Setiap orang berhak untuk mengeluh, termasuk manajer favorit kita semua, Ole Gunnar Solskjaer. Wajar ia mengeluh, karena setiap hasil buruk membuatnya dituntut untuk segera mundur dari jabatannya sebagai manajer Manchester United.

Hal serupa juga terjadi usai kekalahan 1-2 Manchester United atas tim “balita” karena sudah mah pada “Boys”, mereka juga masih “Young”: Young Boys menjadi dua kombinasi nama yang merefleksikan diri mereka di kancah sepakbola Eropa sebagai bocah bau kencur.

Namun keunggulan pengalaman tersebut tak terlihat di atas lapangan. Mayoritas suporter menunjuk pada momen kartu merah langsung Aaron Wan-Bissaka pada menit ke-35 sebagai buntut kekalahan United.

Solskjaer pun mengakui kalau apa yang dilakukan Wan-Bissaka menunjukkan kurangnya pengalaman ia di sepakbola. Wan-Bissaka gagal mengontrol bola yang membuatnya melanggar Christopher Martins dengan tekel yang langsung mengenai ankle-nya.

Ole lalu bilang begini:

I can understand why he gives it. Aaron takes a touch that goes too far, it’s never a dangerous tackle because he hits him in the front of his foot.”

Sengaja tidak kami alih bahasakan, karena Ole pasti lagi puyeng pas ngasih pernyataan di atas. Sama kaya nenek Mimin waktu ngobrol: “Tau bapak yang itu gak? Dia tuh yang anaknya itu loh, siapa sih, yang istrinya tuh ini.”

Mimin sampai bingung itu “He” yang dimaksud Ole tuh buat siapa.

Tapi intinya, Ole pengen bilang kalau pelanggarannya Wan-Bissaka tuh bukan yang kasar-kasar banget. Ia mencontohnya cedera patah kakinya Harvey Elliot. Cedera tersebut berasal dari tekel yang mirip era film hantu Indonesia yang banyak adegan seksinya: bisa diperdebatkan, tapi sebenarnya tidak se-horor itu.

“Hal itu membuat pertandingan jadi sulit dengan 10 pemain. Aaron biasanya adalah pemain dengan tekel yang sangat, sangat cerdik, salah satu yang terbaik di dunia,” kata Solskjaer.

Kartu merah Wan-Bissaka membuat United akhirnya kebobolan pada menit ke-66 lewat gol Nicolas Moumi Ngamaleu. Di babak kedua pun, United tertekan dengan hanya mendapatkan 30 persen penguasaan bola. Bahkan, United tak melepaskan satupun attemp di babak kedua!

Puncaknya hadir pada menit ke-95. Wasit Francois Letexier sudah hampir meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Bola serangan Young Boys pun sudah mentah dan menuju kaki Jesse Lingard. Namun, jelmaan Ronaldinho ini dengan cerdik memilih mengumpan ke belakang ke arah David De Gea.

Lingard begitu baik. Umpannya ia berikan dengan lembut dan arahnya pun agak melebar, tidak lurus ke arah De Gea. Mungkin tujuannya untuk membiarkan De Gea lari-lari cantik barang sebentar.

Sayangnya, bola umpan itu disambar oleh Jordan Siebatch. De Gea sudah tak bisa bereaksi saat Siebatch melepaskan tendangan keras. Gol tersebut langsung disambut para pemain Young Boys seolah-olah mereka baru saja menang Piala Dunia dan Akhirat.

Kartu merah tersebut akan membuat Wan-Bissaka tak bisa bermain di laga menghadapi Villareal pada 30 September mendatang. Ini menjadi kesempatan bagus buat Diogo Dalot di pos bek kanan, sekaligus pembuktian pemain yang musim lalu dipinjamkan ke AC Milan tersebut.

Musim lalu, United kalah di tiga dari total enam pertandingan fase grup Liga Champions. Hasil ini membuat The Red Devils tersingkir ke Europa League dan mencapai babak final.

Kalau kartu merah itu yang jadi alasan kekalahan United atas Young Boys, Wan-Bissaka dan Ole harusnya bisa berargumen lebih keras lagi, agar wasit membatalkan kartu merahnya: Dengan cara menunjukkan pelanggaran Syaiful Indra Cahya saat menendang wajah pemain Persiraja, misalnya.

Sumber: Manchester Evening News.