Foto: Ranked.com

Sudah menjadi kegiatan alami bagi para penggemar Manchester United untuk menghujat sosok Ed Woodward. Wakil Ketua Eksekutif Manchester United ini dianggap sebagai biang keladi dari berubahnya status klub dari yang bernama Manchester United menjadi Merchandise United.

Pemilik 20 gelar Liga Inggris ini dianggap lebih condong menonjolkan diri sebagai klub bisnis ketimbang mencari prestasi. Semua diawali dengan masuknya Woodward menggantikan posisi David Gill pada 2013 lalu.

Woodward memang bukan orang baru di Manchester United. Ia sudah berada di klub ini sejak Malcolm Glazer sukses mengakuisisi United 14 tahun lalu. Keberhasilan Glazer juga disebabkan Woodward yang menyarankan Glazer untuk mengeluarkan 170 juta paun saja dari kocek pribadinya untuk membeli United, sisanya dana memakai uang pinjaman yang beban utangnya dilimpahkan ke United.

Kinerja Woodward memang bak dua sisi mata uang. Di satu sisi, kemampuannya sebagai akuntan membawa United menjadi kesebelasan dengan pendapatan terbesar setiap tahunnya. Namun di sisi lain, ketidakmampuan Woodward berurusan dengan sepakbola membuat prestasi United berantakan di atas lapangan.

Selain tidak cakap bekerja di bidang sepakbola, Woodward juga dibenci karena perkataannya yang tidak konsisten. Hari ini Woodward akan berkata A, namun besoknya ia akan berkata B, dan kelakuannya akan berkata C. Dengan segala inkonsisten yang ia alami, Woodward justru menjadi manusia yang gemar menjilat ludahnya sendiri.

Hari Ini Mendukung Manajer, Esoknya Tetap Dipecat

Kurang bagus apa Louis van Gaal dan Jose Mourinho sebagai seorang juru taktik. Mereka adalah dua insan yang bisa menjuarai Liga Champions. Mourinho bahkan melakukannya bersama tim yang tidak terlalu diunggulkan untuk menjadi juara (Porto dan Inter Milan). Namun saat keduanya menangani United, mereka menemui nasib yang sama yaitu dipecat.

Faktor dipecatnya Van Gaal dan Mourinho sebenarnya ada andil dari para penggemar yang katanya tidak menyukai gaya permainan keduanya yang dianggap membosankan. Namun Woodward beberapa kali meyakinkan mereka untuk bertahan dan mendukung secara penuh.

“Tidak, tidak akan. Aku tidak akan memecatmu. Percaya pada dirimu sendiri. Jangan pernah membaca koran,” tutur Woodward saat Van Gaal pasrah karena United tidak kunjung bermain bagus sepanjang Desember 2015. Ucapan yang sangat melegakan LVG. Namun enam bulan setelah Woodward berkata seperti itu, Van Gaal dipecat.

Sama seperti Van Gaal, Mourinho juga didukung penuh oleh Woodward. Sukses memberi tiga piala dan bertahan di peringkat kedua pada Januari 2018, membuat Mou disodorkan perpanjangan kontrak setahun.

“Saya senang dengan komitmen dan profesionalitasnya sebagai manajer. Dia telah membawa energi dan hasrat untuk semua pemain dan saya yakin dia akan memberikan hasil yang baik kepada para penggemar dan klub,” tutur Woodward.

12 bulan kemudian, Mourinho menyusul Van Gaal. Permintaan pemain belakang baru tidak digubris yang membuat penampilan lini belakang musim lalu menjadi yang terburuk. Saat Pogba bersitegang dengan Mourinho, Woodward membela Pogba karena menguntungkan dari segi komersial.

Tidak Mau Beli Pemain Mahal, Tapi Dibeli Juga

Ketika Ole Gunnar Solskjaer datang, ia berjanji kalau United tidak jor-joran lagi di lantai bursa. Hal yang didukung penuh oleh Woodward. Namun sebelum Woodward menyetujui keinginan Solskjaer, ia sudah lebih dulu mengungkapkan kalau United tidak akan membeli pemain-pemain mahal.

