Foto: Football Fancast

Hasil imbang tanpa gol melawan AZ Alkmaar pada awal Oktober lalu membuat suporter Manchester United begitu kecewa. Bagaimana tidak, sepanjang 90 menit United berada dalam tekanan AZ. Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka sama sekali tidak membuat satu pun sepakan ke gawang lawan.

Kekecewaan para suporter kemudian dilampiaskan dengan beberapa hal. Ada yang mengutuk di media sosial, berkeluh kesah di depan akun YouTube penggemar United, hingga yang paling berani, menurut penelusuran The Athletic, adalah dengan mendatangi Ed Woodward di bandara dan menyerangnya secara verbal untuk meminta pertanggung jawaban atas hasil buruk yang diraih Setan Merah.

Pria berusia 47 tahun ini bak buronan di Manchester United. Sosoknya akan selalu dicari ketika MU mendapat hasil buruk. Jika manajer dan pemain tidak layak untuk disalahkan, maka nama Ed Woodward yang akan muncul sebagai orang yang bertanggung jawab atas menurunnya prestasi United sepeninggal Sir Alex Ferguson.

Saat ini, United berada pada peringkat 12 di Premier League. Musim ini berjalan sangat payah bagi mereka. Bermain susah payah melawan tim divisi tiga pada Piala Liga, serta belum menunjukkan penampilan yang apik pada Liga Europa, semua itu membuat Woodward terus mendapatkan kecaman. Banyak yang berharap akan ada sosok baru dalam tubuh manajemen klub, khususnya posisi wakil ketua eksekutif yang ia kuasai

Namun mengharapkan Woodward untuk turun dari jabatannya jelas bukan perkara yang mudah. Lihat saja apa yang terjadi ketika dirinya diserang secara verbal oleh pendukung United. Menurut hasil investigasi The Athletic, ia hanya nyengir saja dan berusaha untuk tetap santai. Santainya Woodward sudah pasti menambah kadar emosi para pendukung United.

Saya beberapa kali menyebut dalam akun-akun fanpage yang berkaitan dengan Manchester United kalau Woodward dan keluarga Glazer adalah satu kesatuan yang kokoh dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Jika mengacu pada istilah dalam bahasa Jawa, Woodward dan Glazer adalah konco kenthel alias relasi yang begitu lekat. Bisa jadi hubungan keduanya hanya bisa dipisahkan oleh maut dari yang maha kuasa.

Woodward adalah orang dibalik kedatangan Glazer ke United setelah ia menghabiskan waktu beberapa tahun bersama JP Morgan. Disitulah ia memberikan saran kepada almarhum Malcolm untuk mengambil alih United dengan 790 juta paun melalui cara yang paling dikutuk penggemar United yaitu utang.

“Saat kedatangannya, Woodward adalah bankir yang biasa-biasa saja. Levelnya belum kelas tinggi seperti sekarang, tetapi perintah itu (mengambil alih United) memberinya keuntungan karena ia bisa menjalin kontak sehari-hari dengan para klien dari Glazer,” tutur salah satu orang dalam klub.

Oleh karena itu, salah apabila menyebut kalau Woodward baru bekerja di Manchester United setelah Sir Alex Ferguson pensiun. Ia sudah hadir di meja kerja kantor United sejak 2005 sebagai salah satu staf Glazer. Dua tahun berselang, ia mengambil alih peran sebagai orang yang mengurus hak-hak komersial klub. Disinilah kesuksesannya berasal ketika pendapatan klub makin tahun makin meningkat.

Namun sorotan kepadanya baru muncul ketika ia mengambil alih jabatan David Gill yang pensiun bersamaan dengan Sir Alex Ferguson. Ia menjalankan peran sebagai wakil ketua eksekutif dengan cara seperti ketika ia bekerja mengurus bagian komersial United. Klub ini dijalankan bak mesin uang. Sesaat dia mendapatkan jabatan baru, ia begitu percaya diri menyebut kalau United tidak butuh trofi untuk mempertahankan status mereka sebagai kesebelasan terkaya. Ucapan yang kemudian ditegaskan beberapa tahun kemudian dalam sebuah rapat antar investor.

“Kinerja bermain di atas lapangan tidak benar-benar memiliki dampak yang berarti pada sisi komersial.” Itulah ucapan Woodward dengan penuh percaya diri menganggap nilai komersial sebuah klub tidak akan bisa turun meski penampilan di lapangan cenderung buruk. Ucapan yang sayangnya dibuktikan dengan keberhasilan mereka yang kerap untung besar meski penampilan tim berantakan.

Cakapnya Woodward membicarakan uang tidak menular ketika ia menjalankan perannya sebagai penggerak tim ini. Disinilah kebijakan-kebijakan absurd dari seorang Ed Woodward dimulai. Dari yang tidak bisa mendatangkan pemain sesuai kemauan manajer, intervensi terhadap pemain yang ingin diincar manajer, sampai salah dalam melakukan investasi, menjadi pemandangan lazim yang diberikan.

