Siapa yang menyangka kalau orang yang membuat Eric Cantona dihukum delapan bulan oleh FA ini akan menjadi sosok di balik meningkatknya performa Aaron Wan-Bissaka.
***
Aaron Wan-Bissaka terus mengundang decak kagum dari para pendukung United. Ia tampaknya langsung nyetel dengan skema Ole Gunnar Solskjaer dalam empat pertandingan pra-musim yang sudah dijalani United. Tidak ada kesan canggung yang ditonjolkan pemain muda ini. Kini, ia sudah menjadi bintang baru dalam skuad United musim ini.
United patut berterima kasih kepada sosok Richard Shaw. Jika bukan karena tempaan Shaw, Solskjaer mungkin akan tetap memakai Ashley Young di sisi kanan pertahanan. Ia adalah pelatih tim U-23 Crystal Palace sekaligus menjadi otak di balik kemunculan seorang Aaron.
Perkembangan Aaron tergolong cepat. Hanya butuh satu setengah musim, ia langsung merajai beberapa statistik defensif di Premier League. Karena dia, Fosu-Mensah harus rela tergusur dari posisinya saat menjalani peminjaman di kota London. Namun menurut Shaw, butuh perjuangan yang ekstra untuk bisa membawa pemain kelahiran Croydon menjadi seperti sekarang.
“Anda tidak pernah tahu sikap Aaron seperti apa. Dia hanya bekerja, berlatih, berbicara dengan pelan, ngobrol sambil bercanda, dan melanjutkan pekerjaannya. Tapi itulah yang saya sukai dari dirinya. Ia hanya fokus ke permainan dan memiliki kemampuan serta karakter yang berguna untuk tim,” tutur Shaw kepada situs resmi United.
Sifat pendiam Aaron ini kerap membuat Shaw tidak tega untuk memberikan hukuman. Dalam suatu pertandingan melawan Millwall, Aaron meneleponnya untuk memberi tahu kalau dia datang terlambat dan tidak pantas untuk bermain. Alih-alih menghukum Aaron, Shaw memilih untuk menunggu Aaron tiba.
“Aaron, jika kamu sampai di sini dalam 10-15 menit berikutnya dan tiba tepat waktu, Anda akan main. Saya tidak pernah menyimpan dendam,” tuturnya.
Pendiamnya Aaron ini kerap membuatnya malu untuk sekadar ikut berlatih. Ada kalanya, Shaw tidak menemui Aaron berada di pusat kebugaran karena si pemain masih duduk di ruang ganti. Jika Shaw belum mengajaknya berlatih, dia mungkin akan terus terusan berada di sana. “Aaron, ayo ke gim, kita pergi. Saya pikir mereka semua sedang menguji kamu, untuk melihat seberapa kuat dirimu,” tuturnya.
Beruntung Shaw mendapat dukungan yang tepat di Crystal Palace. Beberapa pemain lain juga membantu dengan berusaha untuk tidak membuat Aaron menjadi sosok yang canggung. Hal ini berguna agar Aaron bisa fokus kepada sepakbola sembari menyingkirkan tekanan yang membuantya kerap minder di tempat latihan.
Aaron sempat mengungkapkan kalau dia sebenarnya tidak pernah diajari sebagai pemain bertahan. Ia bahkan membenci bermain bertahan dan kerap dimainkan sebagai pemain yang berposisi lebih menyerang. Oleh Shaw, Aaron dimainkan di dua sisi sayap, namun ia diberikan tanggung jawab untuk ikut membantu pertahanan. Bahkan oleh Shaw, ia pernah dimainkan sebagai gelandang bertahan. Ajaib, Aaron justru tampil sangat baik terutama dengan modal kaki panjangnya tersebut.
“Dia punya kaki yang panjang, jika Anda berpikir Anda bisa melewatinya, maka dia akan menjegal Anda saat Anda mengira kalau Anda bisa lewat. Benar-benar luar biasa. Kaki cepat seperti itu datang dari mana. Bang, dia menjegal Anda.”
“Lalu dia tampil cemerlang melawan Wilfried Zaha dan Andros Townsend, dua pemain yang sama-sama cepat. Setelah itu, Kevin Keen, salah satu staf pelatih, mendatangi saya dan Dave Reddington mengobrol tentang aaron dan menyarankan untuk memainkan sebagai bek sayap,” tuturnya.
Laga melawan Charlton menjadi awal mula Aaron bermain sebagai bek sayap. Namun ia tampil tidak terlalu baik. Wajar, mengingat Aaron tidak suka bermain sebagai seorang bek. Dalam beberapa pertandingan, ia tampil sangat buruk dan menyebabkan timnya kebobolan. Sempat terpikir kalau Aaron tidak akan lagi dimainkan sebagai bek sayap, namun Shaw menolak. Yang lebih penting adalah perkembangan Aaron. Persetan soal kekalahan Palace saat itu, yang penting dia bisa belajar menjadi seorang bek kanan yang baik.
“Akademi tidak mencari hasil, ini tentang mengembangkan pemain. Tugas besarnya adalah mengembangkan bakat individu dalam kelompok itu. Kami memainkan Aaron dalam beberapa pertandingan sebagai bek kanan. Terus? Siapa peduli? Itulah salah satu cara agar dia bisa belajar.”
Lambat laun penampilan Aaron mulai membuahkan hasil positif di posisi bek kanan. Namun ada keinginan dari Shaw untuk meminjamkan Aaron ke klub lain. Saat dia membicarakan soal itu kepada Roy Hodgson, Roy langsung menolak. Penolakan tersebut kemudian membawanya ke pintu gerbang menuju tim utama. Tiga penampilan awal Aaron, menghadapi Spurs, United, dan Chelsea, ia tampil gemilang meski dalam tiga laga tersebut, semua berakhir dengan kekalahan untuk Palace.
“Laga melawan United (United menang 2-3 melalui voli Matic), benar-benar brilian. Bermain di bawah sorot lampu Selhurst Park adalah perasaan yang istimewa. Dari sana, kariernya melejit. Lihat dia ada di mana, Wan-Bissaka bersama Ole Gunnar Solskjaer.”
Ketika dikontrak United, Aaron langsung mengirimkan ucapan terima kasih kepada Shaw karena berkat kepercayaan, bimbingan, dan dorongan yang ia buat, bisa membawanya bermain di klub yang lebih besar lagi. Hal itu tentu saja membuat Shaw terharu.
“Saya bangga menghabiskan waktu bersama Dave dan Kevin menghabiskan berjam-jam untuk mengembangkan Aaron. Jika kami tidak mencobanya memainkan pada pos bek kanan, mungkin dia akan jadi pemain yang lain. Aku bangga padanya. Sekarang, saya tidak sabar untuk melihat langkah selanjutnya.”
***
Richard Shaw adalah mantan pemain Crystal Palace yang menjadi korban tendangan Eric Cantona ketika keduanya bertemu pada 25 Januari 1995. Insiden itu kemudian menjadi awal dari perseteruan King Eric dengan Matthew Simmons, suporter Palace, yang membuat Cantona dihukum selama delapan bulan.