Foto: The Sun

Bagi penggemar Liverpool, John Arne Riise adalah nama yang tidak asing di telinga mereka. Sebelum mereka mengenal Andy Robertson, Riise adalah salah satu bek kiri terbaik yang pernah dimiliki oleh The Reds maupun timnas Norwegia. Dia dikenal memiliki kecepatan yang begitu mumpuni. Kecepatan tersebut dilengkapi dengan kaki kiri mematikan yang bisa menjadi alternatif Liverpool mencetak gol.

Bagi Liverpudlian, Riise adalah idola. Namun bagi penggemar Manchester United, Riise adalah pembuat bencana. Setidaknya ada dua momen yang membuat nama Riise begitu dibenci oleh segelintir pendukung Setan Merah.

Yang pertama adalah gol yang ia buat ke gawang Fabien Barthez pada 2001. Ketika itu, kaki kiri kencang Riise tidak bisa dibendung oleh sang penjaga gawang. 70 mil per jam adalah kekuatan tendangannya saat itu yang membuat BBC menyebut gol tersebut seperti petir yang menyambar. Gol yang membuat United semakin terpojok pada pertandingan tersebut.

“Saya pikir kalau itu adalah gol terbaik yang pernah saya cetak dan gol yang paling penting dalam karier saya bersama Liverpool. Gol itu membuat saya diterima oleh para penggemar setia,” kata Riise.

Momen berikutnya adalah insidennya dengan Alan Smith. Salah satu momen yang menyedihkan bagi penggemar United mengingat mereka punya ekspektasi terhadap Smith. Pada 2004, Smith membuat geram penggemar Leeds karena memilih hengkang ke United, rival mereka. Ia mendapat cap sebagai pengkhianat karena saat muda ia pernah bilang kalau tidak akan memperkuat United.

“Benar kalau saya berkata seperti itu. Tapi saat itu, saya masih muda. Saya begitu konyol karena tidak pernah berpikir kalau United akan menginginkan saya dan Leeds mau menjual saya. Saya juga tidak menyangka kalau Leeds akan terdegradasi. Jika Leeds tidak terdegradasi, saya mungkin akan bertahan,” kata Smith.

“Saat itu, saya ingin melihat Leeds bangkrut. Leeds yang aku tinggalkan bukan Leeds yang saya kenal. Ada orang yang bertanggung jawab atas klub yang tidak aku sukai. Leeds kemudian mencoba menjualku ke penawar tertinggi,” katanya menambahkan.

Sebuah ucapan yang tentu membuat telinga penggemar Leeds semakin panas. Pasalnya, ia bersama Mark Viduka, Harry Kewell, dan Rio Ferdinand adalah bagian dari kesuksesan Leeds melaju ke semifinal Liga Champions musim 2000/2001.

Masuknya Alan Smith diharapkan bisa memperkuat lini depan United yang ketika itu diisi oleh Ruud van Nistelrooy dan Wayne Rooney. Ia membuat 10 gol di semua kompetisi. Meski begitu, status Smith yang sebelumnya menjadi pemain reguler, kemudian berubah menjadi pemain cadangan setelah Van Nistelrooy dan Rooney pulih dari cederanya masing-masing.

Musim panas 2005, Ferguson melihat Smith sebagai pemain yang cocok untuk bermain sebagai gelandang. Banyak yang bilang kalau Ferguson akan menjadikan Smith sebagai pengganti Roy Keane. Meski begitu, ia menyebut kalau Ferguson sedari awal memang menginginkan dia sebagai gelandang meski kemudian tidak efektif.

Fergie melihat kalau determinasi dan kemauan Smith untuk mengejar bola jauh lebih cocok membuatnya sebagai gelandang ketimbang penyerang. Meski begitu, Smith beberapa kali kena tegur Keane karena cara mainnya jauh lebih berbahaya ketimbang sang kapten dan bisa memengaruhi kariernya ke depannya.

Benar saja, bencana itu datang pada 18 Februari 2006. United bertandang ke Anfield dalam lanjutan babak kelima Piala FA. John Arne Riise bersiap melepaskan tendangan roket dekat dari garis tengah lapangan. Smith datang sambil berlari kemudian menahan tendangan kencang itu.

Naas, ia tidak bisa bangkit setelah menahan tendangan tersebut. Ia hanya bisa memberi sinyal kalau ada masalah pada kakinya. Para pemain United shock. Smith mengalami patah tulang tibia di kaki kirinya dan dislokasi ankle. Gary Neville, Ruud van Nistelrooy, dan Cristiano Ronald sampai tidak kuasa melihat kaki Smith tersebut. Wasit bahkan sampai menenangkan Smith yang sudah pasti kaget melihat kakinya.

Smith absen kurang lebih tujuh bulan. Sir Alex Ferguson menggambarkan kalau cedera Riise adalah salah satu yang terburuk dalam kariernya. Yang paling ia takutkan tentu saja permainan Smith setelah sembuh nanti. Benar saja, ia bukan lagi Alan Smith yang sama.

“Saya tahu kalau cedera itu membuat saya akan kehilangan sentuhan dan bukan lagi pemain yang sama. Latihan setelah saya sembuh lebih banyak menghasilkan kerugian. Saya tidak bisa bersaing di level yang saya rasa bisa dilakukan dengan mudah. Saya tidak bisa berjalan dengan benar karena kaki saya kaku sepanjang waktu. Saya bersyukur masih bisa bermain beberapa kali karena saya tahu kalau akhir karier saya sudah dekat,” ujarnya.

Meski begitu, ia tidak mau menyalahkan Alan Smith. Apa yang terjadi saat itu sudah menjadi risiko sebagai pemain sepakbola dan gaya bermainnya yang agresif. Ia juga meluruskan banyak berita miring seperti isu kalau beberapa suporter Liverpool menghalangi ambulans yang membawanya ke rumah sakit.

“Semuanya bukan salah Riise karena dia langsung menjengukku usai insiden. Penggemar Liverpool juga berada di stadion. Saya bahkan mendapat banyak ucapan duka dari mereka. Tim medis Liverpool juga banyak membantu,” kata Smith menambahkan.

Smith meninggalkan United pada 2007 untuk bermain bersama Newcastle United. Di sana, ia bisa memulihkan diri dan bermain lebih banyak pertandingan. Sayangnya, ia kembali cedera pada kaki yang sama. Cedera yang ia katakan lebih parah dari cedera yang ia alami dalam insiden Riise.