Foto: Twitter

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, dikabarkan berbicara kepada sekelompok suporter yang menyampaikan protes mereka terhadap Glazers. Sang manajer mendatangi dan berkomunikasi secara langsung lantaran suporter-suporter tersebut masuk ke tempat latihan klub.

Dikutip dari The Guardian, tercatat kurang lebih ada sekitar 20 suporter yang mendapatkan akses masuk ke tempat latihan United di Carrington. Seorang petugas keamanan juga mengkonfirmasi bahwa para suporter berada di fasilitas tersebut selama sekitar 90 menit.

Maka pihak keamanan langsung memanggil polisi agar kelompok tersebut bisa dibubarkan. Dikabarkan protes itu selesai pada pukul 11 ​​siang, dan kondisi mulau kembali normal setelahnya. Tempat latihan di Carrington sendiri hanya dijaga oleh dua penjaga yang berpatroli di pintu masuk utama.

Ketika menyikapi hal ini, pihak Manchester United kemudian memberi penjelasan dengan sebuah pernyataan resmi: “Sekitar pukul 9 pagi ini sebuah grup suporter memperoleh akses masuk ke tempat latihan klub. Manajer dan yang lainnya berbicara kepada mereka. Sekarang, bangunan sudah aman dan kelompok itu telah meninggalkan tempat latihan.”

Akun Twitter bernama Red Issue menunjukkan sebuah gambar yang dibawa oleh suporter di lapangan latihan. Gambar tersebut menunjukan sebuah spanduk yang bertuliskan “Glazers Out”, dan spanduk lainnya yang bertuliskan “51% MUFC 20”. Spanduk-spanduk berusan mengacu pada model kepemilikan yang biasa digunakan di Jerman.

Dalam gambar lain, para suporter yang protes ditampilkan memegang spanduk bertuliskan “kami memutuskan kapan Anda bermain” di luar pintu masuk gedung utama. Kejadian ini menjadi protes yang lumayan menarik perhatian sejak Manchester United berada di bawah kepemilikan keluarga Glazer secara kontroversial pada 2005.

Reputasi keluarga pebisnis asal Amerika itu pun mulai merosot ke level terendah dalam beberapa hari setelah mereka turut berkontribusi meluncurkan European Super League. Ditambah lagi salah satu anggota keluarga mereka, Joel Glazer, memang ditunjuk sebagai wakil ketua dari kompetisi tersebut.

Dengan semua kondisi itu, Manchester United lalu mengumumkan pengunduran diri Ed Woodward. Ia akan pergi pada akhir tahun dan dalam surat terbuka kepada pendukung Glazer, ia mengakui bahwa ia telah melakukan kesalahan.

European Super League yang diusulkan memang telah menyebabkan sepakbola Inggris berada di persimpangan jalan. Apalagi semua ini disebabkan oleh para pebisnis yang hanya memikirkan keuntungan. Parahnya, petinggi United turut serta di dalam pengajuan kompetisi sensasional tersebut.

Padahal di satu sisi, para petinggi itu sudah memiliki sedikit sekali pendukung di Old Trafford. Jumlah suporter yang masih mendukungnya bahkan semakin berkurang. Itulah sebabnya mengapa para suporter Setan Merah berani memblokir kedua pintu masuk yang ada di tempat latihan klub di Carrington.

Selain itu, ketidakpuasan seputar kekuasaan Glazer di United juga telah terjadi selama bertahun-tahun. Dan kulminasi kemarahan dari semua itu muncul ketika ESL mulai dikampanyekan. Dengan semua panasnya situasi, Joel Glazer akhirnya meminta maaf kepada para suporter Setan Merah atas tindakan pengkhianatannya.

Dilansir dari MEN Sports, surat itu berbunyi:

“Untuk semua pendukung Manchester United, selama beberapa hari terakhir, kami semua telah menyaksikan semangat besar yang dihasilkan sepakbola. Kami melihat kesetiaan yang dalam yang dimiliki suporter kami untuk klub hebat ini. Anda memperjelas oposisi Anda terhadap European Super League, dan kami telah mendengarkan.

Kami salah, dan kami ingin menunjukkan bahwa kami dapat memperbaikinya. Meskipun lukanya masih mentah, dan saya memahami bahwa perlu waktu untuk menyembuhkan luka. saya secara pribadi berkomitmen untuk membangun kembali kepercayaan dengan para penggemar kami dan belajar dari pesan yang Anda sampaikan dengan keyakinan seperti itu.

“Kami terus percaya bahwa sepakbola Eropa perlu menjadi lebih baik untuk jangka panjang. Namun, kami sepenuhnya menerima bahwa ESL bukanlah cara yang tepat untuk melakukannya. Dalam upaya menciptakan fondasi yang lebih stabil untuk permainan, kami gagal menunjukkan rasa hormat yang cukup untuk tradisi yang mengakar. Untuk itu kami mohon maaf.”