Demonstrasi merupakan buah dari demokrasi sebagai simbol kebebasan berekspresi. Di Indonesia, kebebasan berekspresi dijamin oleh Undang-Undang; sementara di sepakbola, unjuk rasa pun bukanlah sesuatu yang langka.

Hal senada terjadi di Manchester United. Kesebelasan yang sudah berdiri sejak 1878 ini tak luput dari aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para penggemarnya sendiri, mulai dari menentang penjualan saham klub hingga harga tiket yang kelewat mahal.

Tentu, unjuk rasa tidak melulu dilakukan dengan mengumpulkan banyak orang lalu long march dari satu tempat dan berakhir di tempat lain. Unjuk rasa pun bisa dilakukan dengan cara membentangkan spanduk tertentu di stadion, sampai melakukan aksi tertentu di dalam stadion.

Berikut kami rangkumkan sejumlah aksi demonstrasi yang pernah dilakukan penggemar Manchester United.

Menentang Penjualan Saham

Sebanyak lebih dari 30 penggemar United turun ke lintasan pacuan kuda Hereford. Aksi tersebut menunda balapan kuda yang melibatkan Majestic Moonbeam, kuda yang dimiliki J. P. McManus, yang merupakan rekan kerja John Magnier yang juga punya saham mayoritas.

Apa motif di baliknya?

Mereka yang berunjuk rasa di pacuan kuda tersebut menyebut diri mereka sebagai “Manchester Education Committee”. Koordinator aksi tersebut dikabarkan telah berdiskusi dengan klub untuk menekan Malcolm Glazer yang kala itu memiliki 14,3 persen kepemilikan klub dalam takeover klub.

Magnier sendiri diketahui mempertanyakan keputusan klub terkait transfer pemain dan tata kelola perusahaan. Para suporter tersebut mengingatkan bahwa mereka akan membalas dendam kalau Magnier berusaha menyalahgunakan klub atau memutuskan untuk menjual sahamnya.

Sehari sebelumnya, diberitakan kalau Glazer telah menyiapkan kemungkinan untuk mengambil alih Manchester United. Posisi Magnier menjadi penting karena merupakan pemegang saham terbesar.

Menentang Pengambilalihan Manchester United

Lebih dari setahun setelah unjuk rasa yang pertama, pada 30 Juni 2005, para penggemar United kembali turun ke jalan. Sebelum pertandingan melawan AC Milan, mereka membentangkan spanduk menolak pengambilalihan Manchester United oleh Malcolm Glazer senilai 800 juta euro.

Para suporter tersebut membawa banner bertuliskan “Not for Sale” dalam perjalanan mereka menuju Old Trafford. Para penggemar takut kalau pemilik yang baru ini hanya memanfaatkan United sebagai sumber bisnis.

“Para penggemar dari segala usia mengambil bagian dalam protes dan kami berharap ini menunjukkan kekuatan untuk melawan Glazer dan faktanya kami tak menginginkannya di sini,” kata salah seorang demonstran dari Shareholders United, Oliver Houston.

Demonstrasi ini ternyata berbarengan dengan rapat rutin UEFA yang dilangsungkan di City of Manchester Stadium (sekarang Stadion Etihad). Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah penggemar untuk mengganggu rapat UEFA tersebut.

UEFA memberikan kesempatan kepada para pemrotes untuk bicara langsung kepada Kepala Eksekutif UEFA, Lars-Christer Olsson. Mereka meminta UEFA mengeblok United untuk bermain di kompetisi Eropa karena Glazer punya utang hingga 265 juta euro.

Salah satu penggemar dari Independent Manchester United Supporters Association, Nick Clay, menyatakan bahwa Malcolm Glazer membebani Manchester United dengan utang yang begitu besar dan 98% suporter menentangnya.

“Kami ingin UEFA untuk melihat apakah kesebelasan dengan utang diperbolehkan bermain di kompetisi Erooa,” kata Clay.

Kampanye Love United Hate Glazer

love-united-hate-glazer-1-oldtrafford-dk

Kampanye ini bisa dibilang yang paling masif setelah Glazer resmi mengambil alih Manchester United. Saat Keluarga Glazer mengumumkan restrukturasi rencana utang baru pada 2010, semboyan “Love United Hate Glazer” pun menjadi masif.

Para penggemar didorong untuk menggunakan syal hijau dan emas saat menyaksikan ke Old Trafford. Simbol warna tersebut merupakan warna yang digunakan pendahulu United, Newton Heath.

FC United of Manchester

fcum

Para penggemar yang tidak puas dengan Keluarga Glazer akhirnya mendirikan kesebelasan yang diurus sepenuhnya oleh suporter. Nama kesebelasan tersebut adalah FC United of Manchester atau FCUM.

Prestasi FCUM sendiri terbilang melesat dengan begitu cepat. Saat ini kesebelasan yang memiliki stadion sendiri tersebut bermain di National League North atau tingkat keenam dalam piramida kompetisi Liga Inggris. Padahal saat pertama kali dibentuk, FCUM hanya berkompetisi di North West Counties Football League atau tingkat kesepuluh.

Dalam hal pengelolaan klub, bisa dibilang kalau FCUM memberikan sejumlah hal yang tidak dimiliki oleh United seperti tim perempuan sampai keputusan klub yang ditentukan secara demokratis dan terbuka.

Scamdinavia

scamdinavia-dailymail

Para penggemar United kembali melancarkan protes. Kali ini lewat banner bertuliskan “Welcome to Scamdinavia” yang ditempatkan di pusat kota. Hal ini dilakukan saat United bertandang ke Denmark untuk menghadapi FC Midtjylland.

Para penggemar memprotes harga tiket yang ditetapkan Midtjylland senilai 71 paun. Selain harga yang mahal, beberapa penggemar pun merasa tidak puas dengan kondisi tribun di MCH Arena. Pasalnya pandangan mereka terhalang dengan pagar dan jaring.

Protes ini sendiri terbilang wajar. Pasalnya, kala menghadapi Southampton, pihak klub hanya membanderol tiket senilai 22 paun. Sementara itu, harga tiket dalam pertandingan normal hanya berkisar 15 paun.

***

Selain United, sejumlah kesebelasan pun pernah melakukan demonstrasi. Misalnya penggemar FC Wimbledon yang memprotes pihak klub memindahkan kandang mereka ke Milton Keneys yang berjarak 90 kilometer dari kota mereka. Selain itu, nama klub pun diganti dan hanya menyisakan sekadar kata “Dons”.

Di Newcastle pun tengah ramai protes terkait kepemilihan Mike Ashley. Pasalnya, sang pemilik terbilang pelit dalam belanja pemain. Beberapa keputusan pun disesalkan, termasuk membiarkan Alan Pardew pindah ke Crystal Palace; keputusan yang membuat Newcastle terdegradasi semusim kemudian.

Di Italia, ada aksi protes yang dilakukan oleh penggemar Roma terkait buruknya penampilan tim mereka. Para suporter pun mengirim 50 kilogram wortel ke markas latihan Roma. Mereka mengibaratkan para pemain seperti kelinci yang kurang asupan wortel.

Terdapat sejumlah aksi protes yang dilakukan oleh kesebelasan, termasuk yang bersama-sama dilakukan suporter Galatasaray, Fenerbahce, dan Besiktas, yang tak puas dengan pemerintah.

Unjuk rasa merupakan sesuatu yang biasa; yang bahkan mesti dilindungi karena itu merupakan representasi dari kebebasan dalam berbicara; kecuali Anda tinggal di Korea Utara.