Mantan pemain Manchester United, Mick Clegg, mengungkapkan bahwa gelandang legendaris Paul Scholes ternyata sangat benci bermain untuk timnas Inggris. Padahal yang semua orang tahu, Scholes adalah salah satu pemain di masa emas lini tengah The Three Lions bersama Steven Gerrard dan Frank Lampard.
Namun Scholes memang memutuskan untuk undur diri dari skuat timnas beberapa minggu setelah Inggris tersingkir dari Euro 2004 oleh Portugal melalui adu penalti. Hal itu terasa mengejutkan, dan tidak ada yang benar-benar tahu apa alasan di balik pengunduran diri sang maestro lapangan tengah itu.
Hanya Mick Clegg saja yang ternyata diberi tahu alasan pengunduran diri Paul Scholes dari timnas Inggris. Pembicaraan antara mereka berdua terjadi ketika Euro 2004 masih berlangsung, dan apa yang diungkap oleh Scholes kepada Clegg begitu mengejutkan.
“Saya punya teko di gym sehingga saya tidak harus terus-menerus pergi ke kantin untuk minum. Scholsey (Paul Scholes) selalu menyuruh saya untuk mengisi penuh teko, dan suatu hari kami mengobrol tentang Euro di musim panas itu (2004),” ujar Clegg dilansir dari Mirror.
“Dia bilang kalau dia ternyata benci bermain untuk Inggris. Hal ini terasa mengejutkan bagi saya. Saya bertanya kepadanya mengapa, dan dia menjawabnya dengan berkata, ‘saya harus terus tampil baik, dan itulah yang mesti saya lakukan’.”
“Scholes khawatir tentang reaksi yang akan dia dapatkan jika dia tidak bermain baik untuk Inggris. Saya lalu bertanya kepadanya, apakah dia pernah merasakan hal yang sama ketika bermain untuk tim sekolahnya atau dengan teman-temannya di United, maka dia menjawab, ‘tidak, itu sangat berbeda’.”
Mick Clegg lumayan mengerti apa perasaan Paul Scholes. Ia juga menambahkan kalau Scholes sebenarnya suka bermain di timnas jika tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan nalurinya. Namun fakta yang terjadi jelas berbeda. Sehingga menjadi wajar mengapa mantan gelandang United itu memutuskan keluar dari timnas Inggris.
“Dia (Paul Scholes) menyukainya (bermain di timnas Inggris). Saya mengatakan kepadanya bahwa dia sedikit diintimidasi untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nalurinya sendiri. Dan saya tahu perasaan seperti itu sangatlah tidak nyaman,” tandas Clegg.
“Maka tidak lama kemudian, dia pun merasa sesak dan keluar dari sepakbola internasional. Apakah itu karena obrolannya dengan saya? Atau itu karena memang keinginannya sendiri? Saya tidak tahu sama sekali, karena kami tidak pernah membicarakannya lagi.”
Bayangan Paul Scholes soal apa yang terjadi jika “tidak mampu bermain baik untuk timnas Inggris” tampaknya memang bukanlah halusinasi semata. Realitanya, Harry Maguire telah menjadi contoh konkrit tentang hal tersebut. Karena di tengah performanya yang kurang baik di musim ini, ia mendapat tekanan mental dari para suporter Inggris lewat cemoohan di stadion.
Meskipun performa buruk Maguire berada di level klub, namun itu tetap menjadi masalah yang tampaknya membuat sebagian suporter The Three Lions kurang nyaman. Alih-alih didukung lantaran bermain di Wembley, mantan bek Leicester itu malah jadi target bully-an para suporter. Sampai-sampai mantan legenda Liverpool, Ian Rush, turut menanggapinya.
“Di mata saya, mereka (suporter Inggris yang menyoraki Maguire) bukan suporter Inggris sejati. Saya tidak mengerti tipe pendukung seperti apa yang muncul di sebuah pertandingan dengan maksud mencemooh pemain mereka sendiri. Apakah mereka tidak berpikir panjang? Ini sungguh memalukan,” tegas Rush dikutip dari MEN Sport.
“Mereka yang menghina Maguire adalah tipe orang yang pergi ke pertandingan untuk menimbulkan masalah tanpa alasan. Memang Maguire memiliki beberapa pertandingan buruk di Manchester United, tetapi dia tidak pernah mengecewakan Inggris. Jadi dia dicemooh tanpa alasan. Itu benar-benar memalukan.”