Meski baru berseragam Manchester United sejak awal musim 2016/2017, perlahan tapi pasti, sosok Henrikh Mkhitaryan mulai menjadi idola publik Old Trafford. Apalagi, performanya belakangan ini terus mengalami peningkatan. Pemain yang akrab disapa Micki itu memang sempat kesulitan beradaptasi dengan Setan Merah di awal kedatangannya. Namun, kini dia sudah mampu membuktikan bahwa pelatih Jose Mourinho tak salah memboyongnya dari klub Bundesliga Jerman, Borussia Dortmund.

Sejauh ini, pemain yang berposisi sebagai gelandang serang atau winger tersebut sudah dipercaya tampil 14 laga di Premier League Inggris; sembilan penampilan sebagai starter, dengan catatan tiga gol dan satu assist. Jika dihitung dari semua kompetisi yang diikuti Manchester United pada musim ini, maka Micki sudah membukukan 21 penampilan, lima gol dan empat assist. Bahkan, saat United mengandaskan tuan rumah dan juara bertahan Leicester City di Premier League pada 5 Februari 2017, dia pun berhasil menjadi man of the match berkat permainan impresifnya sepanjang 90 menit.

Kini, Micki sudah mendapat kepercayaan penuh dari sang pelatih dan fans. Tapi tak banyak yang tahu, selain lihai menggocek bola, ternyata pemain berusia 28 tahun itu juga jago berbagai bahasa. Dia memang berasal dari negara dunia ketiga, Armenia yang tidak banyak dikenal orang. Namun jangan salah, otaknya sangat encer. Hingga saat ini, dia telah menguasai enam bahasa internasional, mulai bahasa ibunya sendiri, Armenia, hingga bahasa Rusia, Inggris, Jerman, Prancis, dan Portugis. Bahkan, Micki juga mengetahui sedikit bahasa Italia, dan masih terus mendalami bahasa itu lebih lanjut lagi.

“Saya harus menyiapkan diri. Jadi, saya harus siap. Sebelum pindah ke Inggris, bersama United, saya membaca sejarah tentang Inggris, khususnya Manchester. Saya mau tahu bagaimana mereka hidup dan ketertarikannya. Sepakbola Inggris juga saya hadapi,” ungkap Micki seperti dilansir oleh The Sun.

Kemampuannya menguasai banyak bahasa asing itu rupanya tak terlepas dari profesinya sebagai pemain sepakbola. Dia mencoba mempelajari setiap bahasa di mana dirinya tinggal, agar dapat mempermudah proses adaptasi dengan lingkungan dan klub barunya, termasuk saat ini di United.

Micki memang sudah hidup berpindah-pindah, bahkan ketika dirinya masih kecil. Pemain kelahiran 21 Januari 1989 itu pernah menetap di Prancis saat baru lahir hingga berusia sekitar enam tahun. Ketika itu, keluarganya hijrah dari Armenia ke Valence, karena sang ayah, Hamlet Mkhitaryan yang juga merupakan seorang pemain sepakbola profesional dikontrak oleh klub Prancis, ASOA Valence pada Juli 1989. Micki pun menghabiskan masa kecilnya di kota itu. Dia selalu menonton Hamlet bertanding dan ikut ke tempat latihan. Sejak itu pula, Micki punya impian jadi pemain sepakbola seperti ayahnya.

Kami membuat dua artikel tentang cerita haru Mkhitaryan, termasuk hubungannya dengan sang ayah. Tulisannya bisa Anda baca di sini: Bagian 1: Berawal dari Sang Ayah; Bagian 2: Diremehkan di Ukraina

Setelah sang ayah meninggal dalam usia 33 tahun pada 1995, Micki dan keluarganya kembali ke kota asal mereka di Armenia. Dia mulai merintis karir sepakbola di akademi klub lokal, FC Pyunik. Pada 2003 saat berusia 14 tahun, Micki sempat menjalani trial dengan klub Sao Paolo di Brasil, hingga berlatih bersama Hernanes dan Oscar selama setahun di negara itu. Ketika itu pula dia mempelajari bahasa Portugis, yang jadi bahasa sehari-hari di Brasil. Akhirnya, Micki mendapatkan karir profesional di FC Pyunik pada 2006, hingga kemudian klub Ukraina Metalurg Donetsk meminangnya pada 2009.

Selama empat tahun berkarir di Ukraina, termasuk saat memperkuat klub Shakhtar Donetsk pada 2010-2013, Micki banyak belajar bahasa Rusia yang jadi bahasa resmi di sana. Lalu, petualangannya berlanjut hingga ke tanah Jerman, saat membela Dortmund selama tiga musim, yang membuat Micki juga menguasai bahasa negara itu. Hingga kemudian, pada Juli 2016 lalu, Mourinho meminangnya sebagai rekrutan ketiga pelatih asal Portugal itu bersama United, dengan mahar sekitar 27-30 juta paun. Kepindahannya ke Inggris ini pula yang membuat Micki kini bisa dan fasih berbahasa Inggris.

Satu lagi fakta menarik lainnya yang tak banyak diketahui orang, ternyata Micki sangat peduli dengan pendidikan. Makanya, tidak heran jika dia sudah menyandang gelar sarjana ekonomi dari salah satu institut di kota kelahirannya, Yerevan, yakni Armenian State Institute of Physical Culture, cabang dari St Petersburg Institute, Rusia. Dia lulus dari studinya itu saat masih membela FC Pyunik, di usia masih sekitar 20 tahun. Bahkan, Micki juga punya impian belajar lagi di kampus itu agar bisa jadi pengacara.