Tidak ada yang menyangkal kalau Nemanja Vidic merupakan salah satu pemain belakang terbaik yang pernah dimiliki Manchester United dan Premier League. Berpasangan dengan Rio Ferdinand, kedua pemain ini membuat Setan Merah memiliki lini belakang yang sulit dirobohkan lawan. Pada musim 2008/2009, kombinasi keduanya membuat United memecahkan rekor sebagai kesebelasan dengan clean sheet terpanjang di Premier League.
Meski disebut sebagai pemain belakang terbaik Premier League, namun Vidic juga mengaku kerap kerepotan ketika menghadapi beberapa pemain tertentu. Seperti dilansir dari The Athletic, pemain yang datang pada musim dingin 2006 ini bercerita tentang para pemain lawan yang pernah membuat dirinya kerepotan semasa berkarier sebagai pesepakbola.
Oliver Bierhoff
Striker legendaris Jerman ini memang berbeda era dengan Vidic. Saat Bierhoff sudah menjadi pemain besar di dunia, nama Vidic baru melejit sebagai pemain muda yang memulai kariernya untuk Red Star Belgrade. Ia begitu mengagumi mantan pemain Udinese ini terutama duel udara yang menjadi senjata andalan Bierhoff.
“Dia saat itu bermain untuk Chievo dan saya masih 19 tahun, bermain untuk Red Star Belgrade. Kami bertemu pada Piala Uefa. Dia pemain besar sedangkan tugas saya menghentikan dia. Saya belum berpengalaman saat itu. Lawan terbesar kami adalah Partisan (Belgrade), namun mereka bukan kesebelasan yang level atas di Eropa.”
“Jika Anda ingin menjadi pemain besar, maka Anda harus berhadapan dengan pemain top dari liga top Eropa. Bierhoff adalah pemain top di udara dan saya harus menunjukkan betapa baiknya saya. Namun dia pria tangguh, sementara saya adalah anak laki-laki dengan otot yang belum terbentuk. Dia adalah pemain cerdas, sesuatu yang penting untuk seorang penyerang. Itu adalah pertandingan pertama ketika saya diuji oleh pemain kelas dunia.”
Filippo Inzaghi
“Kami bertemu mereka di Naples (kualifikasi Euro 2004). Saya harus menandai nama Filippo Inzaghi. Dia bukan pemain hebat dengan bola, tipe pemain yang menggiring bola melewati Anda atau menciptakan peluang. Tetapi di kotak penalti ia adalah pemain yang sulit diawasi. Dia memiliki gerakan terbaik dan selalu berada di tempat yang tepat.”
“Di dalam kotak penalti, fisik bukan lagi yang utama melainkan penempatan posisi. Saya pikir kekuatan terbesar saya adalah positioning dan timing. Ada pemain yang lebih cepat dari saya atau melompat lebih tinggi dari saya, tetapi saya punya timing yang tepat.
Didier Drogba
Nemanja Vidic merupakan pemain yang menyebabkan Didier Drogba harus diusir dari lapangan ketika keduanya bertemu pada final Liga Champions 2008. Intervensinya terhadap insiden Drogba dengan Tevez membuat ia menerima tamparan dari pemain Pantai Gading tersebut. Ia bahkan menyebut kalau Drogba hampir meninjunya.
“Selama pertandingan, Drogba ingin meninju saya. Lalu saya berpikir: “Apa yang dia lakukan?” Lalu saya pergi ke arahnya. Ternyata saya melakukan hal yang bodoh (ditampar), begitu juga dia. Dia akhirnya diusir.”
“10 tahun kemudian, saya bertemu dengannya di Moskow selama Piala Dunia. Kami berjabat tangan and saling menyapa. Saya menghormatinya sebagai pemain sepakbola. Kami saling mendorong satu sama lain ketika menjadi pemain. United dan Chelsea adalah dua tim terbaik dunia saat itu dan Drogba adalh pemain yang pintar yang akan selalu ada di otak pemain belakang,” tuturnya.
“Dia kuat, dia selalu berpikir ke depan. Dia akan berpikir: “Jika pemain belakang menjatuhkan saya maka saya akan jatuh atau saya akan menjadi kuat.” Dia benar-benar bagus dalam kotak penalti. Sulit untuk menghentikannya mencetak gol. Dia mencetak begitu banyak gol penting dan sangat konsisten. Saya bermain melawan dia ketika kami berdua sedang ada di puncak karier masing-masing.”
“Jika Chelsea bisa mencetak gol kedua, maka itu adalah sebuah kegagalan bagi kami dan menjadi hari yang buruk bagi saya. Beruntung, saya memiliki mitra. Seorang bek tengah butuh pasangat yang tepat. Di Serbia saya punya Mladen Kristajic dan membuat Serbia hanya satu kali kebobolan pada kualifikasi Piala Dunia 2006. Bersama Red Star, saya punya Nenad Lalatovic, sahabat saya. Sudah pasti yang berikutnya adalah Rio Ferdinand ketika saya bermain untuk Manchester United.