Howard Webb dan Wayne Rooney. (Foto: Mirror)

Howard Webb dianggap sebagai salah satu wasit terbaik di dunia sepakbola baik di Inggris maupun di Eropa. Sedikit sekali wasit yang punya keistimewaan seperti dirinya yang bisa memimpin final Liga Champions dan Piala Dunia pada tahun yang sama (2010).

Namun selain anggapan orang yang menyebutnya sebagai wasit terbaik dan salah satu wasit tegas, pria yang bekerja sebagai petugas kepolisian di Yorkshire selatan ini juga kerap disebut sebagai “Wasit MU”. Pria berkepala botak ini kerap menguntungkan Setan Merah ketika ia menjadi pengadil pada pertandingan yang melibatkan United sehingga julukan tersebut melekat kepadanya.

Banyak penonton yang merasa kalau kotroversi akan datang ketika ia memimpin laga United. Hal itu tidak terjadi sekali. Inilah yang membuat orang-orang menjadi sedikit kesal karena Setan Merah sering diuntungkan.

Akun Twitter Ryan Babel yang mengunggah foto Howard Webb sembilan tahun lalu. (Foto: Ming-ji)

Saking kesalnya, Ryan Babel bahkan sempat berhadapan dengan FA setelah ia mengunggah foto Webb memakai baju United pada akun Twitter pribadinya. Babel kesal saat Liverpool kalah dari United pada babak ketiga Piala FA 2010/2011 akibat gol penalti Ryan Giggs yang didapat setelah Dimitar Berbatov terjatuh meski dalam tayangan lambat kontak pemain Bulgaria tersebut dengan Daniel Agger begitu minim.

Pada pertandingan itu juga, Steven Gerrard juga mendapat kartu merah karena tekel dua kaki kepada Jonny Evans. Meski kartu merah Gerrard sangat tepat karena kakinya menerjang Carrick, namun Babel tetap emosi karena timnya kalah dengan tidak wajar.

Satu kontroversi lain hadir dari laga Manchester United melawan Tottenham Hotspur pada April 2009. Ketika itu, United sudah tertinggal 2-0 pada babak pertama melalui gol Darren Bent dan Luka Modric. Mereka butuh menang agar peluang untuk menjadi juara terjaga. Gol kemudian datang pada menit ke-57 melalui penalti Cristiano Ronaldo yang datang dari sebuah pelanggaran kontroversial.

Wayne Rooney saat itu melepaskan umpan terobosan mematikan kepada Michael Carrick yang berhadapan dengan penjaga gawang Spurs, Heurelho Gomes. Mencoba mengecoh Gomes, Carrick terjatuh dan Webb menunjuk titik penalti. Keputusan tersebut menimbulkan reaksi kaget para pemain Spurs. Harry Redknapp bahkan sampai turun ke pinggir lapangan saking kesalnya dengan keputusan Webb tersebut.

Gomes juga tidak kalah kecewanya. Jika melihat tayangan ulang pertandingan tersebut, Gomes lebih dulu menepis bola Carrick sebelum Carrick terjatuh. Reaksi emosionalnya justru berbuah kartu kuning kepada dirinya dan penalti sukses dikonversi menjadi gol oleh Ronaldo.

“Itu adalah kesalahan terburuk yang pernah dibuat wasit. Saya kemudian bicara kalau dia membuat kesalahan besar dan dia hanya berkata ‘Jika saya melakukan kesalahan, saya minta maaf.’ Bahkan pemain United di lapangan saling bicara satu sama lain karena tidak percaya dengan apa yang mereka dapat,” kata Redknapp.

Penalti Ronaldo tersebut menjadi awal dari kebangkitan United yang akhirnya sukses memenangi laga dengan skor 5-2. Bagi penggemar United, skor itu menunjukkan mental juara mereka, namun bagi Spurs kekalahan itu semua dikarenakan keputusan konyol Webb pada menit ke-56 tersebut.

12 tahun setelah kejadian tersebut, Webb angkat bicara dan mengakui kalau keputusan untuk memberikan United penalti adalah sebuah kesalahan. Permintaan maaf ke Redknapp di lorong ruang ganti Old Trafford mungkin tidak serius karena sang wasit harus menjaga wibawanya sebagai pemegang keputusan tertinggi, namun saat ini ia sudah pensiun sebagai wasit sehingga ia bisa berbicara bebas soal pengalamannya sebagai wasit.

“Beberapa saat setelah memberi penalti, saya langsung sadar kalau keputusan saya salah. Saya berharap Ronaldo gagal menendang penalti tersebut. Saya melihat Carrick lebih dulu menguasai bola, sebelum saya sadar kalau Gomes lebih dulu mendapat bola. Keputusan saya salah tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Webb kepada The Athletic.

