Foto: Manchester Evening News

Sepanjang sejarahnya, Juventus merupakan kesebelasan non Inggris yang paling sering dijumpai Manchester United. Tercatat ada 14 kali pertemuan yang melibatkan dua tim tersukses di masing-masing negaranya ini dengan pertemuan terakhir terjadi pada 7 November 2018. Ketika itu, United sukses mengalahkan mereka dengan skor 2-1 melalui gol Juan Mata dan bunuh diri Leonardo Bonucci.

Akan tetapi, pertempuran kedua tim ini berjalan sangat menarik ketika bertemu pada musim 1996/1997 hingga 1998/1999. Ketika itu, baik Setan Merah dan Si Nyonya Besar harus bertemu sebanyak enam kali (masing-masing dua pertemuan). Pada periode tersebut, Juventus meraih tiga kali kemenangan sementara dua kemenangan menjadi miliki United. Kedua kesebelasan kemudian bertemu lagi pada 2002/2003 dengan United memenangi dua pertemuan kandang-tandang.

Perseteruan kedua tim saat itu memang sangat menarik. Hal ini tidak lepas dari latar belakang kedua kesebelasan yang saat itu begitu dominan di kompetisi domestik. United saat itu kedua-keduanya tidak pernah keluar dari posisi dua besar sejak 1993.

Mantan pelatih Juventus, Marcelo Lippi, mengingat kembali perseteruan tersebut. Saking seringnya mereka bertemu saat itu, hubungan dirinya dengan Sir Alex Ferguson menjadi sangat dekat. Bahkan mereka kerap bertukar hadiah setiap bertemu mulai dari cokelat hingga Wine yang menjadi hobi lain Sir Alex Ferguson selain sepakbola dan berkuda. Tidak jarang keduanya sering bertaruh hanya untuk sekotak Wine.

“Dia (Ferguson) seperti saudara bagi saya. Kami bertukar banyak sekali hadiah. Saya membawakan dia gianduiotti (cokelat) dari Turin untuk cucunya. Namun dia yang justru memakannya,” tutur Lippi kepada Daily Mail.

“Bahkan (bertukar) Wine, saya mengirimkan yang terbaik dari Tuscany. Dia kemudian mengirimkan saya Matrioskas, dari Rusia, dengan kotak-kotak lainnya yang berisi Wiski Maccalan 1971. Suatu hari saya menelepon Sir Alex dan meminta beberapa kotak lainnya. Kami kemudian bertaruh untuk itu. Kami juga saling memberikan saran tentang anggur melalui handphone. Dia penggemar berat.”

Marcelo Lippi sendiri sebenarnya punya kesempatan untuk berjumpa lebih sering dengan Ferguson. Hal ini dikarenakan ia pernah mendapat tawaran dari klub Premier League, Tottenham Hotspur. Selain bahasa yang menjadi kendala, Lippi juga enggan meninggalkan Juventus. Baginya, Juve itu klub yang sangat unik dan dia tidak ingin bisa lepas dari klub Turin tersebut.

“Saya nyaris bergabung dengan Tottenham ketika saya masih melatih Juventus. Mereka sangat baik dan menghubungi putra saya Davide. Tetapi saya tidak bisa meninggalkan Turin dan Juventus. Bagi saya, Juve seperti Manchester United milik Ferguson. Sebuah klub unik yang saya sukai.”

“Saya juga tidak bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik dan itu alasan kenapa saya menolak. Ada seseorang yang mengatakan kepada saya kalau Ferguson tidak bisa bahasa Inggris dengan baik karena dia adalah orang Skotlandia,” tuturnya menambahkan.

Kedua manajer terhebat di dunia ini memang saling mengagumi satu sama lain. Pada 2017 lalu, Lippi bercerita kalau Sir Alex Ferguson ingin membuat United tampil seperti Juventus di era Lippi. Hal itu diiyakan oleh Fergie sendiri. Mantan manajer Aberdeen ini pernah meminta para pemainya untuk mencontoh Juventus yang selalu bermain penuh dengan hasrat akan kemenangan. “Jangan lihat teknik atau taktik mereka. Tetapi lihat bagaimana hasrat mereka (Juventus) untuk meraih kemenangan.”

Bahkan Fergie pernah mengaku ingin sekali menjadi sosok seperti Lippi yang ia nilai sebagai pribadi yang tenang. Ucapan yang cukup menarik mengingat usia Lippi jauh lebih muda tujuh tahun dibanding dirinya.

“Marcelo Lippi adalah seorang pria yang luar biasa. Melihat tatapannya, Anda tahu kalau dia adalah seorang profesional yang memegang kendali penuh terhadap tim dan dirinya sendiri. Anda bisa melihat ada nyala api di matanya. Ada keseriusan dan kejeniusan di sana. Tidak ada pelatih yang berani meremehkan seorang Marcelo Lippi.”

“Saya ingat ketika sedang berada di Turin, dan melihat Signor Lippi sedang duduk di bangku cadangan. Dia mengenakan mantel kulit dan mengisap cerutu kecil dengan begitu tenang. Sedangkan saya terlihat seperti seorang buruh yang megap-megap karena kehujanan,” tuturnya.