Foto: Twitter

Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong, Hakim Ziyech dan Donny van de Beek adalah segenap pemain Ajax asuhan Erik ten Hag yang menginspirasi semua orang. Khususnya ketika mereka bermain di semifinal Liga Champions pada musim 2018/19. Nuansa pemain muda memang sangat kental di musim yang penuh kejutan itu.

Namun, skuat Ajax kala itu ternyata tidak hanya mengandalkan pemain muda. Ada juga perpaduan pemain senior yang orientasinya dapat mendukung para pemain muda di klub. Misalnya seperti Daley Blind dan Dusan Tadic. Mereka berdua adalah contoh pemain senior yang memainkan peran penting di skuat Ajax.

Sementara tidak ketinggalan, satu pemain paling senior di antara mereka adalah Klaas-Jan Huntelaar. Meskipun sebagian besar perannya adalah tampil dari bangku cadangan. Tapi tetap saja, perpaduan antara pemain muda dan senior ini begitu berpengaruh di skuat Ajax.

Di sisi lain, Erik Ten Hag selama ini memang dikenal sebagai pelatih yang menekankan pada pengembangan bakat akademi. Akan tetapi ia juga memahami nilai profesional seorang pemain senior selama waktunya di Ajax. Itu sebabnya ia membawa Huntelaar kembali ke klub pada 2017.

Huntelaar, yang saat itu berusia 33 tahun, telah menghabiskan tiga tahun di Ajax pada awal kariernya dari tahun 2006 sampai 2009. Sebelum kemudian ia pindah ke Real Madrid, AC Milan, dan Schalke. Penyerang tengah itu direkrut kembali karena pengalamannya dan hubungannya dengan Ten Hag di Amsterdam Arena.

Hubungan antara pemain dan pelatih ini pun terbukti saling menguntungkan. Keduanya berhasil memenangkan beberapa penghargaan besar bersama-sama. Tugas kedua Huntelaar di Ajax berlangsung selama empat tahun. Huntelaar terus diperankan sampai akhir kontraknya, dan Ten Hag benar-benar ingin terus mempertahankannya di skuat Ajax.

“Saya berharap dia (Huntelaar) tidak pergi. Meskipun saya terus berharap segalanya akan baik-baik saja. Dia sangat berarti bagi Ajax. Jika dia memutuskan untuk pergi, saya menghormati itu. Tapi sebenarnya, saya tidak ingin dia pergi,” ujar Ten Hag pada Januari tahun lalu.

“Saya akan melakukan segalanya untuk melakukan hal yang bisa membuatnya tetap berada di Amsterdam. Penampilannya luar biasa. Pengalaman yang dia miliki adalah contoh bagi semua orang dan seluruh generasi pemain sepakbola yang sekarang maupun yang akan datang.”

Maka dengan melihat proses kembalinya Klaas-Jan Huntelaar ke Ajax Amsterdam melalui peran Erik ten Hag, kita bisa melihat nilai positfinya. Karena kondisi ini memiliki kesamaan dengan kembalinya Cristiano Ronaldo ke Manchester United.

Selain itu juga, fakta bahwa Ten Hag berperan penting dalam mempertahankan Huntelaar di Ajak akan meredakan kekhawatiran para suporter United. Karena seperti yang diketahui, mereka sejauh ini merasa bahwa masa depan Ronaldo di klub tidak jelas.

Sekali lagi, Ten Hag memang identik dengan talenta muda, dan inilah salah satu alasan mengapa John Murtough tertarik pada pelatih asal Belanda tersebut. Namun hubungannya dengan Huntelaar memperjelas filosofinya, yang juga akan menjadi pertanda baik bagi situasi “tidak jelas” Ronaldo.

Ten Hag menghargai Huntelaar meskipun waktu itu ia sedang berada di masa redup dari perjalanan kariernya. Itu berarti Ten Hag bisa juga menunjukkan sebuah komitmen bahwa Ronaldo akan memainkan peran penting sekali lagi di musim depan. Sekalipun usia dan permainannya sudah mulai menurun.

Pastinya tidak sabar menunggu filosofi Erik ten Hag tentang kombinasi pemain senior dan pemain muda ini di Manchester United. Tapi yang jelas, saat ini ia  sudah mengakhiri kontraknya di Ajax lebih awal, sehingga ia dapat langsung mengalihkan perhatiannya serta fokusnya ke Old Trafford.

Mantan pelatih tim junior Bayern Munich itu juga sudah mengkonfirmasi bahwa hari Senin kemarin (16/5) adalah hari pertamannya menjadi bagian dari United. Walaupun di satu sisi peran penuhnya masih harus menunggu sampai musim depan. Di mana ia akan mengerjakan semua rencananya untuk membangun kembali United dengan bangunan yang ia inginkan.