Di sebuah bar di Mexico City pada akhir Januari 2010, seorang pria yang sedang menikmati indahnya dunia malam memutuskan untuk pergi ke toilet karena harus membersihkan kandung kemihnya. Tiba-tiba ada seseorang yang bergabung dan berkata kepada si pria tersebut, “Saya akan menembak Anda.” Dengan maksud bercanda, pria tersebut berkata, “Silakan, lakukanlah.” Tiba-tiba, “Dor”, sebuah peluru ditembakkan ke kepala pria tersebut.

Korban tersebut bernama Salvador Cabanas. Dia adalah salah satu talenta terbaik yang pernah dimiliki oleh Paraguay. Ketika kejadian, Cabanas sedang berada dalam puncak karier sebagai pesepakbola. Dengan kejadian tersebut, ia gagal memperkuat Paraguay pada Piala Dunia 2010 karena harus menjalani pemulihan.

Baru-baru ini, Cabanas mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan. Kepada Telefuturo, ia mengatakan kalau kejadian tersebut terjadi di saat ia merencanakan kepindahannya ke Manchester United. Ia sudah menandatangani perjanjian pra-kontrak untuk memperkuat Setan Merah pada paruh musim 2009/2010.

“Saya sebenarnya telah menandatangani perjanjikan pra-kontrak sebesar 1,7 juta dollar untuk transfer saya ke Eropa. Mereka mengatakan kalau tujuan saya adalah bergabung dengan Manchester United. Akan tetapi, Club America menggandakan gaji saya dan memberi saya satu apartemen di Acapulco dan satu lagi di Cancun untuk mencoba mempertahankan saya di klub,” tuturnya.

Masa-masa terbaik pemain kelahiran Asuncion ini terjadi saat ia memperkuat Club America. Selama membela Club America, ia membuat 66 gol dari 115 penampilan. Ia pernah membuat 33 gol sepanjang tahun 2007 yang membuat Cabanas dianugerahi penghargaan sebagai pemain terbaik Amerika Selatan dan pemain terbaik Paraguay. Ia juga pernah mewakili Paraguay pada Piala Dunia 2006 dan Copa America 2007.

Hal ini yang mungkin membuat United tertarik kepada Cabanas. Di sisi lain, United saat itu memang terlalu bergantung kepada produktivitas Wayne Rooney. Dari tiga striker yang dimiliki Alex Ferguson (Rooney, Berbatov, dan Michael Owen), hanya Wazza saja yang bisa mencetak lebih dari 20 gol. Sayangnya penembakan tersebut menggagalkan mimpi Cabanas.

Penembakan yang dilakukan oleh seseorang bernama Jose Balderas Garza tersebut membuat Cabanas harus menjalani perawatan intensif selama dua bulan. Peluru tersebut mengenai otaknya yang membuat peluang hidup Cabanas hanya sekitar lima persen. Tetapi, berkat kehendak tuhan, ia kemudian bisa sembuh total pada Maret 2010.

“Ahli bedah saat itu mengatakan pada saya bahwa sebuah keajaiban kalau saya tidak meninggal. Saya masih ingat dengan jelas orang disamping saya menodongkan pistolnya kepada saya dan mengarahkan ke kepala saya,” tuturnya kepada FourFourTwo.

“Dia berkata kepada saya, ‘Anda ini siapa?’ Saya hanya menjawab kalau saya seorang pesepakbola. Tetapi dia menuduh saya kalau saya merampok orang-orang Meksiko.”

Dua tahun setelah kejadian tersebut, Cabanas kembali ke dunia sepakbola. Ia kembali memperkuat klub pertamanya yaitu 12 de Octubre. Meski sudah bisa beraktivitas kembali, namun penampilannya tidak sama seperti dulu lagi. Peluru yang tidak bisa diambil dari kepalanya membuat Cabanas tidak diperbolehkan menyundul bola. Satu sundulan justru bisa membuatnya terbunuh. Ia juga kehilangan memori jangka pendeknya.

Cabanas baru benar-benar pensiun pada 2017. Sekarang, pria berusia 38 tahun ini bekerja di salah satu pabrik roti di Asuncion. Ia juga sudah memaafkan Gerza yang hampir membunuhnya. Meski gagal memperkuat United, setidaknya Cabanas mendapatkan apa yang lebih penting dari sekedar mengenakan seragam merah yaitu nyawanya sendiri.