Apa yang ditorehkan Juan Mata di Manchester United mungkin tak sebaik saat ia membela Chelsea maupun Valencia. Dalam hal jumlah gol misalnya. Mata mencatatkan 33 gol dari dua setengah musim atau rata-rata 13,2 gol permusim. Di United, ia mencetak 51 gol dari tujuh setengah tahun atau rata-rata 6,8 gol permusim.
Akan tetapi, Mata bilang bahwa mencetak gol adalah perasaan terbaik bagi setiap pesepakbola. Ia juga menegaskan kalau seburuk apapun golnya, itu tidak berpengaruh.
Mata bercerita kalau golnya yang ke-50 buat United amatlah spesial: mencetak gol pertama saja sudah spesial, apalagi mencetak gol setelahnya, samapai menyentuh 50 gol! Jadi, tidak salah ia membayangkan bagaimana Wayne Rooney jadi pencetak gol terbanyak United dan bisa mencetak 250 gol buat The Red Devils.
Buat Mata ada dua hal yang membuat sebuah gol terasa begitu menyenangkan: dicetak dengan indah dan dilakukan di saat yang penting. Gol indah dicetak di saat yang penting adalah kombinasi terbaik yang bisa dilakukan.
“Akan tetapi, gol yang tidak jelas atau gol yang jelek, seperti yang orang-orang selalu bilang, juga dihitung. Dan, pada akhirnya, setiap tim membutuhkan gol dan kalau Anda punya pemain yang bisa mencetak gol yang buruk, maka itu sesuatu yang bagus,” ungkap pencetak 10 gol buat timnas Spanyol ini.
Buat Mata, satu cara terbaik untuk mencetak gol adalah dengan tap-ins. Ini dilakukan ketika pencetak gol hanya perlu menyentuhkan sedikit bagian kakinya agar bola masuk ke gawang. Alasannya, selain bagus, juga menunjukkan kalau sang pencetak gol ada di tempat yang tepat dalam momen yang tepat.
“Terasa amat menyenangkan bisa mencetak gol penting. Kalau Anda mencetak gol di semifinal atau final, atau Ketika tim Anda tertinggal dan Anda mencetak gol yang mengawali comeback atau memenangi pertandingan, itu terasa lebih baik, ketimbang mencetak gol dalam kemenangan 5-0, misalnya.”
“Aku selalu bilang bahwa gol yang paling penting adalah yang membuka hasil pertandingan dan pemain yang biasanya mencetak gol seperti itu umumnya pemain yang sangat bagus.”
Mata mencontohkan golnya di final Piala Eropa 2012. Ketika itu, ia mencetak gol pembuka Spanyol ke gawang Italia. Ia merasa itu adalah gol yang spesial meski hasil akhirnya Spanyol menang 4-0.
“Itu adalah penutup generasi sepakbola Spanyol saat itu dan memenangi trofi. Di United mencetak gol di final Piala FA [pada 2016], gol-gol di Anfield, dan sejumlah gol penting lain yang memberikan poin atau membawa comeback, mereka terlihat menonjol,” ucap Mata.
Tentang Asis
Selain mencetak gol, Mata juga tak pernah absen memberikan asis. Hal ini juga diakuinya memberikan kepuasan yang besar.
“Kalau Anda memberikan umpan hebat dan Anda meninggalkan striker atau siapapun dalam kondisi one-on-one dengan kiper, atau bahkan, seperti yang aku bilang sebelumnya, mencetak gol tap-in, Anda berharap mereka akan mencetak gol, lalu mereka akan datang dan merayakannya bersama Anda!”
“Itu tidak mencapai perasaan saat mencetak gol kecuali itu adalah asis yang luar biasa atau Anda punya pemainan yang luar biasa dari satu atau dua atau tiga pemain lain.”
Mata bilang kalau dunia sepakbola sekarang berbasis pada statistik. Orang-orang berusaha membuat statistik tentang segalanya: tekel, kemampuan fisikal, asis, gol. Namun, buat Mata ada sejumlah asis yang tak bisa diukur dan itu amatlah penting. Asis itu adalah umpan terakhir sebelum asis diberikan, terutama ketika umpan itu memecah lini pertahanan lawan.
“Itu tak dihitung sebagai asis tapi sepanjang waktu itu lebih penting ketimbang sentuhan akhir sebelum gol. Jadi dalam dunia statistik, kita harus mencoba untuk membuat statistik itu dihitung karena aku menghargainya dari para pemain dan aku pikri orang-orang akan menghargainya juga,” tutur Mata.