“Mengetahui sepakbola, mengetahui pemain incaran, dan menyelesaikan transaksi, itu semua bukan keahlian Woodward. Ia dan Matt Judge tidak akan dianggap apa-apa ketika menjalin kerja sama dengan Chevrolet, namun ketika Anda mendapatkan pemain besar maka Anda mendapat pujian. Itulah yang mereka kejar. Mereka membuat kesalahan meski mereka tetap bertanggung jawab,” ujar salah satu agen kepada The Athletic.

Ia memberikan tambahan uang ketika membeli Marouane Fellaini dari Everton, mempertahankan Rooney disaat ia sudah ingin dilepaskan ke Chelsea, tidak bisa mendatangkan rekrutan yang diinginkan Moyes. Itulah perkenalan Woodward ketika pertama kali bekerja lebih dekat dengan manajer. “Saya tidak tahu apakah pria ini memang betul-betul jenius atau badut,” kata David Moyes.

Moyes adalah awal dari tidak rukunnya hubungan Woodward dengan para manajer MU. Louis van Gaal dan Jose Mourinho kemudian meneruskan tradisi tersebut. LVG merasa dikhianati, sedangkan Mourinho merasa tidak dipenuhi keinginannya pada musim ketiga. Special One hanya bisa pasrah ketika Ed Woodward memilih mendatangkan Fred padahal ia sendiri tidak ingin pemain asal Brasil itu datang. Hari-hari terakhir Woodward dengan Mourinho bahkan dipenuhi banyak umpatan. Bahkan ketika Sir Alex Ferguson masih menjabat pun keduanya tidak pernah saling bicara. “Mereka bisa berjarak sepuluh meter satu sama lain dan tidak berjabat tangan,” ujar salah satu sumber tersebut.

Tidak hanya manajer sebenarnya, sosok Woodward juga sebenarnya kurang populer di mata para pemainnya. Selepas semifinal Piala FA 2016 melawan Everton, Woodward mengirim pesan kepada Rooney berisi ‘Hai Wazza, bagus sekali permainan hari ini.” Sebuah pesan yang tidak digubris oleh si pemain sama sekali karena Woodward dianggap sok dekat.

Hubungan Ed Woodward dengan manajer baru terlihat harmonis ketika Solskjaer masuk menangani tim. Rekatnya hubungan mereka terlihat dari diturutinya segala keinginan Solskjaer soal pembelian pemain. Pria asal Norwegia tersebut bahkan beberapa kali mengundang Woodward untuk menyaksikan sesi latihan tim untuk bersama-sama menilai lini mana saja yang membutuhkan penguatan serta memperkuat relasi antar keduanya.

Soal hasil buruk yang diderita menjadi persoalan lain. Para pemain pun dikabarkan tetap mendukung Solskjaer dan belum ada tanda-tanda kalau dia akan mengalami nasib yang sama seperti Mourinho. Namun tidak ada jaminan juga baginya untuk bisa bertahan lama jika hasil buruk terus berlanjut. Satu hasil minor membuka peluang dirinya dipulangkan ke Norwegia lebih cepat.

Ketika surat pemecatan itu datang, maka Woodward akan menjadi sosok yang kembali disalahkan. Namun kita semua seolah lupa kalau dia adalah salah satu pemegang tampuk kekuasaan tertinggi dalam jajaran manajemen Manchester United. Kolaborasinya dengan Glazer bisa menentukan apakah manajer ini bisa terus melanjutkan pekerjaannya atau harus diberhentikan di tengah jalan.

Ada baiknya kita semua jangan berharap terlalu tinggi kalau Woodward akan lengser dalam waktu dekat. Woodward memang harus bertanggung jawab, namun selagi Glazer masih menginginkannya dan United terus mendapatkan keuntungan yang besar dari segi finansial, maka selama itu pula namanya akan kekal dalam struktur manajemen Manchester United. Toh jangankan untuk keluar, diminta bergeser peran saja jika ada direktur olahraga pun Woodward menolak.

“Ed semakin arogan. Kalau ada orang yang mempertanyakan kinerjanya, maka dia akan bertanya, ‘siapa Anda?’ Dia melakuka semua pekerjaan di klub. Dan saya rasa, dia tidak akan bisa menyelesaikan semua pekerjaan itu untuk membawa klub ini kembali menuju kejayaan,” tutur orang dalam klub.

Lagipula, upaya untuk mengusir Woodward, dan juga keluarga Glazer secara keseluruhan dari jabatannya pun sudah pernah dilakukan. Dari demonstrasi, aksi boikot MUTV, hingga tidak mengikuti aktivitas klub di media sosial. Bahkan Woodward sudah disambut dengan banner bertuliskan ‘Ed Woodward a Specialist of Failure’ ketika United melawan Burnley pada 2018 lalu. Namun itu semua tidak mampu membuatnya untuk turun dari jabatannya.