Tidak sedikit dari suporter Manchester United sekarang merasa khawatir soal bagaimana performa tim kesayangan mereka saat kehilangan Marcus Rashford. Walaupun sempat pihak klub mengonfirmasi bahwa Rashford tidak akan tersedia ‘untuk beberapa pertandingan’, dan pernyataan itu sengaja dibuat ambigu.
Namun seperti yang terjadi, Rashford hanya absen dari pertandingan melawan Sevilla (leg 1) di Old Trafford dan melawan Nottingham Forest di City Ground. Sisanya, ia kembali tampil menawan dan memberikan semangat juang bagi tim Setan Merah di lapangan.
Rashford kembali ke skuat utama untuk pertandingan tandang melawan Sevilla (leg 2) di perempat final Europa League. Ia dimasukkan pada babak pertama dalam pertandingan itu, tetapi penampilannya tidak mampu untuk mencegah United tersingkir dari Europa League.
Rashford sendiri telah memulai lima pertandingan berturut-turut sejak saat itu, dan ia juga mencetak satu gol saat melawan Tottenham. Total ia hanya mencetak dua gol sejak awal April, dan golnya sudah mulai mengering dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Hal ini perlahan-lahan mulai menarik perhatian sebagian besar suporter.
Di satu sisi, Rashford mengoleksi 29 gol yang mengesankan dan capaian ini merupakan yang terbaik dalam karirnya. Perubahan haluannya luar biasa. Banyak orang yang merasa senang untuk melihatnya bermain, dan memang bisa dibilang ia bertanggung jawab atas sekitar 35 persen gol United di semua kompetisi.
United, bagaimanapun, terlalu bergantung pada produksi gol dan penampilan Rashford di depan gawang lawan. Bahkan Erik ten Hag berharap kalau anak asuhnya itu dapat terus mencetak gol dengan kecepatan yang tinggi hingga hari terakhir musim ini. Walaupun tuntutan ini sedikit tidak realistis, karena jadwal Liga Inggris begitu padat.
Namun berkaca pada ketergantungan Rashford ini, jelas harus dilihat bahwa ternyata ada konsekuensi dan risiko besar yang terjadi. Yaitu kurangnya peluang dan jumlah gol yang mulai mengering adalah salah satu dari indikasinya. Hal ini bisa dilihat dari hasil laga United vs Brighton dan West Ham pekan lalu, di mana kekeringan gol mulai terasa.
Kenapa bisa begitu? Wajar saja, karena setiap pemain punya tenaga yang tidak bisa dituntut untuk terus ada di tiap waktu. Begitu pula dengan Rashford, yang memiliki tenaga dan sekarang sedang mengalami sedikit penurunan pasca mengalami cedera.
Sayangnya sekarang tidak ada waktu bagi Rashford untuk diberikan jeda singkat atau istirahat dari perannya di depan gawang. Juga tidak ada waktu untuk menyalahkan perannya yang sekarang mulai mengendur. Karena sekarang fokusnya adalah bagaimana seharusnya United bertahan dari ancaman Liverpool yang lagi mendapatkan momentum di posisi kelima.
Sementara Rashford, ia adalah pemain yang luar biasa di musim ini. Namun begitulah risiko yang harus diterima Setan Merah dalam beberapa minggu terakhir, setiap pemain mengalami titik konstannya. Tapi jika tidak segera diatasi, maka musim yang luar biasa ini bisa berakhir dengan bencana.
Manchester United sendiri sudah mencetak jumlah gol Premier League yang sama dengan Leicester (49) di musim ini. Cuma ironinya, pasukan The Foxes justru berada jauh dari empat besar, dan kemungkinan akan mengakhiri musim ini di posisi tiga terbawah.
Mereka saat ini duduk di zona degradasi, dan catatan gol barusan menyoroti sejauh mana masalah yang dimiliki The Red Devils dengan mencetak gol. Antony, Wout Weghorst, Jadon Sancho dan Anthony Martial, keempat pemain ini digabungkan berhasil mencetak 23 gol di semua kompetisi.
Maka merekalah para pemain yang harus lebih bertanggung jawab atas kekeringan dan jumlah gol United di penghujung musim ini. Pasalnya Marcus Rashford adalah orang yang menggendong sebagian catatan gol Setan Merah lainnya.
Namun karena Erik ten Hag dan para suporter United sepertinya terlalu bergantung pada Marcus Rashford, akibatnya sekarang catatan gol itu mulai mengering. Itu artinya, masalah utama United jelas ada di para penyerang mereka yang tidak mampu mencetak banyak gol –kecuali Rashford.