gaal. Di Maria tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya karena filosofi bermain Si Tulip Besi yang tidak sesuai dengan dirinya.
“Saya hanya tinggal di United selama satu tahun. Itu bukanlah periode terbaik dalam karier saya, atau mereka tidak membiarkan saya memiliki waktu terbaik saya di sana. Saya punya masalah dengan pelatih (Van Gaal) saat itu. Tetapi saya mengucapkan terima kasih karena saya bisa datang ke PSG dan menjadi diri saya sepenuhnya,” kata Di Maria beberapa waktu lalu.
Selain itu, para pendukung United kerap menyebutnya sebagai pemain yang tidak punya mental. Selain hubungannya dengan Van Gaal, Di Maria juga mengaku kalau Inggris adalah negara yang sulit untuk ditinggali. Faktor ini yang membuat para pendukung United semakin tidak menyukai dirinya karena dianggap Di Maria tidak mau berusaha.
“Jujur, saya tidak bahagia di Inggris. Awalnya sedikit saja tapi kemudian segalanya menjadi rumit. Kehidupan di Inggris agak sulit. Tidak mudah bagi orang Amerika Selatan. Beberapa orang baik-baik saja, dan bagi yang lain lebih sulit untuk beradaptasi,” tuturnya.
Di Maria sebenarnya punya alasan mengapa ia tidak mau melanjutkan kariernya di Inggris. Pada akhir 2017 lalu, salah satu penerjemah yang membantu Di Maria selama di Inggris, Debora Gomes, sempat mengungkapkan kalau kliennya sudah tidak bahagia sejak pertama kali didatangkan. Di Maria sedih karena United membeli dirinya hanya untuk meningkatkan penjualan jersey nya sebagai tambahan pemasukan mengingat saat itu United tidak bermain di Eropa.
“Di Maria banyak bercerita kepada saya. Dia tidak senang di sana karena beberapa hal. Pertama, dia tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun. Kedua, karena ia tahu kalau klub membelinya bukan karena permainannya yang hebat melainkan hanya ingin menjual kausnya,” tutur Debora saat itu. Sebuah alasan yang mungkin menjadi penyebab betapa emosi Di Maria begitu meluap-luap pada hari itu.
Entahlah siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun yang pasti, Di Maria sukses membuat penggemar United jengkel. Melalui asis yang ia berikan pada gol Kylian Mbappe, ia seperti mengajarkan kepada Juan Mata, Alexis Sanchez, dan Ashley Young bagaimana cara mengirim bola yang benar dari sisi sayap.
Selain ucapan kasar, sikap slengean Di Maria semakin menjadi saat ia meminum botol bir yang dilemparkan salah seorang pendukung ketika ia bersiap mengambil sepak pojok. Sebuah gestur yang sebenarnya sangat elegan untuk menjawab segala bentuk provokasi. Sebuah sinyal untuk menunjukkan ucapan Mourinho benar adanya.
“Saya datang ke klub yang saat ini kondisinya menyedihkan. Mereka menjual beberapa pemain yang sebenarnya saya inginkan seperti Angel Di Maria, Danny Welbeck, dan Javier Hernandez. Ketiga pemain ini tidak akan saya jual dalam tim saya,” tuturnya saat itu.
Teater Impian yang dianggap neraka menjadi tempat ketika 11 Setan berbaju merah tidak bisa menghentikan laju lari sang Malaikat (Angel). Stadion yang pernah hancur karena Perang Dunia tersebut menjadi penegas kalau yang namanya mantan benar-benar menjengkelkan.