Hampir setiap pemain sepakbola memiliki klub favorit yang akan selalu mereka dukung sampai kapan pun. Tidak sedikit dari mereka yang menyimpan hasrat kalau suatu saat mereka ingin menjadi anggota dari kesebelasan yang mereka puja tersebut. Itulah mimpi yang rasanya sangat nikmat apabila benar terjadi.
Namun, tidak semua dari mereka memiliki takdir untuk bisa bermain dengan kesebelasan favoritnya. Apabila hal ini yang terjadi, mereka biasanya akan mencari cara untuk bisa berada satu panggung bersama idolanya. Salah satu yang lazim dilakukan adalah dengan menjadi lawan bagi klub favoritnya tersebut. Hal itu sudah pasti terasa menyenangkan. Nikmatnya bahkan bisa bertambah dua kali lipat jika si pemain bisa mengalahkan klub jagoannya.
Itulah yang kini sedang dirasakan oleh penggawa Astana, Runar Sigurjonsson. Jika ia diturunkan pada Jumat dini hari nanti melawan Manchester United di stadion Old Trafford, maka pria asal Islandia ini akan berhadapan dengan kesebelasan favorit di tempat yang begitu ia rindukan untuk didatangi.
“Saya melihat kata-kata “Manchester United” dan berpikir, Wow! Saya bahkan tidak peduli dengan dua klub lainnya sampai beberapa jam kemudian. Saya memikirkan United dan tidak dapat berbicara dengan siapa pun. Setelah sampai, ponsel saya meledak dengan pesan dari semua orang yang tahu kalau saya adalah penggemar Manchester United.”
Runar saat itu sedang berada di pesawat untuk pulang ke Islandia setelah bermain melawan Bate Borisov. Ucapannya terdengar tidak seklise pemain-pemain yang kerap menyebut ‘klub A adalah klub idolanya sejak kecil.” Ucapannya sungguh-sungguh karena Runar memang menyukai Setan Merah.
Pria 29 tahun ini kerap berkunjung ke Old Trafford sebelum menjadi pesepakbola pro. Kepada The Athletic, ia menceritakan betapa nama United dan klub-klub Inggris lainnya begitu besar di Islandia. Meski kecil kemungkinan menjadi penggawa United di masa yang akan datang, namun Runar sudah mengambil ancang-ancang untuk terlibat bersama klub ini setelah pensiun nanti. Caranya adalah dengan menjadi pemegang tiket musiman.
“Saya berusaha menyembunyikan identitas saya sebagai penggemar United tapi saya tidak bisa. Semua keluarga saya mendukung klub ini. Orang-orang Islandia bahkan lebih menyukai klub Inggris ketimbang klub lokalnya sendiri,” tuturnya kepada Andy Mitten.
“Saya tidak punya mimpi apa pun selain berkunjung ke Old Trafford sebagai penonton. Setelah saya tidak bermain sepakbola, saya sudah melihat diri saya sebagai pemegang tiket musiman klub. Namun saat ini saya akan bermain melawan mereka. Saya mencoba untuk tenang tetapi saya senang karena keluarga saya akan melihat saya bermain di stadion yang rajin mereka kunjungi selama 30 tahun terakhir.”
Menurut catatan The Athletic, Islandia memiliki lebih dari 3 ribu penggemar United yang terdaftar. Ini kira-kira satu persen dari populasi mereka secara keseluruhan yang mencapai 300 ribu lebih. Bahkan 40 orang anggota keluarga Runar akan berkunjung ke sana dan menyaksikan penampilannya di depan lebih dari 70 ribu penonton nanti.
Menurut Runar, ada dua kesebelasan yang begitu dikagumi di Islandia yaitu United dan Liverpool. Kesebelasan yang finis pada delapan besar Euro 2016 ini memang begitu menggilai sepakbola negeri Ratu Elizabeth ini. Bahkan teman-teman Runar bisa tiga sampai empat kali mengunjungi Inggris untuk menyaksikan United atau Liverpool bertanding.
Ia pun nampak rajin mengikuti klub ini. Hal itu terlihat dari komentarnya ketika ia menyayangkan United kehilangan sosok penting sekelas Michael Carrick dan Robin van Persie. Dua idola Runar sebagai Red Army.
“Saya menonton United di era ketika mereka memiliki Roy Keane Paul Scholes, dan Rooney. Saya adalah penggemar Michael Carrick dan Robin van Persie. Kami kehilangan pemain seperti mereka berdua dalam beberapa tahun terakhir. Mudah-mudahan kami akan mendapatkan pemain seperti ini lagi dan kembali meraih trofi,” tuturnya.
Runar pertama kali datang ke Old Trafford pada usia 13 tahun saat menjadi siswa di Manchester United Soccer School. Sejak saat itu, ia rajin mengunjungi teater impian. Community Shield 2003, laga melawan AC Milan pada 2005, dan laga melawan Aston Villa pada 2009 merupakan beberapa laga yang disaksikan langsung olehnya. Namun setelah menjadi pemain profesional, ia mulai jarang berkunjung ke sana.