Foto: Fabrizio Romano

Ed Woodward mengundurkan diri dari posisinya sebagai wakil ketua eksekutif (CEO) Manchester United pada bulan Februari lalu. Woodward telah menghabiskan 16 tahun di Old Trafford, dan tidak keberatan untuk menyatakan kalau jabatannya itu adalah bencana besar bagi klub.

Maka tak heran jika hengkangnya pria lulusan Universitas Bristol itu dari Old Trafford dirayakan oleh para suporter United. Kepergian Woodward adalah simbolis, meskipun mesti diakui, mengingat kinerjanya adalah sesuatu yang menyakitkan. Terutama ketika Manchester City secara resmi mengumumkan perekrutan Erling Haaland hanya dengan harga 51 juta paun dari Borussia Dortmund.

Rasanya seperti sakit hati karena kepindahan Haaland ke rival sekota menunjukkan kesalahan Woodward di masa lalu yang masih menghantui United. Dan meski sudah 98 hari sejak Woodward meninggalkan klub, namun kedatangan Haaland ke Etihad membuktikan bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki kegagalan si mantan CEO klub.

Ed Woodward sempat menjadi pemegang keputusan tertinggi Manchester United pada 2013, dan Setan Merah hanya mampu memenangkan tiga trofi selama masala jabatannya itu. United sangat putus asa di bawah kepemimpinannya. Sampai-sampai mereka tidak bisa dikenali sebagai klub besar. Standar di Old Trafford telah luntur dan mereka berjalan menuju jurang.

Parahnya lagi, United “meraih rekor” kekeringan trofi terpanjang mereka selama 40 tahun di musim ini. Dan itu adalah konsekuensi dari ketidakmampuan Woodward selama ia menjabat. Intinya keluarga Glazers dan Woodward telah menurunkan kualitas Manchester United selama hampir satu dekade terakhir, dan salah satu efeknya terjadi di musim ini.

Padahal Woodward sudah dibayar mahal sebagai wakil ketua eksekutif United. Namun ia seolah-olah memilih nyaman dengan keadaan pelik klub. Kemungkinkan ia lebih memilih berjalan-jalan di lapangan golf daripada fokus untuk membenahi keadaan tersebut. Seperti misalnya menyusun rencana untuk membawa Erling Haaland ke Old Trafford.

Jadi intinya, Ed Woodward tidak akan lepas dari pengumuman resmi Manchester City soal perekrutan Erling Haaland. Sebuah pengumuman yang telah membuat suporter United meringis dan sakit hati. Padahal Woodward tidak harus hidup dengan konsekuensi seperti itu jika saja ia tidak gagal selama menjabat sebagai wakil ketua eksekutif di Old Trafford.

Tapi apadaya, hasil kinerjanya itu akan terus memiliki konsekuensi buruk selama beberapa tahun mendatang. Ini juga merupakan bukti yang menyedihkan bahwa suporter klub akan selalu terpengaruh oleh kegagalan orang-orang yang berkuasa dan kaya yang menjabat sebagai petinggi klub.

Ironis memang. Erling Haaland sudah jadi target paling potensial United sejak beberapa musim lalu. Penyerang tengah itu telah menghabiskan dua musim bersama Dortmund dengan mencetak 85 gol dalam 88 pertandingan. Reputasinya terus berkembang, dan itulah yang menyebabkan Dortmund tidak berdaya dalam mempertahankannya.

Dari sini, kesalahan Ed Woodward sebagai CEO klub adalah membuat Manchester United tidak pernah mau bersaing untuk mengontraknya ketika kesempatan terbuka lebar. Itu menunjukkan bukti kalau United memang mengalami kemunduran di bawah kepemimpinannya.

Lebih parahnya lagi Setan Merah saat ini hanya berada di urutan keenam dan dipastikan gagal lolos ke Liga Champions musim depan. Jadi sekalipun diincar oleh klub di musim panas nanti, pemain sekelas Haaland pastinya malu jika bermain di Europa League. Ia menginginkan lingkungan yang sangat kondusif untuk memenangkan trofi. Dan klub yang seperti itu bukanlah Manchester United.

Semua sudah terlambat. Karena jika saja Woodward gerak cepat di masa ketika ia masih menjabat, tujuan Erling Haaland untuk melanjutkan kariernya tentu saja adalah Manchester United. Bukan Manchester City. Tapi sekarang Haaland sudah menentukan pilihannya, dan United akan terus meratapinya dengan hati yang sakit.

Ya meskipun daya pikat dan daya tarik United akan selalu ada, tetapi akan naif untuk berpikir situasi seperti itu cukup untuk menarik pemain terbaik dunia. Memimpikan Erling Haaland bermain di Old Trafford tentu bukan delusi. Namun sebuah kesalahan Woodward di masa jabatannya telah membuat mimpi itu sirna. Dan kepindahan Haaland ke City akan jadi fakta yang menyakitkan bagi United selama beberapa tahun ke depan.