Nasib tragis dialami oleh pemuda berusia 20 tahun bernama Joel Darlington. Frustrasi karena karier sepakbolanya terhambat karena mengalami cedera, ia memutuskan untuk bunuh diri. Joel ditemukan oleh saudara lelakinya yaitu Kyran sedang tergantung di rumahnya yang terletak di kawasan Gellifor, Wales Utara.
Saat itu, Dawn Davies (ibu Joel) dan Kyran baru saja kembali dari Wrexham. Akan tetapi, mereka mendapati kalau pintu garasi rumah mereka dikunci. Setelah menerobos masuk, mereka menemukan Joel sudah tergantung dan meninggal dunia. Kasus bunuh diri Joel ini sebenarnya sudah berlangsung sangat lama yaitu pada pertengahan bulan Maret 2019 lalu. Akan tetapi, beberapa media baru memberitakan kabar ini dalam dua sampai tiga hari terakhir.
Joel merupakan seorang pemain sepakbola yang pernah menjalani trial bersama Manchester United. Dia dianggap sebagai salah satu bakat terbaik yang pernah dimiliki Wales. Akan tetapi, lengannya patah ketika menjalani trial.
Karier junior Joel sebenarnya sempat membaik. Pada musim 2016/2017, ia menjadi top skor bagi akademi Bala Town, sebuah kesebelasan semi profesional di Wales. Sempat bermain bersama Denbigh Town, namun Joel akhirnya kembali ke Bala.
“Menyenangkan melihatnya bermain dan melatihnya selama saya bekerja di Bala,” tutur Andy Kelly, administrator akademi Bala Town. “Dia mempunyai dua kaki yang hebat dan sama-sama nyaman menggiring bola dan bisa menembak sama baiknya,” kata Wynne Davies, ketua tim muda Ruthin Youth.
Akan tetapi, ia kembali mengalami cedera pada tulang punggungnya kisaran 2017 lalu. Beberapa jaringan mengalami masalah yang tidak bisa disembuhkan hanya dengan fisioterapi. Beberapa cara lain sudah dilakukan termasuk menjalani akupuntur namun hal itu tidak menyembuhkan cederanya.
Hal ini yang membuat Joel merasa frustrasi. Selain karier sepakbolanya yang berakhir, dia juga tidak bisa memenuhi impiannya untuk menjadi seorang instruktur kebugaran. Sejak Oktober 2018, ia memutuskan untuk tidak kembali ke Yale College, tempatnya menimba ilmu. Tidak hanya itu, Joel juga menderita penyakit kecemasan yang begitu tinggi hingga membuatnya harus menarik diri dari kehidupan sosial.
“Joel sebenarnya adalah karakter yang ceria dan selalu tersenyum. Dia adalah pria yang baik dan sangat dirindukan oleh semua orang. Kematiannya mengejutkan. Dia telah bermain untuk beberapa tim sepakbola lokal dan dikenang sebagai salah satu bakat yang luar biasa. Joel pertama kali bermain bola untuk Ruthin dan memenangkan tiga gelar di musim pertama tim junior sebelum bergabung ke Bala Town Academy,” tutur Matthew Pleavin, teman dekat Joel.
Kematian Joel memang cukup mengenaskan. Satu hari sebelum kepergiannya, Joel sebenarnya sedang berbicara bersama ayahnya terkait masa depannya. Arah pembicaraan sebenarnya positif dan tidak mengarah ke hal-hal yang bisa memicu bunuh diri.
Gangguan Mental Pemain Sepakbola
Jika mengacu kepada teori sosiologi Emile Durkheim, apa yang menimpa Joel Darlington ini masuk dalam kategori Anomic Suicide. Kondisi ini adalah ketidaknormalan individu saat berada dalam posisi yang sangat rendah. Posisi ini diartikan dengan kondisi yang terkatung-katung karena kehilangan sesuatu yang berharga. Dalam hal ini, Joel kehilangan cita-citanya yaitu sebagai pemain sepakbola dan instruktur kebugaran.
Para pemain sepakbola memang rentan terkena gangguan mental. Hal ini merupakan mimpi buruk bagi setiap pemain baik itu yang masih berusia muda, masih aktif, hingga yang sudah gantung sepatu. Meski begitu, tidak banyak laporan yang membahas tentang gangguan mental yang terjadi pada pemain sepakbola. Tidak seperti laporan cedera fisik yang setiap hari selalu dilaporkan.
Dalam tulisan di Pandit Football berjudul “Mewaspadai Gangguan Mental Para Pemain Sepakbola”, World Health Organization (WHO) mencatat kalau 1 dari 4 orang yang ada di dunia pernah mengalami satu kali gangguan mental. Hanya saja, tidak semuanya terdeteksi. Data itu diambil pada tahun 2010.
Selain WHO, FIFPro juga pernah melakukan survey kepada 180 pemain profesional yang masih aktif. Mereka mendapatkan kalau ada 40 pemain yang menunjukkan tanda-tanda depresi dan kecemasan. Itu semua terjadi pada pemain yang sudah berkarier secara profesional. Bayangkan, ada berapa pesepakbola muda atau yang sudah gantung sepatu mengalami hal serupa.
Jagad sepakbola dihebohkan oleh kasus kematian Robert Enke pada tahun 2009. Beberapa hari kemudian, kepergian Enke disusul rekan senegaranya, Andreas Biermann. Dua tahun berselang, Gary Speed gantung diri setelah sore sebelum kematiannya, Gary masih menjadi tamu dalam sebuah acara di BBC dan menyaksikan pertandingan mantan klubnya Newcastle United melawan Manchester United. Pada Desember 2014 lalu, Clarke Carlisle sengaja menabrakan dirinya kepada truk yang melintas. Beruntung, nyawanya masih bisa diselamatkan.
Beberapa pemain besar lainnya juga mengalami kecemasan dan depresi tingkat tinggi meski tidak sampai mengakhiri hidupnya. Gabriel Batistuta pernah meminta untuk mengamputasi kakinya karena mengalami cedera yang berkepanjangan. Pemain sekaliber Paul Gascoigne bahkan pernah dibayar hanya 8 paun (138 ribu rupiah) demi untuk bisa membayar sewa rumah.