Foto: Skysports

“Rangkulkan tanganmu kepada saya, kapten.”

Begitulah ucapan Scott McTominay kepada Antonio Valencia selepas pertandingan Manchester United melawan Tottenham Hotspur pada semifinal Piala FA 2017/2018. Saat itu, Valencia kesulitan berjalan menuju ruang ganti setelah merasakan nyeri di kakinya.

Sikap McTominay tersebut mendapatkan pujian. Statusnya sebagai pemain baru di tim utama MU tidak membuat dirinya kehilangan sifat tanggung jawab dan perhatian kepada rekan setimnya. Bahkan terhadap sosok yang lebih tua sekalipun dia menawarkan bantuan sebagai bentuk penghormatan sekaligus meningkatkan kembali kepercayaan diri Valencia sebagai kapten utama Setan Merah saat itu.

Yang menarik, McTominay justru menunjukkan kalau dia memiliki material sebagai seorang kapten yaitu menomorsatukan tim dan berusaha untuk tidak mengecewakan. Beberapa kali aksinya mengundang decak kagum di luar penampilannya sebagai gelandang bertahan di atas lapangan.

Masih ingat aksinya ketika di kandang Huddersfield musim lalu. Saat itu, MU mendapat malu yang luar biasa ketika ditahan imbang 1-1 oleh tim yang sepanjang musim berkutat di posisi terakhir Premier League. Bahkan The Terriers sebelumnya kalah delapan kali berturut-turut.

Lantas, apa sikap McTominay saat itu? Saat rekan setimnya sudah kembali ke bus tim dan bersiap untuk kembali ke Manchester, Tominay justru duduk sejenak di bangku cadangan dengan setelan jas yang lengkap. Ada perasaan menyesal karena timnya saat itu gagal meraih tiga poin dan menutup peluang mereka mendapatkan tiket Liga Champions.

Jose Mourinho pernah berkata kalau McTominay adalah pemuda dengan karakter yang spesial. Dia begitu ramah, agresif, berani, spesial, dan punya karakter. Bahkan di momen-momen negatif sekalipun, McTominay mempunyai sikap mental yang jauh lebih baik dibanding rekan-rekannya.

United katanya kekurangan sosok yang berani bersuara, terutama di atas lapangan. Baru-baru ini, McTominay membuktikannya dalam laga melawan Chelsea kemarin. Saat waktu sudah menuju penghabisan, ia meminta rekan setimnya untuk naik lebih ke depan untuk memaksa Chelsea menjauh dari lini pertahanan United. Alih-alih memberi komando dengan pelan, McTominay justru melakukannya dengan berteriak dan menunjukkan sikap yang agresif. Padahal, yang dihadapinya saat itu adalah pemain yang usianya jauh lebih tua dibanding dirinya.

McTominay menunjukkan sebuah sikap yang bisa membuatnya layak menjadi kapten Manchester United beberapa tahun ke depan. Dia punya semangat, vokal, bertanggung jawab, dan punya pemahaman yang baik. Ia tinggal membutuhkan kharisma dan berusaha menjadi teladan bagi rekan setimnya. Itu yang sedang dia asah pada musim ini dengan penampilannya yang selalu konsisten di setiap pertandingannya.

Entah berlebihan atau tidak, namun saya melihat ada jiwa-jiwa Roy Keane yang berada di diri seorang Scott McTominay. Soal gaya main jangan ditanya. Ia bisa menjalani beberapa peran bahkan peran yang terkesan kotor sekalipun. Terjangan pada menit ke-10 terhadap Mateo Kovacic bisa menjadi contoh kalau tidak boleh ada yang main-main dengannya.

Selain sama-sama bertugas sebagai pengatur irama tim, ia juga memiliki determinasi yang begitu tinggi dan totalitas dalam setiap pertandingan. Sikapnya pada menit terakhir melawan Chelsea merupakan sebuah sinyal untuk membuat timnya bermain lebih semangat lagi.

“Anda mungkin akan mengatakan bahwa Scott McTominay akan selalu menjadi nama pertama yang pasti bermain pada saat ini. Dia secara konsisten tampil sangat baik. Dia meningkat dan sekarang sudah memiliki jiwa kepemimpinan. Selain itu, dia juga tidak takut dengan apa pun,” tutur mantan bek United, Wes Brown.

Jurnalis Squawka, Chris Smith, pernah menyebut kalau McTominay sedang berada dalam jalur yang tepat untuk menjadi kapten tim. Ia mulai mengambil peran sebagai pembimbing para pemain generasi muda. Peran yang seharusnya dilakukan oleh pemain-pemain senior. Brandon Williams adalah pemain yang berada di bawah penguasaan gelandang Skotlandia tersebut.

“Saya mengatakan kepadanya untuk menjadi diri sendiri dan tidak perlu khawatir. Saya memintanya untuk bermain seperti ketika menghadapi kesebelasan tim cadangan atau bermain di taman bersama teman-temannya. Anda perlu mengekspresikan diri, menunjukkan apa yang dapat Anda lakukan,” tutur McTominay ketika Brandon bermain melawan AZ Alkmaar.

Dalam bukunya yang berjudul Leading, Sir Alex Ferguson memiliki empat kriteria yang harus dipenuhi jika si pemain ingin menjadi kapten. Yang pertama, dia harus punya keinginan yang kuat untuk menjadi pemimpin di atas lapangan. Kedua, si pemain bisa menjadi sosok yang dipercaya rekan setimnya. Ketiga, ia mendapat hormat dari pemain-pemain lainnya. Terakhir, mampu beradaptasi dan mengubah keadaan.

“Yang ingin saya tuju adalah menjadi pemimpin dalam tim. Anda adalah orang yang memberi tahu kepada teman-teman Anda untuk mengendalikan standar. Saya selalu bekerja keras di setiap pertandingan dan tidak mau santai-santai saja. Saya harus naik tingkat yang berikutnya,” tuturnya.

Jika melihat apa yang ditunjukkan oleh McTominay di setiap penampilannya, dan menempatkannya dalam daftar kriteria kapten yang harus dimiliki MU pada era Sir Alex Ferguson, maka McTominay pantas untuk menjadi pemimpin baru United setelah Ashley Young hengkang dari kota Manchester.