Foto: ManUtd.com

Semua orang yang terhubung dengan Manchester United kini sedang dilanda demam Ten Hag. Tidak percaya? Beberapa waktu lalu, muncul rumor kalau buruknya performa tim dalam beberapa laga terakhir disebabkan fokus para pemain yang sudah menatap musim depan bersama sang manajer baru. Sungguh sebuah kabar yang mengagetkan hingga membuat suporter tersenyum kecut mengingat betapa mendadaknya pemain United berubah menjadi pemain yang visioner.

Suporter juga sama. Ada yang sudah kadung yakin kalau Ten Hag akan membawa perubahan. Tadi tidak sedikit juga yang memilih untuk bersikap santai dan tidak terlalu euforia. Mereka yang masuk golongan ini sepertinya sadar kalau tidak tertutup kemungkinan Ten Hag akan bernasib sama seperti manajer sebelumnya.

Apa pun yang terjadi ke depannya, penunjukkan Ten Hag yang pasti memperkuat koneksi tim ini dengan insan-insan yang berasal dari Belanda. Baik itu manajer, hingga pembelian pemain.

Ten Hag mengikuti jejak seniornya di dunia kepelatihan, Louis van Gaal yang datang ke klub ini pada 2014. Sayangnya, intrik di dalam manajemen klub membuat ia hanya bertahan dua musim dengan raihan satu gelar Piala FA sebelum dipecat beberapa hari kemudian.

Dalam skuad Ten Hag nanti, ia sudah memiliki orang Belanda dalam diri Donny van de Beek dan Tahith Chong. Keduanya sama-sama sedang menjadi pemain pinjaman di klub lain. Kehadiran Ten Hag disebut-sebut akan mengubah nasib VDB yang suram dalam dua musim terakhir. Di sisi lain, Chong sepertinya masih akan menemui jalan terjal yang sama untuk masuk ke tim utama.

Berbicara soal Belanda dan Manchester United, maka kita harus bergerak jauh hampir empat dekade ketika Arnold Muhren datang dari Ipswich Town pada 1982. Arnold menjadi pemain Belanda pertama di United dan menyumbangkan satu gelar Piala FA setahun kemudian.

Setelah kepergian Muhren ke Ajax pada 1985, United baru kedatangan pemain Belanda lagi satu dekade kemudian. Tidak main-main, yang datang saat itu adalah anak legenda hidup mereka, Johan Cruyff yaitu Jordi Cruyff. Kedatangan Jordi kemudian diikuti oleh penjaga gawang Raimond van der Gouw.

Sempat menjalani satu musim penuh tanpa pemain Belanda, Unted kemudian mendapatkan empat pemain Belanda dalam kurun waktu yang berbeda. Empat pemain ini kemudian menjadi pilar krusial bagi perjalanan klub meraih kejayaan.

Dimulai oleh Jaap Stam pada 1998. Bek tinggi besar ini menjadi palang pintu tangguh di lini belakang dan sukses membawa Setan Merah meraih treble. Sayangnya, ia hanya bertahan tiga musim saja sebelum hengkang ke Lazio.

Lalu datanglah Ruud van Nistelrooy dari PSV Eindhoven. Seorang pemain yang langsung membuktikan diri sebagai penyerang terbaik klub dengan raihan 150 gol hanya dari 219 penampilan selama lima tahun. Sayangnya, RVN hanya punya satu gelar liga karena United saat itu sedang tidak kuasa menahan Arsenal dan Chelsea.

Setahun sebelum RVN hengkang, United mendatangkan Van der Sar dari Fulham. Sang penjaga gawang membuktikan kalau umur hanyalah angka. Pada usia yang mendekati kepala empat, Van der Sar justru memenangkan banyak trofi termasuk gelar Liga Champions 2008.

Pada 2012, United kedatangan Robin van Persie. RVP, sapaan akrabnya, menjadi pahlawan yang membawa United meraih gelar liga terakhir. Kedatangan RVP sebenarnya diikuti oleh Alexander Buttner. Sayangnya, Buttner tidak terlalu menonjol ketimbang Van Persie.

Buttner pergi saat Van Gaal masuk ke kursi manajer. Di era kepelatihannya, Van Gaal membawa Daley Blind, Memphis Depay, dan Tim Fosu-Mensah. Sayangnya, tiga nama ini juga tidak terlalu bersinar.