Foto: StrettyNews

Seakan tidak mau berhenti, drama demi drama terjadi di dalam tubuh Manchester United. Yang terakhir, perseteruan Anthony Martial dengan Ralf Rangnick muncul ke permukaan.

Selalu ada kisah dari pemain Prancis yang pernah memperkuat Manchester United. Pada 1992 misalnya, United secara mengejutkan merekrut Eric Cantona dari Leeds United. Cederanya Dion Dublin saat itu membuat Cantona didatangkan untuk mengisi komposisi lini depan Setan Merah.

Hasilnya sudah bisa ditebak. King dianggap menjadi kepingan puzzle yang hilang dan berhasil membawa United memutus gelar 26 tahun juara Liga Inggris dan memberikan tiga gelar liga lagi sebelum pensiun.

Eric bukan satu-satunya. Pada musim dingin 2006, hampir 13 tahun setelah transfer Cantona, Patrice Evra didatangkan dari AS Monaco.

Kiprahnya juga berkilau di Manchester. Sempat kesulitan dan menjadi penampil terburuk dalam derby Manchester, Evra bangkit dan berubah menjadi salah satu bek kiri terbaik di Premier League sekaligus legenda klub.

Tidak selamanya pemain Prancis di Manchester United berakhir baik. William Prunier menjadi salah satu yang ceritanya tidak terlalu indah. Ia hanya bermain dua kali sebelum menyerah dengan kultur Premier League yang begitu sulit.

Meski datang dengan label juara Piala Dunia 1998 dan Euro 2000, Fabien Barthez tidak pernah dianggap sebagai salah satu penjaga gawang terbaik klub. Begitu juga dengan Paul Pogba. Labelnya sebagai pemain termahal klub tampak belum selaras dengan penampilannya di atas lapangan.

***

Manchester United sedang tidak baik-baik saja. Selain karena hasil buruk di atas lapangan, mereka juga didera banyak sekali drama di luar lapangan.

Belum lupa ketika media memberitakan kalau segerombolan pemain United merasa keberatan dengan cara melatih Ralf Rangnick. Meski kebenaran berita ini belum begitu valid, namun hal tersebut sempat membuat suporter United kecewa. Serangan ke media sosial pemain pun menjadi pemandangan lazim saat itu sampai-sampai beberapa dari mereka harus membuat klarifikasi.

“Apakah saya kecewa dengan penampilan saya? Tentu saja saya kecewa. Saya adalah kritikus terbesar saya sendiri. Saya bertekad untuk membuktikan diri saya. Jangan pertanyakan lagi dedikasi saya berada di sini,” ucap Marcus Rashford.

Drama terbaru muncul setelah laga United melawan Aston Villa. Kali ini datang dari Anthony Martial. Pemain asal Prancis lainnya di United ini mengambil peran utama dalam konflik terbaru dalam tubuh United.

Kabar menyebut kalau mantan pemain Monaco ini tidak mau masuk dalam skuad United saat bertandang ke Villa Park. Namun, Martial langsung membantah hal keras berita tersebut.

Dalam laga yang berakhir 2-2 tersebut, United hanya membawa delapan pemain cadangan dari sembilan yang disetujui otoritas liga. Yang menarik, Rangnick membawa dua penjaga gawang.  United sama sekali tidak membawa penyerang pelapis dan hanya mengandalkan Edinson Cavani seorang.

Keputusan Rangnick pun dipertanyakan. Mengapa Martial tidak dibawa saat United sedang mengalami krisis striker?

“Ya, dia tidak ingin berada dalam skuad. Normalnya, dia akan berada di skuad kami untuk pertandingan ini tetapi dia tidak mau dan itulah alasan kenapa dia tidak ada bersama kami,” kata Rangnick.

Hal ini kemudian dibantah dengan sangat tegas oleh si pemain melalui Instagram Story pribadinya. Ia menyebut kalau selama 7 tahun bersama klub ini dirinya tidak pernah untuk mencoba membangkang atau tidak menghormati siapapun.

“Saya sudah bermain 7 tahun dan saya tidak pernah tidak menghormati suporter dan juga klub,” tuturnya.

Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, situasi Martial di United saat ini memang cukup sulit. Ia tidak pernah lagi bermain sejak United menang 3-2 melawan Arsenal 2 Desember lalu sejak si pemain menyatakan keinginannya untuk pergi pada bursa transfer musim dingin ini. Sayangnya, tidak banyak peminat yang ingin merekrutnya.

Sepinya peminat bukan karena Martial tidak punya bakat. Gaji yang tergolong tinggi menjadi kendala. Sevilla sudah terang-terangan menginginkannya. Namun, juara Liga Europa 2019/20 ini hanya sanggup membayar setengah dari gaji si pemain yang mencapai 250 ribu pounds. Di sisi lain, United ingin Sevilla membayar seluruh gajinya.

Los Rojiblancos memang harus berhati-hati dalam mengeluarkan gaji ketika membeli pemain baru. Keuangan mereka tidak sebanding dengan United. Mereka juga tidak ingin membeli kucing dalam karung sehingga keputusan mereka bisa dimaklumi. Sevilla tidak akan mau membayar seluruh gaji untuk pemain yang tidak pernah konsisten dalam urusan mencetak gol.

Tidak salah juga Rangnick memilih memarkir si pemain mengingat ia sudah memberi tahu kepadanya kalau dia ingin pindah. Tidak alasan bagi sang manajer interim untuk terus memainkan pemain yang sudah tidak lagi fokus terhadap United. Mungkin begitulah isi kepala pria Jerman ini.

***

Yang dirugikan dari situasi drama Martial vs Rangnick sudah pasti Manchester United itu sendiri. Mereka akan terjebak dalam situasi maju kena mundur kena. Ingin menjual si pemain namun sepinya peminat akan menjadi masalah bagi mereka.

Belum lagi dengan kontrak si pemain yang masih ada hingga 2024. Jika tidak ada peminat, maka Martial hanya akan makan gaji buta layaknya Phil Jones.

Namun, situasi pelik ini memang tidak lepas dari kesalahan manajemen klub sendiri yang terburu-buru memperpanjang kontrak si pemain hanya karena main bagus dalam satu musim.