“Menghabiskan uang lebih untuk pemain, justru memberikan konsekuensi yang negatif. Ini memberikan dampak negatif bagi para pemain lain dan pemain yang datang dengan status termahal dalam sejarah klub ini bisa tampil mengecewakan,” kata Woodward saat diwawancarai Andy Mitten dalam majalah United We Stand.

Lantas, apa yang terjadi? Woodward rela memecahkan rekor transfer termahal klub untuk Juan Mata yang disusul kedatangan Angel Di Maria, dan rekor transfer dunia untuk Paul Pogba. Dua nama yang tidak diinginkan masing-masing manajer yang menangani United saat itu. Bahkan harga Marouane Fellaini pun ditambahkan empat juta paun menjadi 27,5 juta paun oleh United meski harga asli si pemain hanya 23,5 juat saja.

Tidak hanya transfer, Woodward juga berjanji untuk tidak memberikan gaji yang terlampau besar bagi para pemain United. “Ini juga berkaitan dengan gaji pemain. Membayar lebih banyak juga bukan hal yang bagus,” tuturnya. Alasannya sudah pasti akan memberikan dampak negatif.

Namun lagi-lagi dia menjilat ludahnya sendiri. Alexis Sanchez diberi gaji 350 ribu paun plus bonus. Hal ini menimbulkan kisruh dalam ruang ganti United. De Gea dan Herrera merasa lebih layak digaji sebesar itu karena kontribusinya lebih banyak dibanding Sanchez.

Para pemain lain juga diberikan gaji tinggi meski penampilannya di atas lapangan tidak konsisten. Jesse Lingard siap digaji 130 ribu paun, sedangkan Marcus Rashford akan menanda tangani kontrak panjang bernilai 300 ribu paun. Anthony Martial mendapat gaji per pekan sebesar 250 ribu paun, lalu Paul Pogba akan diberi gaji 500 ribu paun agar bertahan di United.

Sebagai perbandingan, Mohamed Salah hanya menerima 200 ribu paun per pekan, Harry Kane 200 ribu paun, Sergio Aguero 220 ribu paun, Raheem Sterling 275 ribu paun, Gini Wijnaldum 90 ribu paun. Semuanya adalah pemain-pemain yang secara performa jauh lebih baik dari para pemain United.

Meniru Liverpool, tapi Prestasi Tertinggal dari Liverpool

Saat diwawancarai oleh United We Stand, Andy Mitten bertanya kepada Woodward: Apakah United perlu trofi untuk bisa menarik sponsor?

Ed Woodward menjawab, “Tidak perlu (trofi). Jika Anda berjuang keras dan gagal, orang-orang masih tetap menonton Anda di televisi dan masih membeli baju Anda. Masih banyak orang yang akan mendukung klub ini. Anda tidak akan selalu menang. Contohnya Liverpool. Jersey mereka masih laris di Premier League padahal belum pernah juara liga sejak 1990. Kalau kami mengalami musim yang buruk, maka kita akan memperkuat tim dengan kekuatan finansial.”

Memang benar Liverpool belum pernah juara liga sejak 1990, namun musim lalu mereka berhasil menjadi juara Liga Champions. Meski belum menjadi juara liga, trek Liverpool semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun depan bukan tidak mungkin Premier League bisa didapat.

Ada perencanaan yang bagus dalam diri rival United tersebut. Oleh karena itu saya sampai menuliskan kalau keberhasilan Liverpool adalah pukulan telak bagi United. Tidak usah membanggakan 20 times yang agung. Liverpool perlahan-lahan mulai menjauhi United, sementara United kini menjadi bahan tertawaan.

Mana Direktur Olahraga?

Yang ini sudah pernah saya bahas sebelumnya. Pada 2018 lalu, Ed Woodward ingin direktur olahraga atau orang yang mengerti sepakbola untuk membantu kinerja Jose Mourinho pada bursa transfer. Namun Mourinho menolak.

Wacana ini kembali mencuat ketika Solskjaer masuk menangani United. Namun ternyata direktur olahraga versi Ed Woodward berbeda dari semestinya. Nantinya direktur olahraga hanya memberi rekomendasi saja kepada jajaran manajemen tim, sementara keputusan akhir tetap ada di tangan Woodward.

Lagi-lagi Woodward menjilat ludahnya sendiri.