Berakhir sudah perjalanan Claudio Ranieri bersama Leicester City. Sebuah kesebelasan antah-berantah yang ia bawa menjadi juara Liga Primer Inggris, di mana terdapat banyak kesebelasan besar yang lebih diunggkulkan. Ranieri mengalahkan perbandingan 5000/1 dalam kemungkinan Leicester juara. Namun ia harus menerima pil pahit setelah dipecat karena performa Leicester merosot tajam. Keputusan ini sontak memunculkan banyak dukungan dan simpati kepada Ranieri, salah satunya adalah Jose Mourinho.

Ranieri dipecat setelah ditundukkan tuan rumah Sevilla pada babak 16 besar Liga Champions. Musim ini, performa Leicester di ajang Liga Primer memang terjun bebas. Sang juara bertahan hanya berselisih satu poin dengan zona degradasi hingga pekan ke-26.

Keputusan manajemen The Foxes memunculkan berbagai opini. Namun, sebagian besar adalah sindiran dan kecamana karena dianggap tidak menghargai seorang pelatih yang mampu memberikan trofi Liga Primer pertama dalam sejarah klub. Begitu pun dengan Mourinho. Selain memberikan simpatinya pada akun Instagramnya, Mourinho mengejutkan media kala memakai polo dengan inisial CR, bukan JM.

“Dukungan saya adalah lewat baju ini. Persembahan kecil saya untuk pria yang sudah menuliskan cerita paling indah di Premier League,” ujar Mourinho sambil menunjuk tulisan CR pada dada kanannya. “Dia mungkin sosok yang paling pantas diabadikan namanya di stadion Leicester, Claudio Ranieri Stadium. Nyatanya dia dipecat.”

Mourinho benar-benar ada di sisi Ranieri. Ia kemudian menyindir Leicester, yang menurutnya telah membuat sejarah dalam dua tahun terakhir. Pertama, Leicester secara keseluruhan berhasil menorehkan sejarah dengan menjuarai Liga Primer. Kedua, manajemen Leicester memecat pelatih yang berhasil menuliskan cerita indah itu dalam sejarah klub.

“Leicester membuat cerita indah dalam dua tahun ini, tahun pertama saat mereka membuat cerita paling indah di Liga Primer dan salah satu dalam sejarah sepakbola. kini mereka juga disorot karena keputusan yang membuat semua orang di dunia sepak bola bersatu, karena itu sangat, sangat sulit diterima,” tutur Mourinho.

Apa yang dirasakan Ranieri tampaknya diketahui betul oleh Mourinho. Ia pernah mengalami hal serupa ketika dipecat Chelsea setelah menjuarai Liga Primer musim 2014/2015. Kala itu, Mourinho didepak setelah kalah dari Leicester di King Power Stadium. Kekalahan yang sebagian pihak menyebutnya sebagai pembalasan Ranieri, yang pernah dipecat Chelsea untuk memberi tempat bagi Mourinho pada musim 2004/2005.

“Ketika saya dipecat Chelsea sebagai seorang juara, itu merupakan hal negatif yang sangat besar. Tidak ada seorang pun yang bisa mengahapus apa yang telah Ranieri lakukan, ” imbuh Mourinho. “Sejujurnya, saya memiliki pengalaman yang sama dengan Ranieri, tapi hanya kacang jika dibandingkan Claudio. Tapi mungkin semua ini karena kesalahan Claudio. Ia harus membayar untuk kesuksesannya.”

Terakhir, Mourinho kembali memberikan penghormatan dan rasa simpatinya untuk Ranieri. “Tulisan di Instagram saya merupakan penghormatan buat dia. Baju yang saya pakai ini juga. Saya pikir dia tak butuh penghormatan lain. Tak seorang pun yang bisa menghapus apa yang telah dibuatnya,” tegas Mourinho.