Selain 100 gol Premier League Romelu Lukaku, laga Manchester United kontra Swansea pekan lalu menghadirkan sejarah lain di sisi manajerial. Inilah kali pertama sepanjang sejarah Liga Primer mempertemukan dua manajer asal Portugal. Jose Mourinho (Manchester United) menghadapi Carlos Carvalhal (Swansea City).

Mourinho biasanya serius dalam menghadapi konferesi pers baik sebelum hingga sesudah pertandingan. Namun, ketika berhadapan dengan Swansea-nya Carlos Carvalhal, nuansa persahabatan lebih ditonjolkan pria berusia 55 tahun ini. Saat Mou sedang melakukan wawancara pasca laga menghadapi Swans, ia mengajak Carlos untuk duduk di sebelahnya sebagai bentuk pujian atas permainan mereka yang merepotkan United pada babak kedua.

“Hei, ayo ke sini. Berikan kue kepada mereka (wartawan),” itulah ucapan Mou ketika melihat Carlos berdiri menunggu giliran wawancara. Mou menyentil Carlos terkait keramahan sahabatnya tersebut yang bagi-bagi kue gratis kepada wartawan sehari sebelum laga menghadapi United.

“Kalau anda membahas permainan kami di babak kedua, maka Anda harus bertanya kepada orang ini (menunjuk Carlos). Apresiasi harus diberikan kepada dia. Tidak banyak manajer sebaik dia dalam melakukan pergantian taktik secepat dia,” ujar Mourinho memuji Carlos yang disambut senyum malu-malu Carlos.

Persahabatan Mou dan Carvalhal

Kisah persahabatan kedua manajer ini ternyata sudah hadir saat keduanya masih sama-sama sedang mengambil lisensi kepelatihan. Meski Carlos lebih muda dua tahun dari Jose, tapi keduanya berada dalam satu angkatan saat sama-sama mengambil lisensi kepelatihan UEFA Pro. Tidak hanya itu, Carlos adalah teman kuliah asisten Jose, Rui Faria saat sama-sama mengambil mata kuliah sport science philosophy di Portugal.

“Kami (Carlos dan Rui) belajar di Universitas yang sama dan kami berteman di kampus selama lima tahun,” ujar Carvalhal membahas hubungannya dengan Faria.

Jose sendiri tidak segan-segan untuk membantu sahabatnya tersebut. Ketika Carlos masih menangani kesebelasan-kesebelasan Turki seperti Besiktas dan Istanbul BB, Jose mempersilahkan Carlos agar datang ke Real Madrid dan Chelsea (kesebelasan yang pernah dilatih Jose) untuk belajar filosofi kepelatihan Jose.

“Saya menghabiskan tiga minggu bersama kedua klub tersebut, saya mengikuti latihan mereka dan saya memahami filosofi permainan dia. Tapi, saya tidak benar-benar mengikuti gaya dia. Jika saya mengikuti gaya kepelatihan dia maka dia akan frustrasi karena itu adalah idenya. Saya harus membuat gagasan kepelatihan saya sendiri.”

Filosofi Carvalhal bersama Swansea pun terbilang hampir mirip dengan apa yang dilakukan Mourinho di klub-klub sebelumnya. Carvalhal juga memilik gaya main pragmatis. Inilah yang ia tunjukkan kepada Swansea di musim ini.

Gaya mainnya menyulitkan Liverpool, Arsenal, hingga United sendiri yang membuat mereka untuk sementara keluar dari zona degradasi. Yang membedakan adalah Carvalhal menerapkan pressing tinggi apabila pemain lawan masuk ke wilayah pertahanannya. Inilah yang ia tunjukkan pekan lalu di babak kedua laga melawan United.

Andil Mou

Mourinho bisa dibilang ada andil bagi perjalanan karir seorang Carvalhal. Setelah menghabiskan banyak waktu bersama kesebelasan-kesebelasan Portugal dan Turki, pada 2015, ia mendapatkan tawaran dari klub Championship Inggris, Sheffield Wednesday. Meski tidak terlalu sukses, namun inilah jalan yang akhirnya mengarahkan Carlos ke Swansea yang akhirnya ia tangani per 24 Desember 2017.

“Saya menyukai Mourinho. Dialah manajer terbaik Portugal dan akan selalu menjadi yang terbaik di Portugal. Ketika dia pensiun, orang-orang akan mengingatnya untuk jangka waktu yang sangat, sangat, sangat lama. Dialah inspirasi, dialah rajanya sepakbola. Dia membuka jalan bagi generasi-generasi baru pelatih asal Portugal untuk keluar mencari tantangan baru,” ujarnya.

Carvalhal pun tidak segan-segan untuk membela Jose saat sahabatnya sering diterpa kritik dari para supporternya. Carlos pernah mengatakan kalau orang-orang yang mengkritik Jose Mourinho tidak mengetahui secara dalam karakter seorang Jose Mourinho.

“Kepribadian dia memang seperti itu. Saya tahu kalau karakter dia sangatlah kuat. Orang-orang mungkin tidak menyukai gaya dia, tapi percayalah sekitar setahun atau dua tahun di era kepelatihan dia maka anda pasti akan mengerti. Dia mengatakan sesuatu bukan karena alasan suka atau tidak suka. Apa yang dia katakan hanya bertujuan untuk keuntungan timnya. Itulah alasan saya memanggilnya raja sepakbola, sedangkan saya masih sebatas master.”

Mourinho sendiri memilih merendah ketika mendengar pujian dari sahabatnya tersebut. “Saya bukanlah manajer sepakbola, saya hanyalah manajer di dunia kepelatihan. Sejak saya meraih kesuksesan di Porto, saya meninggalkan negara saya. Tujuan saya hanyalah untuk membuka pintu bagi manajer-manajer Portugal lainnya untuk meninggalkan negaranya.”

Kisah mereka ditutup dengan keduanya yang saling mendoakan satu sama lain. Carlos mengatakan, “Mourinho menyiapkan Manchester United untuk meningkat terus setiap tahunnya. Sejauh ini dia sudah memperbaiki United yang mengalami penurunan sebelum dia datang. Saya juga meminta kepada pendukung United untuk tidak mengharapkan seorang manajer langsung sukses secepat anda menjentikkan jari karena itu tidak mungkin.”

Sementara Mourinho mengatakan, “Dialah manajer terbaik musim ini karena dia sangat layak mendapatkan predikat itu dalam mengangkat Swansea dari papan bawah ke tangga yang lebih baik.”