Foto: Goal.com

Bagi Andreas Pereira menjadi pemain pinjaman adalah sebuah pilihan. Beraksi di klub baru adalah cara yang tepat untuk memberi pembuktian agar tidak lagi menjadi cadangan di masa depan. Segalanya berjalan dengan aman sampai kemudian ia membuat sebuah kesalahan dalam pertandingan yang sangat menentukan.

Jika dibandingkan dengan pemain lainnya, Andreas mungkin menjadi pemain yang bermain sangat baik sebagai pemain pinjaman. Kembali pulang ke Brasil dan bermain bersama Flamengo, pemain kelahiran Belgia ini bermain cukup konsisten dan menjadi pilihan utama di lini tengah mereka.

Namanya tidak luput dari pantauan pelatih Renato Gaucho. Sejak tiba di Flamengo, Andreas hanya dua kali tidak menjadi pemain inti. Sisanya ia hampir melahap seluruh pertandingan tanpa diganti alias bermain penuh. Hal ini tentu berbeda jauh dengan aksinya di Lazio yang sangat terbatas.

Catatan lima gol dan satu assist yang ia punya musim ini adalah yang terbaik setelah lima gol dan tiga assists saat masih bermain untuk Granada empat tahun lalu. Yang paling signifikan tentu perannya di atas lapangan.

Dulu, banyak yang mencibir keputusan Jose Mourinho atau Ole Gunnar Solskjaer yang memainkan Andreas sebagai pemain tengah atau sebagai gelandang box to box. Katanya, peran ini tidak sesuai.

Namun di Flamengo ia bermain sangat impresif pada sektor ini. Hal ini memang tidak lepas adanya proteksi dari Willian Arao yang berada di belakangnya melindungi pertahanan. Inilah kenapa Andreas bisa fokus untuk membantu penyerangan.

“Dia ini pemain yang berbeda. Kualitasnya luar biasa saat memegang bola. Pemain seperti Andreas akan sangat membantu kita. Penting untuk memiliki pemain seperti ini karena lawan akan selalu berpikir dua kali jika mendekati areanya,” kata Renato Gaucho beberapa waktu lalu.

Ucapan Gaucho benar. Andreas adalah faktor penting dari kesuksesan Flamengo yang saat ini masih berada di jalur juara kompetisi Liga Brasil. Selain itu, ia juga sukses membawa jalan Mengao ke final Copa Libertadores kedua dalam tiga musim terakhir. Kesempatan meraih gelar sudah di depan mata. Bahkan ia bisa melakukannya lebih dulu ketimbang rekannya yang masih bertahan di Manchester.

Namun, apes bagi Gaucho. Magis Andreas justru tidak muncul saat final yang berlangsung dini hari tadi. Sialnya lagi, kegagalan Flamengo menjadi juara justru berasal dari kaki Andreas yang ia puji setinggi langit itu.

Pada menit ke-95 perpanjangan waktu, Andreas menerima bola dari sesama eks Premier League lainnya, David Luiz. Skor saat itu 1-1. Setelah ia mengembalikan bola itu ke Luiz, pemain kribo ini menggiring bola sedikit sebelum ia memberikannya lagi ke Andreas.

Wajar jika Luiz mengoper lagi ke Andreas karena hanya dia yang jalur umpannya tidak tertutup lawan. Sayangnya, sentuhan Andreas justru tidak sempurna yang kemudian direbut Deyverson. Tidak ada pengawalan, Deyverson dengan nyaman mencetak gol untuk membawa Palmeiras kembali memimpin.

Setelah gol ini, Flamengo mencoba menyerang total. Sayangnya, tidak ada gol yang bisa mereka ciptakan. Palmeiras sukses menang 2-1 dan mempertahankan trofi Copa Libertadores yang ia raih musim sebelumnya.

Andreas sendiri tidak menyelesaikan laga dengan tuntas. Pada menit ke-111 ia diganti oleh Pedro untuk membuat Flamengo lebih menyerang. Beberapa kali kamera TV menangkap momen Andreas yang menutupi wajahnya dengan handuk. Ia sadar kalau dirinya sudah pasti menjadi kambing hitam kegagalan timnya menjadi juara.

Apa yang terjadi di Estadion Centenario benar-benar menjadi ironi bagi Andreas. Ia yang bisa menjadi pahlawan justru menjadi pesakitan yang mengakibatkan timnya kehilangan kesempatan menjadi juara. Sama seperti yang dilakukan Steven Gerrard 2014 lalu, nama yang kini dikait-kaitkan dengan aksi Andreas semalam di jagad media sosial.