Di final Liga Champions 2008, Frank Lampard menyamakan gol pembuka Cristiano Ronaldo. Kedudukan pun menjadi sama kuat. Chelsea 1, Manchester United 1. Skor yang imbang pada laga tersebut membawa kedua tim memainkan babak adu penalti.

Final ini merupakan final pertama yang mempertemukan dua tim asal Inggris. Di babak adu penalti, John Terry secara tidak terduga tergelincir saat menendang bola. Trofi Liga Champions pun akhirnya didapatkan The Red Devils dan menjadikannya sebagai trofi ketiga mereka. Meski keluar sebagai pemenang, akan tetapi Michael Carrick tetap merasa bahwa final trsebut menjadi pertandingan yang ia mainkan dengan buruk.

“Pertandingan final Liga Champions 2008 adalah bentuk permainan buruk saya. Ya, itu adalah salah satu hal terburuk yang pernah saya lakukan. Hal terburuk, dan saya menyesal mengingatnya kembali. Perasaan saya merasa bahwa saya tidak ingin mengulangi final itu lagi di lain waktu,” tutur Michael Carrick dikutip dari ESPN.

“Cukup susah menonton dan mengeksekusi penalti dengan tenang, karena Anda akan gelisah. Tetapi, ada satu momen di mana  Anda harus benar-benar membuat diri Anda dalam keadaan pikiran tenang. Karena hasil akhir dari tendangan penalti akan terus menyelimuti pikiran Anda, disinilah tuntutan yang sulit. Untungnya pada waktu itu kami mendapatkan trofinya. Saya masih bisa sedikit tenang.”

Di samping itu, Michael Carrick juga telah menyatakan betapa ia dan rekan satu timnya selalu dipercaya mantan manajer Sir Alex Ferguson untuk  bertanggung jawab atas Manchester United di final Liga Champions 2008. Bahkan, di setiap pertandingan, tekanan dan tuntutan seperti itu sudah sangat melekat pada Carrick sesaat setelah ia bergabung dari Tottenham Hotspur pada 2006.

Carrick pun diwariskan jersey bernomor punggung ‘16’ yang notabene adalah nomor punggung peninggalan sang mantan kapten pilihan Sir Alex Ferguson, Roy Keane. Carrick secara berangsur-angsur memiliki peran yang lebih menonjol di klub dan dikelilingi oleh pemain dengan label bintang yang selalu membantu perkembangannya. Bahkan, Fergie sangat berani meletakkan kepercayaannya untuk selalu memainkan Carrick di lini tengah United.

Menyikapi hal ini, Carrick pun dengan spontan menjadikan kenangannya tersebut sebagai tribute spesial yang ia persembahkan untuk Sir Alex Ferguson yang sedang menjalani serangkaian proses penyembuhan penyakit.

“Kepercayaan yang kami miliki di dalam dirinya (Fergie) sangat luar biasa. Jika saya tidak dimainkan, entah itu karena masalah mental ataupun fisik, saya selalu berpikir baik jika itu adalah keputusan terbaiknnya, dan saya akan siap ketika saya kembali dibutuhkan. Saya selalu menerima jika saya tidak dimainkan, karena menurut saya itu adalah mantra magis untuk skema permainannya,” ungkap Carrick.

“Hal seperti ini adalah caranya mengelola tim. Beberapa pemain memulai musim dengan buruk dan gagal, beberapa diantaranya ada yang berhasil memainkan dengan baik. Seperti yang saya sudah katakan sebelumnya, saya pun tidak memulai performa saya dengan baik, tapi akhirnya dia membuat saya kuat. Ferguson adalah manajer sekaligus ‘ayah’ yang pintar.”

Tak terlepas dari semua itu, Michael Carrick sendiri akan membuat langkah besar pertamanya dalam mengikuti jejak Sir Alex Ferguson di musim depan, di mana ia akan menggantung sepatunya dan bergabung dengan staf kepelatihan Jose Mourinho di Manchester United.

 

Sumber: The Peoples Person, ESPN