Foto: gool24

Pada 10 Desember 2015, seorang pemain muda Ajax sedang gembira karena baru saja merayakan gol pertamanya. Saat itu, tidak ada yang salah dari si pemain. Kamera menangkap bagian belakang si pemain yang sedang merentangkan tangannya sebagai tanda kegembiraan. Namun ketika dia berbalik, kamera menangkap kalau bagian alis si pemain mengeluarkan darah.

Pemain tersebut adalah Donny van de Beek. Ketika itu, ia mencetak gol ke gawang Molde pada match terakhir Europa League musim 2015/2016. Skor laga tersebut berakhir imbang 1-1 dan Ajax tidak lolos ke babak 32 besar karena hanya menempati peringkat ketiga. Sebaliknya, bagi Molde hasil seri tersebut cukup untuk membawa mereka menjadi juara grup.

Bagi Ole Gunnar Solskjaer, laga tersebut masih terngiang di dalam pikirannya. Selain karena ia adalah pelatih Molde saat itu, ia juga masih ingat kalau yang mencetak gol adalah Donny, pemain yang kini akan menjadi anak asuhnya di Manchester United. Sejak gol tersebut, Ole mengaku kalau dia mengikuti kiprah pemain yang saat itu baru berusia 18 tahun.

“Ketika seseorang mencetak gol melawan Anda, maka Anda harus mengingat siapa yang mencetak gol tersebut. Saya hanya ingat kalau Donny mengalahkan bek tengah saya memanfaatkan umpan silang. Bola melambung melewati kiper dan menjadi awal dari permainan,” tutur Ole.

Arkadiuz Milik melepaskan tendangan bebas yang masih membentur pagar hidup. Bola kemudian dikuasai oleh Ricardo Van Rhijn yang langsung melepaskan bola ke dalam kotak penalti Molde. Donny kemudian mengalahkan pemain belakang Molde, Joona Toivio pada duel udara. Pada momen inilah alis Donny bergesekan dengan kepala Joona sehingga mengeluarkan darah.

“Dia benar-benar menanduk bek tengah saya jadi dia juga sangat berani. Itu masih di awal-awal permainan, jadi saya suka dengan sikapnya yang sangat berani. Dia punya senyum di wajahnya dan ketika Anda melihat pemain dengan dorongan dan keinginan seperti itu, maka yang perlu Anda butuhkan adalah mata yang tajam,” tutur Ole menambahkan.

Donny memang tampak cukup santai setelah mencetak gol itu. Alih-alih langsung mengelap darah yang ada di wajahnya, ia memilih untuk merayakan gol tersebut terlebih dahulu dengan para penggemarnya. Barulah ketika rekan setimnya menghampiri, Donny merasa kalau ada yang aneh mengalir di wajahnya.

Yang menarik, Toivio justru harus diganti setelah terlibat insiden dengan Donny tersebut. Kondisi yang bertolak belakang dibandingkan dengan Donny yang masih bisa melanjutkan pertandingan sebelum ia diganti oleh Riechedly Bazoer pada menit ke-64.

Seperti yang dikatakan oleh Ole, Donny memiliki hasrat yang begitu tinggi. Menurut Jacques Lacan, psikoanalisis asal Prancis, hasrat akan muncul sebagai kekuatan tersendiri bagi seorang manusia untuk terus hidup. Itulah yang ada dalam diri Donny saat itu. Hasrat dia untuk membela Ajax terlihat dengan tidak pedulinya ia ketika sebenarnya ada masalah dalam tubuhnya. Ketika skor berakhir imbang, Donny menjadi salah satu pemain yang kecewa dan berani mengeluarkan kritik kepada rekan setimnya. “Kami memberikan gol kepada mereka. Gol yang sangat bodoh dan itu tidak boleh terjadi,” ujarnya ketika itu.

Gol ke gawang Molde menjadi salah satu peristiwa yang tidak bisa dilupakan oleh Donny. Itulah satu-satunya gol yang ia buat pada musim debutnya bersama tim utama Ajax Amsterdam. Butuh sekitar dua tahun bagi dirinya untuk bisa mencetak gol kedua.

Lima tahun setelah momen tersebut, Donny kini sudah berada di level sepakbola yang lebih tinggi lagi dari sepakbola Belanda. Banyak yang sudah ia berikan kepada Ajax. Namun hal itu tetap tidak membuatnya puas. Bersama Manchester United, ia ingin mencapai banyak hal. Sekarang, tinggal bagaimana Donny menyatukan hasrat yang ia punya dengan skill sepakbolanya di atas lapangan. Semua akan terlihat pada 19 September nanti ketika United bermain melawan Crystal Palace.