Gol Lingard menjadi penutup perjalanan United musim ini. (Foto: Twitter Man Utd)

Jesse Lingard pernah mengalami musim terbaiknya bersama Manchester United. Tercatat, musim 2015/2016 dan 2017/2018 menjadi musim terbaik sang nomor 14 selama berkarier di Old Trafford. Ia menjadi pahlawan klub ketika tiga kali beruntun mampu mencetak gol di Wembley yang semuanya menghasilkan gelar bagi klub.

Ia juga menjadi role model bagi pemain akademi lain karena mengajarkan makna untuk tidak menyerah dalam mengejar mimpi sebagai pemain utama United. Bayangkan saja, pemain seperti Lingard yang tiga tahun lagi akan menginjak kepala tiga saja masih ada yang menganggapnya sebagai wonderkid. Label yang begitu spesial karena Lingard hanya akan bertambah usia tapi tidak dengan statusnya sebagai pemain sepakbola.

Namun, musim 2017/2018 seperti menjadi kali terakhir magis Lingard berguna bagi Setan Merah. Setelah itu, Lingard tampak sulit kembali ke performa terbaiknya. Puncaknya adalah ketika Lingard membuat rekor tidak bisa mencetak gol dan asis di Premier League selama satu tahun.

Gol Lingard ke gawang Cardiff City pada Desember 2018 menjadi gol terakhirnya di Premier League. Setelah itu, kontribusinya nihil. Beberapa gol yang ia ciptakan hanya muncul pada ajang piala dengan lawan yang kualitasnya tiga level di bawah United. Ketika kembali ke kompetisi sesungguhnya, perannya menghilang.

Hal ini kemudian mengubah status Lingard dari pahlawan menjadi pecundang. Dia yang sebelumnya menjadi idola perlahan-lahan mulai bergeser menjadi pemain yang diharapkan kepindahannya terjadi secepat mungkin.

“Lingard harus pergi. Dia memang pernah tampil luar biasa dan sempat menjadi pembicaraan kalau dia pemuda lokal yang sangat baik. Namun sekarang, ia tidak bisa memanfaatan kesempatan yang sudah diberikan dengan baik. Ia tidak mampu tampil menonjol dan menjadi pemimpin bagi tim ini. Performanya hanya menjadi noda bagi tim ini,” kata mantan pemain United, Paul Parker.

Ucapan tersebut sebenarnya cukup kejam. Keberadaan Lingard saat itu dianggap hanya sebagai sebuah beban. Tetapi dia memang mengalami penurunan yang begitu pesat sejak 2018. Belum lagi soal sikapnya yang mulai ngartis dan lebih banyak aktif di YouTube dan Instagram. Tambah kesal lah para suporter United.

“Pikiran saya seperti tidak ada di pertandingan. Saya benar-benar tidak mendorong diri saya sendiri untuk memberikan segalanya. Saya seperti melihat diri sendiri yang membuat saya berkata kalau: itu bukan Jesse,” ujarnya beberapa waktu lalu.

“Saya mengenal siapa saya. Keluarga saya paham siapa saya. Saya juga tahu cara bermain saya. Makanya, saya sadar kalau saya tidak mengerahkan segalanya sebelum kompetisi berhenti. Sekarang saya harus mencapai target secara individu maupun tim” katanya menambahkan.

Krisis kepercayaan diri Lingard begitu pelik. Ia mengalami masalah keluarga yang mungkin  menjadi alasan dia mengalami penurunan performa. Hal ini kemudian membuatnya menjadi bulan-bulanan suporternya sendiri. Tak ayal, ketika isu kepindahannya ke West Ham mencuat, tidak sedikit yang bersyukur dan mengharapkan penjualan itu bisa terealisasi secepat mungkin.

Beruntungnya adalah Lingard masih punya Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajernya. Ia tidak berapi-api dalam berkomentar. Kalimatnya lemah lembut tapi nadanya memang tergolong menyakitkan. Tujuannya sederhana yaitu membuat Lingard menjadi lebih termotivasi lagi memperbaiki diri.

