Foto (Manchester Evening News)

Setelah semusim bermain di Liga Europa, Manchester United akhirnya kembali ke Liga Champions. Keberhasilan menempati posisi ketiga musim lalu membuat Setan Merah berhak bermain lagi di kompetisi yang sudah tiga kali mereka raih sepanjang sejarah. Kini, skuad asuhan Ole Gunnar Solskjaer sedang mempersiapkan diri untuk menyambut drawing yang akan berlangsung 1 Oktober nanti.

Sudah lama Manchester United tidak mengangkat Si Kuping Besar. Tepisan Edwin Van der Sar terhadap penalti Nicolas Anelka menjadi kali terakhir mereka menjadi juara. Empat pelatih setelah Sir Alex Ferguson juga tidak ada yang sanggup membawa mereka melaju ke final. Jangankan semifinal, prestasi tertinggi mereka setelah era Fergie hanya mencapai babak perempat final.

Puasa gelar Liga Champions ini coba diputus oleh Ole Gunnar Solskjaer musim depan. Sang manajer memang punya ambisi untuk membawa klub ini kembali ke habitatnya yang penuh kesuksesan. Secepatnya dia ingin membawa United angkat piala karena sudah tiga musim lemari trofi mereka tidak kedatangan satu trofi pun.

“Selain jadi juara Liga Inggris, kami juga ingin jadi juara Liga Champions,” kata Ole.

Meski begitu, langkah United jelas tidak akan mudah. Selain permasalah kualitas pemain yang dianggap belum bisa bersaing di level Champions League, United juga harus berada di pot dua. Tim-tim yang berada di pot dua ini sudah pasti akan bertemu dengan tim yang berada di pot 1 yang merupakan juara liga di negaranya masing-masing plus juara kompetisi Eropa musim lalu. Dalam pot 1, hanya Liverpool yang sudah pasti tidak bisa satu grup dengan United karena sama-sama berasal dari Inggris.

United berpotensi satu grup dengan Bayern Munich dan Sevilla. Dua tim pemenang Liga Champions dan Europa League musim ini. United tidak punya catatan bagus ketika bertemu dengan dua tim ini. Setelah sontekan Solskjaer ke gawang Oliver Kahn pada 1999, United hanya menang satu kali dalam delapan pertemuan setelahnya. Begitu juga dengan Sevilla. Mereka bisa dibilang menjadi momok United di Eropa. Tiga kali main, mereka dua kali kalah. Los Nervionensen menjadi otak dari tersingkirnya United pada Liga Champions 2018 dan Europa League beberapa waktu lalu.

Tiga lawan berat lainnya adalah Real Madrid, Juventus, dan Paris Saint Germain. United sudah tujuh tahun tidak bertemu dengan Real Madrid setelah insiden Nani dan Alvaro Arbeloa yang ikonik itu. Dua lawan lainnya justru menjadi bagian dari perjalanan terakhir United pada kompetisi Liga Champions dua musim lalu.

United satu grup dengan Juventus dan berhasil meraih satu kemenangan di Allianz. Kemenangan itu juga diwarnai aksi Mourinho yang memasang tangan di telinga sebagai balasan kepada suporter Juve. Sementara runner-up UCL musim ini, PSG, adalah korban dari comeback United pada babak 16 besar. Mereka yang sudah unggul 2-0 di Old Trafford, justru kalah di kandang sendiri 3-1. Terima kasih kepada handball Presnel Kimpembe yang menghasilkan penalti kala itu.

Dua klub terakhir mungkin diharapkan oleh suporter United bisa satu grup dengan mereka yaitu FC Porto dan Zenit st Petersburg. Meski mereka juga tidak bisa diremehkan, namun lebih baik bertemu dengan dua tim ini ketimbang lima tim besar lainnya. United sendiri tidak pernah kalah dalam tiga pertemuan terakhir melawan Porto. Sementara itu, United baru bertemu satu kali melawan Zenit yaitu pada Piala Super Eropa 2008. Hasilnya, United kalah 1-2 saat itu.

Potensi Grup Neraka

Selain berpotensi bertemu dengan tim-tim kuat, United juga punya potensi untuk berada dalam grup neraka. Hal ini tidak lepas dari banyaknya klub kuat yang berada di pot tiga dan empat. Ajax masih punya kesempatan bergabung ke pot tiga tergantung hasil babak play off. United juga bisa bertemu salah satu dari RB Leipzig, Inter Milan, dan Lazio.

Dua tim yang sudah dipastikan berada di pot empat yaitu Istanbul Basaksehir dan Renner juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain itu, pot empat juga bisa diisi oleh Atalanta apabila mereka tidak masuk ke pot tiga. Atalanta sendiri adalah tim yang mengejutkan Italia dan Eropa dalam dua musim terakhir dan menjadi salah satu tim tersubur di Eropa musim ini.