Nasi sudah menjadi bubur. Penalti Ronaldo berhasil, skor berubah menjadi 1-2, yang membuat Webb sadar kalau penalti tersebut membuat momentum pertandingan tiba-tiba bergeser menjadi milik United.

Mendapat tudingan sebagai wasit yang memihak klub tertentu adalah sebuah ujaran menyakitkan bagi seorang wasit. Hal ini jelas membuat kredibilitas mereka turun di mata masyarakat. Saat otoritas liga menyuruh sang wasit untuk memimpin laga klub yang diidentikan dengannya, maka ia berada dalam situasi sulit terutama ketika harus mengambil keputusan yang sifatnya krusial seperti penalti atau kartu merah.

Webb berkali-kali menyebut kalau dia bukan pendukung United. Dia tidak pernah satu tempat tidur dengan Ferguson, atau anak-anaknya dipanggil Wayne dan Cristiano. Sejak awal ia kenal sepakbola, ia mengaku lebih mencintai Rotherham ketimbang tim-tim besar macam United. Sayangnya, tudingan sebagai ‘Wasit MU’ sudah melekat kepada dirinya.

“Satu-satunya United yang saya dukung adalah Rotherham. Itulah kenyataan yang sebenar-benarnya,” ujar Webb.

Statistik sebenarnya menjelaskan hal tersebut. Sepanjang karier sebagai wasit, Webb sudah 47 kali memimpin laga-laga United. Dari jumlah tersebut, United menang 29 kali dan kalah 12 kali. Dalam rentang 10 tahun karier Webb, United memenangi lima gelar Premier League dan dalam rentang 2005/2006 hingga 2011/2012, Webb maksimal memimpin laga United sebanyak tujuh laga saja. Hal ini tidak bisa membuktikan kalau Webb punya andil dari keberhasilan United saat itu.

Jika benar Webb menguntungkan United, maka seharusnya ada satu laga pada musim 2013/2014 yang setidaknya berhasil dimenangkan United atau minimal berakhir seri. Kenyataannya, United selalu kalah dalam tiga pertandingan yang dipimpin Webb.

Meski begitu, Webb total sembilan kali memberikan penalti kepada United sepanjang karier. Inilah yang membuatnya mendapat julukan sebagai pemain ke-12 United karena jumlah tersebut adalah yang paling banyak dibanding klub-klub lain. Meski begitu, kita juga tidak bisa percaya 100 persen kalau Webb punya andil karena kesuksesan United sudah hadir jauh sebelum dia masuk ke ranah Premier League.

Lagipula, Webb bahkan pernah menolak permintaan Sir Alex Ferguson yang ingin menunda laga United ketika bertandang ke Fulham pada 2009. Ferguson menemui Webb pada pukul sembilan pagi saat inspeksi lapangan dan menyebut kalau lapangan sangat berbahaya karena ada lapisan rumput yang beku. Namun permintaan itu ditolak oleh Webb dan ia justru beranggapan Fergie sengaja melakukan itu karena timnya sedang dilanda krisis cedera di lini belakang.

“Dalam laga itu, Vidic dan Ferdinand tidak bisa bermain. Begitu juga dengan Evans dan O’Shea. Sepertinya, bos United ini akan memainkan tim lemah melawan Fulham dan ia memancing saya untuk menunda laga. Ferguson berkata kalau lapangan menjadi jebakan maut, tapi saya menganggap lapangan baik-baik saja,” kata Webb.

“Ferguson kemudian membentak saya, tapi saya merasa kalau lapangan bisa digunakan sembari menguatkan diri mendengar omelan dia. Orang tua licik itu hanya bisa tersenyum dan kembali ke terowongan. Lima jam setelahnya, tim daruratnya babak belur 3-0.”

Saat itu, Ferguson memainkan Evra sebagai bek kanan, bek tengah diisi Carrick dan Ritchie de Laet, dan Anderson bermain sebagai bek kiri. Dengan lini belakang seperti ini, wajar kalau United hancur di sana.

Kisah di Craven Cottage menjadi bukti kalau Webb memang tidak sepenuhnya identik dengan United. Sayangnya, hal itu tidak membuat label sebagai “Wasit MU” hilang dari dirinya. Sampai akhir hidupnya, Webb akan selalu dikenang pecinta sepakbola sebagai salah satu wasit terbaik di dunia, paling tegas di dunia, dan wasit yang identik dengan Manchester United.