Meski kompetisi Premier League belum dimulai, namun mayoritas para pendukung United banyak yang sudah was-was dari sekarang.

***

Sejak musim 2016/17, pecinta sepakbola Inggris (termasuk Manchester United) begitu gembira ketika Premier League dipastikan kembali ke tangan MNC Group yang diwakili RCTI dan MNC TV selama tiga musim. Dalam sepekan, mereka bisa menyiarkan tiga sampai empat pertandingan secara free to air alias gratis. Yang lebih spesial, siaran gratis tersebut mencakup big match sehingga rasa lapar mereka terhadap tayangan bola bisa terpuaskan.

Akan tetapi, musim 2018/19 menjadi kali terakhir MNC Group menyiarkan Premier League. Mulai musim 2019/20 hingga 2021/22, Mola TV akan menjadi pemegang hak siar Premier League untuk wilayah Indonesia. Mola TV sendiri adalah perusahaan media AS-Indonesia yang akan menyiarkan 380 pertandingan secara langsung dan eksklusif. Sayangnya, kehadiran Mola sebagai otoritas siaran Premier League di Indonesia menimbulkan banyak kekecewaan.

Mola TV sebenarnya mempunyai cara unik untuk membagi siarannya. 10 pertandingan bisa disaksikan secara gratis melalui Mola Polytron Streaming yang mengandalkan internet broadband, lalu enam dari 10 laga tersebut juga bisa disaksikan melalui Mola Parabola, empat dari 10 laga bisa disaksikan melalui aplikasi mobile mereka, dan dua dari 10 laga disiarkan TVRI sehingga selama tiga musim, Premier League masih bisa disaksikan gratis.

Namun tetap saja, hal itu tidak bisa mengobati kekecewaan mayoritas penggemar sepakbola Inggris di tanah air. Hal ini tidak lepas dari kualitas pertandingan yang disiarkan. Dari empat pekan pertama yang dirilis oleh Mola, hanya tiga kali saja TVRI menyiarkan pertandingan yang melibatkan tim top 6 musim lalu yaitu Newcastle United vs Arsenal (pekan pertama), Southampton vs Liverpool (pekan kedua), dan Bournemouth vs Manchester City (pekan ketiga).

Para penggemar United pun belum bisa menyaksikan tim kesayangannya melalui TVRI. Hanya sekali mereka bisa menyaksikan pertandingan United secara free dan itu melalui Mobile app mereka.

Hal ini tentu saja dianggap tidak menguntungkan mereka yang hanya mengandalkan TVRI. Bahkan laga big match dalam empat pekan awal seperti United vs Chelsea, Man City vs Tottenham, Arsenal vs Liverpool, dan Arsenal vs Tottenham, hanya bisa disaksikan melalui Mola parabola atau melalui platform streaming mereka. Kita harus berlangganan salah satu dari kedua paket tersebut jika kita ingin menyaksikan big match.

Untuk berlangganan Mola Polytron, kita diharuskan membayar 999.000 rupiah secara langsung untuk berlangganan paket satu tahun. Pilihan ini sudah pasti memberatkan bagi mereka yang berkantong cekak yang masih ingin menyaksikan siaran Premier League secara gratis.

Misi Mola TV sebenarnya bagus untuk dicermati. Dengan merilis platform dalam bentuk streaming melalui Mola Polytron dan Mola Mobile App, mereka ingin mengikis streaming ilegal yang masih banyak terjadi. Namun tetap saja hal itu tidak menguntungkan bagi mereka karena Mola Mobile App mayoritas menyiarkan pertandingan klub-klub papan tengah.

Dulu, siaran Premier League bisa disaksikan secara gratis. Terutama di era 90-an ketika RCTI, SCTV, ANTV, dan Indosiar, dan TPI, bergantian menyiarkan kompetisi ini. Pada medio 2002 hingga 2007, giliran TV7 (Trans 7) yang ikut serta menyiarkan Premier League secara gratis.

Namun sejak 2007, siaran Premier League mulai dimonopoli oleh beberapa stasiun TV berbayar yang datang dari luar negeri. Astro dan Aora bergantian masuk yang membuat masyarakat Indonesia mulai “diwajibkan” berlangganan televisi berbayar untuk menyaksikan Premier League.

