Dengan usianya yang sudah 33 tahun, Juan Mata merupakan salah satu personel Manchester United yang senior. Ia sudah main di Segunda bersama Real Madrid Castilla sejak 2006. Menjadi wajar kalau ia punya pandangan khusus soal sepakbola yang menurutnya berubah.
Pandemi virus corona bikin sepakbola jadi aneh. Namun, di dalam sepakbola itu sendiri ada satu hal yang membuatnya menjadi berbeda: VAR.
“Kita punya aturan baru dan teknologi baru dan bermain tanpa penggemar, jadi perubahan yang berbeda ini berpengaruh ke sepakbola. Ia bisa membuat Anda mengubah cara bertahan sebagai contoh, dari tendangan bebas atau tendangan sudut. Lalu kita telah melihat keputusan VAR untuk penalti, untuk handball, itu adalah aturan yang sering dibicarakan akhir-akhir ini,” kata Mata.
Menurut Mata, VAR bisa membuat sepakbola lebih adil. VAR bisa memberikan penalti saat kondisinya benar-benar penalti, atau menganulir gol karena benar-benar offside.
Saat ini, sepakbola tengah dalam situasi kritis di mana hasil amatlah penting buat siapapun. Hasil buruk bisa bikin manajer dipecat, sementara pemain akan mendapatkan kritikan keras. Lewat VAR, hasilnya akan penting dan menurut Mata menjadi lebih adil lagi, ketimbang misalnya, memenangi trofi lewat gol yang semestinya offside.
Meski terasa lebih adil, tapi VAR tidak sebaik yang dibayangkan. Untuk mendapatkan hasil pastinya, para pemain dibuat menunggu lebih lama. Sialnya lagi, keputusan VAR terkadang terasa subjektif karena tetap memperhitungkan opini wasit.
“Semoga kita akan berada di sana dan menggunakannya sebagai alat untuk membuat sepakbola lebih adil. Saat ini, kita masih mencari cara melakukannya tapi kita harus beradaptasi. Kalau Anda beradaptasi aku pikir Anda akan menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi situasi ketimbang hanya mengeluh dan tak mau menerimanya, itu tak masuk akal. Jadi mari memilih opsi yang pertama,” tutur Mata.
Hal lain yang mengubah sepakbola adalah absennya suporter. Mata beranggapan kalau itu bisa berdampak pada sejumlah hal di pertandingan. Misalnya, reaksi dari tim setelah mencetak gol atau kebobolan.
“Kalau ada suporter, mereka punya dampak. Tanpa suporter, itu mengubah sejumlah aspek di sepakbola yang bisa berdampak pula pada hasil akhir pertandingan,” kata Mata.
Mata mencontohkan bahwa kita sering disuguhi hasil yang “berbeda” dari yang biasa kita dapatkan, dan ini terjadi pada hampir semua tim. Akan tetapi, ini adalah situasi yang membuat kita harus beradaptasi. Meski Mata merasa mendapatkan hasil positif akhir-akhir ini tanpa penggemar di stadion pada akhir dua musim lalu, tapi tentu saja ia memilih ada penonton di sepakbola.
“Karena tanpa suporter, sepakbola tak lagi sama,” ucap Mata.
Filosofi Sepakbola
Mata memandang sepakbola bagai kehidupan. Seseorang akan hidup bila ia mampu beradaptasi.
“Kalau Anda hidup di era ini dan cara sepakbola tengah berubah, maka terserah Anda beradaptasi dan berubah dan memodernkan cara berpikir, atau Anda akan terjebak di masa lalu,” ungkap Mata.
“Tentu saja, dalam pandanganku Anda harus punya sejumlah nilai dan prinsip yang selalu bersamamu, tak peduli Anda usia berapa, tapi ada sejumlah hal yang harus berubah.”
Esensi sepakbola buat Mata adalah bermain dengan bola, meraih kemenangan, merasakan suasana kekeluargaan di ruang ganti dan bersama semua orang di klub. Ia juga ingin suporter merasa bangga dengan cara mereka memenangi pertandingan.
“Aku senang ketika melihat pemain meningkat dan mencapai level yang berbeda berkat rekan satu tim mereka, manajer, dan semua orang di sekitar mereka. Ada banyak hal dalam sepakbola yang aku sukai, itulah esensinya.”
“Buatku intinya adalah ketika dulu bermain dengan teman-teman di sekolah, kami bermain satu lawan satu, kami mencoba berbagai trik, kami mencetak gol. Ya, tentu saja, sekarang tuntutannya berbeda, tetapi olahraganya tetap sama dan inti dari itu dan perasaan yang kumiliki untuk itu masih tetap sama,” tutur Mata.
Sepakbola telah berubah sejak pertama kali Mata bermain, sejak ayahnya juga masih bermain, di dalam dan di luar lapangan. Perbedaannya di dalam lapangan bisa dalam hal taktik, kemampuan fisik, juga statistik.
Di luar lapangan, nutrisi, psikologis, dan penanganan pemain juga berubah. Media sosial juga berperan dalam mengganggu pemain, yang mana dulu itu belum terjadi. Namun, itu adalah sesuatu yang membuat pesepakbola harus beradaptasi.
“Kita bisa bicara soal teknologi di sepakbola dengan VAR dan aturan baru. Segalanya berubah dalam hidup dan di olahraga, utamanya di sepakbola, dan mungkin dalam 20 tahun kita akan bilang sepakbola telah berubah lagi dalam arah yang berbeda. Hal terbaik yang Anda dan bisa kulakukan adalah beradaptasi tanpa kehilangan inti dari sepakbola itu sendiri,” kata Mata.
Mata menyebut kalau United juga sudah beradaptasi. Namun, hal yang membuat klub ini besar adalah nilai-nilai yang terus diterapkan selama bertahun-tahun dan dalam momen sulit, United bisa menunjukkan kekuatan dan percaya pada nilai yang mereka anut.
“Itulah mengapa menjadi terasa spesial bisa bermain buat klub ini. Sungguh luar biasa cara United menghadapi situasi sulit dan akan terus seperti itu sepanjang sepakbola dimainkan, karena memang begitulah klub ini,” ungkap Mata.