Sebenarnya, tugas untuk menghentikan Lionel Messi ada di pundak Patrice Evra. Hal ini disebabkan karena Messi bermain sebagai penyerang sayap di sisi kanan. Tugas Brown adalah mematikan Samuel Eto’o atau Eidur Gudjohnsen. Kalau dia dimainkan sebagai bek kanan, maka Brown akan menjaga Thierry Henry atau Andres Iniesta.
Namun dalam dua pertemuan melawan Barca, Evra kesulitan mengatasi Messi. Khususnya pada leg kedua. Pada menit awal, United nyaris mendapat penalti ketika Scholes menjegal Messi beberapa senti saja dari kotak penalti. Diawali dari kesalahan Evra, Scholes langsung menyodorkan kaki yang membuat Messi terjatuh. Secara tidak langsung Scholes tidak melakukan apa yang diperintahkan Fergie kepada Brown untuk jangan menjatuhkan Messi.
“Patrice (Evra) memiliki pekerjaan yang sulit di sebelah kiri saya karena Messi bisa menarik Anda keluar dari segala posisi. Tanggung jawab Messi adalah tanggung jawab semua pemain. Siapa pun yang berada di dekatnya. Jika salah satu dari mereka berlari mengelilingi Messi dan berada di dekat Patrice, maka tugas itu akan menjadi tugas Patrice. Jika di sebelahnya ada Scholes, maka itu menjadi tugas Scholes. Tetapi karena dia adalah striker bayangan, maka tugas menjaganya menjadi tugasku juga,” kata Brown.
“Pekerjaan saya adalah membuat dia tidak mengeluarkan sihirnya. Bikin dia frustrasi, dan coba membuat hari itu menjadi hari paling buruk baginya. Orang-orang bisa berkata untuk kirim dia ke sisi kanan pertahanan, tapi itu semua tidak cukup. Dia bisa mengubah arah dengan kecepatan kakinya. Dia yang terbaik. Yang paling penting adalah jangan jatuhkan dia meski Anda punya keinginan untuk menjatuhkannya.”
Pada leg pertama, Brown sukses membuat Messi frustrasi. Ia diganti oleh Bojan setengah jam sebelum pertandingan berakhir. Namun itu semua ternyata tidak membuat Barca kehilangan kekuatan karena mereka masih punya Samuel Eto’o dan Thierry Henry. Dua pemain yang juga berbahaya meski tidak punya kecepatan seperti Messi.
“Saya pikir ketakutan terbesar adalah saat Eto’o punya sedikit ruang di depan gawang. Saya tidak tahu kenapa kami bisa membuat celah di depan gawang, tetapi saya dan Rio bisa melakukannya dengan baik. Saya ingat kami saling berkata satu sama lain kalau tidak diblok maka akan masuk. Fakta bahwa kami berdua sukses mematika mereka menunjukkan bahwa kami punya tekad dan sikap mental terhadap pertandingan di lapangan.”
Pelanggaran Scholes di tepi kotak penalti pada leg kedua seolah menandakan kalau Barca akan dengan mudah mengacak-ngacak lini belakang mereka. Kejadian itu hanya berlangsung 30 detik setelah Herbert Fandel meniup peluitnya. Beruntung tidak ada penalti yang diberikan dan tendangan bebas yang dilepaskan Messi sangat pelan dan membentur pagar.
“Pelanggaran itu terjadi sangat dekat. Tendangan bebas di tepi kotak. Itu pengingat yang baik tentang apa yang bisa terjadi ketika melawan Messi. Kita sedang membicarakan pemain yang berbeda. Sebisa mungkin Anda jangan jatuhkan Messi.”
Sama seperti leg pertama, Messi juga frustrasi pada leg kedua. Brown mampu menghentikan permainan La Pulga dengan baik. Pada babak kedua, Messi bergeser ke tengah dan bermain tepat di belakang Eto’o. Tempatnya di sisi kanan diisi oleh Bojan Krkic yang juga tidak bisa memberikan dampak signifikan. Bergeser ke tengah, Messi semakin terisolasi. Tidak hanya mendapatkan pengawalan dari Brown dan Ferdinand, namun ia juga diganggu oleh Park yang kuat sebagai perusak serangan lawan. Semua pemain melakukan pekerjaannya dengan baik.
Manchester United memenangi pertandingan leg kedua dengan skor tipis 1-0. Semua berkat sepakan jarak jauh Paul Scholes, orang yang sembrono ketika menjatuhkan Messi sedikit di luar kotak penalti. Setelah gol tersebut, mereka sebenarnya bisa menambah dua sampai tiga gol lagi jika sepakan Park dan Nani tidak melebar di gawang Valdes.
Barcelona sempat mengancam gawang Van Der Sar melalui Thierry Henry. Beruntung sundulan mantan pemain Arsenal ini masih terlalu lemah dan tepat ke pelukan Edwin Van Der Sar. Hingga pertandingan selesai, United sukses mempertahankan keunggulan tipis tersebut.
“Fans mengaum ketika mendengar peluit akhir. Kami ke final Liga Champions dengan mengalahkan salah satu tim terbaik di dunia. Perasaan yang begitu luar biasa. Kami melakukan pekerjaan individu yang membuat tim ini menjadi solid.”
Tiga minggu setelahnya, United bertanding melawan Chelsea di Moskow. Lagi-lagi Brown memberikan kontribusi positif bagi timnya. Satu asisnya kepada Ronaldo membuka keunggulan United sebelum disamakan oleh Frank Lampard sehingga laga harus diteruskan ke babak perpanjangan waktu. Beruntung, United menjadi pihak yang tertawa paling akhir setelah menang melalui drama adu penalti.
Tulisan ini diambil Dari tulisan Wes Brown dalam situs resmi United yang berjudul “How We Stopped Messi And Barca”.