Sebenarnya, Premier League sendiri tidak benar-benar hilang dari saluran TV terestrial. TV One, SCTV, dan Indosiar, pernah menyiarkan Premier League secara gratis dalam kurun waktu tertentu. Akan tetapi, mayoritas dari mereka hanya menjadi official broadcasting partner dan hanya kedapatan satu sampai dua laga saja per pekan. Pengecualian ketika Premier League dipegang oleh MNC Group saat mereka bisa menyiarkan secara rutin pertandingan-pertandingan besar.

Hak Siar yang Sangat Mahal

Premier League adalah kompetisi yang paling menghibur dan kompetitif. Tidak hanya berkutat kepada tim-tim seperti Arsenal, Liverpool, Chelsea, United, City, dan Spurs, namun beberapa tim seperti Leicester City, Wolverhampton, dan Everton, juga menarik untuk disaksikan. Banyak pula bintang sepakbola dunia yang bermain di sana.

Hal ini yang membuat nilai hak siar Premier League semakin mahal per musimnya. Mahalnya harga yang ditawarkan membuat pemegang hak siar ramai-ramai memburu status sebagai pemegang hak siar eksklusif. Hal ini yang dilakukan oleh Mola TV mengingat mereka sudah membayar mahal sehingga tidak serta-merta pertandingan bisa disaksikan gratis melalui TVRI atau Mobile App mereka.

Memangnya semahal apa sih Liga Inggris itu? Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya bisa dilihat dari nilai kesepakatan yang dibuat oleh Sky Sports dan BT Sports sebagai pemegang hak siar Premier League di Inggris sana. Untuk mendapatkan lima paket siaran Premier League selama tiga musim (2019/20-2021/22), mereka harus membayar 4,46 miliar paun atau sekitar 87,8 triliun rupiah. Angka ini sangatlah besar. Sebagai perbandingan, jika harga IPhone X dihargai seribu paun, maka hak siar Liga Inggris setara dengan empat juta unit IPhone X.

Harga tersebut sudah lebih murah 12 triliun dari sebelumnya. Itupun mereka hanya menyiarkan 160 pertandingan secara penuh. Sky kudu mengeluarkan 548 miliar untuk menyiarkan satu pertandingan saja. Bahkan dengan harga semahal itu, Sky sudah kehilangan kesempatan untuk menyiarkan pertandingan boxing day yang diborong oleh Amazon Prime.

Bayangkan berapa yang harus dibayarkan bagi stasiun TV jika ingin mendapatkan 380 pertandingan secara penuh. Dilansir CNBC, petinggi Liga Inggris sendiri bahkan menjual beberapa laga Premier League ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal dibandingkan sebelumnya.

Dalam beberapa paragraf sebelumnya, saya kerap menyebut kalau Liga Inggris adalah tayangan yang eksklusif. Hal ini bahkan terlihat dari sulitnya kita untuk mencari cuplikan pertandingan tim-tim Premier League kecuali melalui akun-akun resmi. FA sendiri pernah melarang Youtube dan Vine terkait video cuplikan pertandingan Premier League. Siapa yang melanggar, siap-siap mendapat teguran, peringatan, pencekalan akun, hingga gugatan ke ranah hukum. Di Inggris, mereka bahkan menjual highlight pertandingan yang dalam hal ini dipegang oleh BBC melalui acara Match of the Day.

***

Perlahan tapi pasti, pecinta sepakbola Indonesia, khususnya mereka yang menyukai Liga Inggris, mau tidak mau harus mengubah pola pikir kalau sekarang ini menonton pertandingan Premier League sangat mahal sehingga sulit untuk mengharapkan kepuasan bisa menyaksikan tim-tim besar secara gratis. Siapa pun TV yang menjadi pemegang hak siar akan berusaha memagari tayangan mereka. Intinya, siapa yang ingin nonton, ya harus berlangganan program mereka. Kalau tidak punya uang, yang jangan nonton.

Jadi, jangan marah jika tim kesayangan kita atau bahkan laga-laga big match tidak disiarkan secara gratis. Sepakbola sekarang sudah berubah menjadi industri, dan salah satu bentuk industrialisasi sepakbola terlihat dari sulitnya kita mencari tayangan sepakbola secara gratis.

Budaya mencari siaran gratisan diharapkan bisa digeser dengan berlangganan TV berbayar. Bagi mereka yang berkantong lebih atau suporter yang katanya sejati, berlangganan TV berbayar mungkin tidak jadi soal. Sedangkan yang uangnya pas-pasan mungkin bisa mencari cara lain. Dari cara yang paling sesuai seperti streaming lewat jalur resmi, hingga yang paling nakal yaitu streaming ilegal. Tinggal Anda sendiri yang menentukan jalan mana yang akan dipilih.