“Dia mengalami musim yang sulit, tapi setiap pemain pernah mengalami masa-masa seperti itu sepanjang karier, atau bahkan di kehidupan. Namun, beberapa dari mereka telah melalui fase tersebut dan bisa bangkit,” kata Ole Gunnar Solskjaer.

Ketika Lingard mengeluhkan krisis kepercayaan diri yang ia terima, Ole memaklumi sekaligus mengingatkan kalau itu tidak selamanya bisa dijadikan alasan. Saat berita penjualannya mencuat, Ole membelanya dengan menyebut kalau Lingard masih menjadi bagian dari tim karena ia masih menunjukkan kerja kerasnya di tempat latihan.

Hal ini yang mungkin menjadi alasan kenapa Ole tidak memainkan Lingard dalam beberapa pertandingan khususnya ketika restart. Lima laga beruntun namanya tidak ada di dalam skuad. Ole ingin Lingard benar-benar pulih dari masalah mental yang ia rasakan. Hujatan dari penggemar dan teguran Ole yang sudah ia dapat sejak Januari 2020 lalu karena keseringan main media sosial menjadi bahan refleksi diri untuk Lingard agar melakukan pembenahan.

Selain itu, Lingard juga punya komitmen. Saat Andreas Pereira mengaku tidak bisa tidur karena hujatan pendukung United, Lingard memilih untuk tetap bertahan dan memperbaiki diri setiap sesi latihan. Cercaan tidak pernah berhenti, tapi mentalitasnya cukup bagus. Dia hanya bisa berlatih sambil menunggu momen yang tepat untuk menunjukkan kalau dia mulai kembali.

“Saya tahu kalau penggemar frustrasi. Tetapi, saya cinta klub ini dan orang yang berada di sekitar saya tidak pernah meninggalkanku. Klub ini adalah keluarga saya dan saya akan bekerja lebih keras dari sebelumnya demi tim ini, ucapnya pada Instagram pribadinya.

Puncaknya terjadi pada laga melawan Crystal Palace pada 16 Juli lalu. Pertandingan itu seperti sinyal kalau Ole merasa Lingard sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. 28 menit bermain, ia memberikan kontribusi pada gol kedua melalui pressing-nya yang mengacaukan konsentrasi Patrick van Aanholt.

Pressing ini pula yang kemudian membuka puasa gol Lingard yang mendekati dua tahun tersebut. Kemampuannya menekan membuat Kasper Schmeichel salah tingkah dan melakukan kesalahan konyol. Lingard dengan tenang menceploskan bola ke gawang kosong yang sudah menyambutnya.

Sebuah gol yang krusial karena sudah ia rindukan sejak lama. Gol yang menjadi obat rindu kita semua termasuk dirinya. Gol yang spesial karena tercipta pada pekan terakhir, menit terakhir, pelicin jalan United ke Liga Champions, sekaligus membuat para penjudi yang bertaruh kalau Lingard tidak akan membuat gol atau asis musim ini kehilangan kesempatan mendapat jutaan rupiah.

Yang paling gembira sudah pasti Ole Gunnar Solskjaer. Kepercayaan yang terus diberikan berhasil dijawab dengan baik dalam dua laga terakhir. Satu gol itu memang lahir dari kesalahan lawan, tapi nama yang tercatat di papan skor diharapkan bisa memulihkan kembali mentalitas di atas lapangan.

“Sepanjang sesi latihan, dia adalah pemain yang sangat bagus. Senang rasanya bisa melihat dia kembali mencetak gol pada pekan terakhir Premier League,” ujar Ole.

Ole berharap Lingard tidak berhenti sampai di sini. Bulan depan akan ada Liga Europa. Laga melawan LASK bisa menjadi panggung lain untuk menunjukkan kalau dia benar-benar sudah pulih dan kembali seperti Lingard yang ingin kita lihat yaitu Lingard yang jago mencetak gol dan asis. Bukan Lingard yang sepanjang satu setengah tahun terakhir yang hanya bisa melakukan lari-lari pressing tapi kehilangan kesentuhan ketika diminta untuk menyerang.

Trivia: Entah karena gembira bisa buka puasa gol sekaligus merayakan keberhasilan United lolos ke Liga Champions, Lingard mengadakan give away tiga Earbuds JBL bagi pemenang yang beruntung.