Foto: Marca.com

Punya pemain depan menjanjikan dengan nama besar yang mentereng seharusnya bisa membuat sebuah kesebelasan bisa dengan mudah mendulang gol dalam sebuah pertandingan. Sayangnya, Manchester United justru menunjukkan sebaliknya.

Pernah ada suatu momen ketika Sir Alex Ferguson pusing untuk menentukan siapa yang layak menjadi penyerang utama dalam formasi timnya. Pada 2011 ia kebingungan untuk memilih karena ia punya Rooney, Hernandez, Berbatov, dan Owen. Pada 2008, ia harus pintar-pintar memilih siapa yang bermain diantara Rooney, Ronaldo, Tevez, dan Saha. Atau mundur jauh ke era treble ketika Ferguson punya kuartet hebat dalam diri Cole, Yorke, Sheringham, dan Solskjaer.

“Tidak mudah untuk memilih siapa yang akan saya mainkan dan siapa yang harus saya istirahatkan. Pada tahun 99, saya punya Cole, Yorke, Sheringham, dan Solskjaer. Empat pemain dengan empat kelas yang berbeda. Sekarang (tahun 2011 saat itu) saya menghadapi situasi yang sama dengan tipe pemain berbeda,” tutur Ferguson.

Rasa pusing yang dialami Fergie bukan karena penyerang-penyerang ini tidak tampil baik. Melainkan karena semuanya hampir selalu tampil konsisten di setiap laga. Pada satu pertandingan, gol akan datang dari kaki Yorke atau Cole. Namun sepekan berselang, bisa saja gol itu datang dari Sheringham dan Solskjaer. Praktis, Fergie bingung dengan situasi ini.

Lalu melangkahlah kita jauh ke 2022. Manajer United saat ini, Ralf Rangnick, juga mengalami hal serupa dengan Fergie. Yang membedakan hanya situasinya. Jika Ferguson pusing karena strikernya bagus semua, Rangnick justru kebalikannya.

Tidak ada yang bisa menjamin apakah penyerang United bisa mencetak gol dalam sebuah pertandingan. Setidaknya jika kita melihat hasil dari beberapa pertandingan terakhir yang mereka jalani. Inilah yang membuat kita terheran-heran tentang masalah lain yang mendera Setan Merah.

Jika angka xG (Expected Goals) United dalam enam pertandingan terakhir dijumlahkan, maka muncul angka 15,29. Angka ini menunjukkan kalau United bisa mencetak setidaknya 15 gol atau lebih dari jumlah pertandingan tersebut.

Alih-alih 15, United hanya memiliki enam gol alias tidak sampai setengahnya. Ini yang membuat kualitas lini depan United dipertanyakan. Dengan nama-nama macam Ronaldo, Martial, Rashford, Greenwood, Cavani, dan Sancho, gol justru menjadi barang langka layaknya minyak goreng di negeri ini.

Melihat sederet torehan angka itu, bisa disimpulkan kalau pemain depan United sudah memperlihatkan usaha yang cukup baik. Masalahnya, finishing di tim ini mulai memasuki fase kronis. Ada 7 big chances yang hilang ketika United kalah dari Middlesbrough. Lalu ada dua yang mereka hasilkan ketika melawan Watford dengan hasil akhir yang sama.

Pada awalnya, Rangnick masih sabar menghadapi kritikan kepada para pemain depannya. Terlebih kepada sang mega bintang, Cristiano Ronaldo. Rangnick menegaskan kalau persoalan di lini depan ini murni masalah semua pemain di lini serang dan bukan masalah Ronaldo saja.

Akan tetapi, pepatah kalau manusia punya batas kesabaran tampak ada benarnya. Rumor menyembul ketika Ragnick dikabarkan mulai ragu dengan ketajaman Ronaldo. Kesabarannya menipis setelah melihat catatan gol Ronaldo yang hanya satu dari 10 pertandingan terakhir.

Tidak hanya itu, top skor Eropa ini juga mulai kehilangan kepercayaan diri. Dia seperti tidak tahu kapan harus menendang dan kapan harus berbagi dengan rekan setimnya. Ia mulai kehilangan momentum dan pergerakannya seperti tidak selincah dulu.

Sayangnya, Rangnick tidak bisa meninggalkan Ronaldo di bangku cadangan. Alasannya sederhana, 15 gol yang ia buat sejauh ini masih menjadi yang terbanyak dibanding striker lainnya. Tidak ada jaminan juga jika memarkir Ronaldo, maka masalah finishing bisa terselesaikan.

Cavani bisa menjadi jawaban. Namun, dia telah melewatkan lima pertandingan terakhir karena cedera. Golnya pun baru dua. Jika Cavani main hari ini, belum tentu dia akan main lagi pada pertandingan berikutnya. Rashford juga sama. Dalam empat setengah bulan, golnya baru lima. Permainannya bahkan terus mendapat kritik.

Di sisi lain, Anthony Martial sedang dipinjamkan dan Mason Greenwood telah dibekukan dari skuad. Hanya Sancho dan Elanga yang tersedia namun keduanya jelas bukan pemain yang bisa menjadi target man. Khusus bagi Elanga, kejam juga rasanya jika berharap banyak gol dari pemain yang baru musim ini mendapat kesempatan main lebih banyak.

Nama-nama baru pun bermunculan untuk direkrut pada musim panas. Victor Osimhen masuk dalam buruan. Sebelumnya ada nama Erling Haaland dan Harry Kane, namun tidak mudah tampaknya untuk mendatangkan salah satu dari dua nama itu.

Selagi Rangnick masih belum menemukan solusi untuk lini depannya, di akademi muncul talenta baru yang sekarang ini mulai mencuri perhatian suporter Manchester United. Si anak muda ini dikabarkan sudah membuat 14 gol dan 6 assists dari 28 pertandingan. Namanya adalah Alejandro Garnacho.