Bondan Prakoso pernah menciptakan sebuah karya luar biasa yang berjudul “Ya Sudahlah”. Sebuah lagu yang menceritakan bahwa apabila harapan yang kita mimpikan belum terwujud tidak mesti membuat kita harus bersedih berkepanjangan. Makna dari lagu ini sangat pas dengan kehidupan seorang Paul Woolston saat ini.
Layaknya pemuda berusia 20-an lainnya, Paul jelas punya impian. Mengingat ia adalah seorang pemain sepakbola dan berposisi sebagai penjaga gawang, maka harapannya sudah pasti memperkuat tim utama dan menjadi nomor satu di tim itu. Alangkah senangnya Paul ketika Manchester United memberikan tambahan kontrak baru pada 2020 lalu yang semakin membuka mimpinya.
Just a boy from the North East living out his dream. Delighted to have extended my stay @ManUtd Thanks to everyone who helped to make this happen. The chapter continues #MUFC ⚽️❤️ pic.twitter.com/eY8ocFngYX
— Paul Woolston (@PAULHW_) February 25, 2020
Sebenarnya, agak sulit untuk melihat Paul bisa berkarier di tim utama Setan Merah. Keberadaan David de Gea bahkan bisa membuat Dean Henderson yang sering berkata ia mampu menjadi kiper utama United kini mulai mempertimbangkan kembali nasibnya. Di bawahnya juga masih ada Tom Heaton yang cukup bugar meski usianya sudah tua.
Akan tetapi, Paul sebenarnya tidak perlu takut. Jika tidak bisa menjadi kiper utama United, ia bisa menjadi kiper utama di tim lain. Usianya juga baru 23 tahun. Tidak ada salahnya mengikuti jejak mudanya Heaton, atau nama-nama lain seperti Johnstone atau Ben Foster yang keluar dari United ketika keadaan tidak memungkinkan.
Sayangnya, hal itu juga tidak akan terjadi. Layaknya lirik awal lagu “Ya Sudahlah” milik Bondan Prakoso, mimpi Paul tidak bisa terwujud. Beberapa jam sebelum tulisan ini rilis, sang pemain mengumumkan pensiun dari sepakbola.
“Sulit untuk diterima tapi saya merasa jauh lebih positif. Saya bangga dengan apa yang saya capai. Banyak orang bermimpi bermain sepakbola di level ini. Saya senang jika bisa melangkah jauh tapi sebuah kehormatan untuk saya bisa mewakili Manchester United selama saya di sini,” tutur Paul.
Cedera menjadi penghalang terwujudnya mimpi Paul. Sebelum ia kembali menandatangani perpanjangan kontrak pada Juli, ia sudah menjalani dua kali operasi pada bulan Maret dan April untuk menyembuhkan cedera pinggul yang ia derita. Sayangnya, dari segala upaya hingga rehabilitasi yang panjang, kebugaran Paul tidak bisa kembali sempurna.
Mengawali karier sepakbolanya di Sunderland pada usia 10 tahun, Paul mulai bergabung dengan United pada 2018 setelah tampil apik bersama Newcastle United U-18. Paul sendiri sebenarnya nyaris menembus tim utama The Magpies saat ia mulai menjadi kiper ketiga pada kompetisi Championship 2016/17.
Layaknya pemain muda pada umumnya, peminjaman menjadi hal yang lazim dalam karier Paul. Gateshead, Darlington, Blyth Spartans, South Shields, adalah kesebelasan yang pernah ia perkuat sebelum akhirnya hengkang ke Manchester untuk membela United.
Banyaknya pengalaman Paul membuat jalan kariernya mulai pelan-pelan terbuka. Ia bahkan sudah mewakili Inggris U-17 dalam beberapa kejuaraan Eropa dan Piala Dunia U-17. Bersama Setan Merah, ia rutin mewakili tim U-23 dan bersaing memperebutkan pos kiper utama bersama Matej Kovar.
Tidak mudah memang untuk melepas mimpi disaat kita masih punya peluang untuk meraihnya. Beruntung, Paul punya support system yang bagus di United. Empat penjaga gawang United yaitu De Gea, Dean, Heaton, dan Lee Grant, semuanya memberikan semangat dalam sebuah tulisan di situs resmi klub.
De Gea telah berbicara kepada Paul kalau yang paling penting adalah tetap menjalani hidup. Sepakbola tidak lebih penting ketimbang hidup Paul itu sendiri. Ia pun berharap yang terbaik bisa selalu menaungi perjalanan kariernya untuk ke depan.
Pihak klub sendiri kini telah menyusun program dukungan yang kuat untuk Paul. United telah memberikan sesi pendidikan informal dan formal dan berusaha untuk membawa Paul bisa mendapatkan lisensi kepelatihannya. Intinya, United masih akan tetap dekat dengan dirinya sampai nanti pihak klub merasa kalau Paul mulai bisa menemukan karier yang cocok di kehidupan barunya.
“Paul akan tetap menjadi anggota seumur hidup keluarga Manchester United dan merupakan contoh sempurna dari tekad dan determinasi untuk semua orang di akademi Manchester United,” kata kepala tim akademi, Nick Cox.
Paul beruntung dirinya bisa cepat berdamai. Ini semua murni karena kebesaran hati dan lingkungan yang mendukungnya. Paul pada akhirnya bisa berkata “Ya Sudahlah” pada kegagalan dan kini mencoba bangkit untuk mengejar cita-cita yang baru.
Cause Everything gonna be okay, Paul!