David de Gea sukses meraih apa yang tidak bisa diraih oleh Peter Schmeichel dan Edwin Van der Sar sepanjang kariernya bersama Setan Merah. Meski begitu, raihan Player of the Month ini justru menunjukkan kalau lini belakang United (masih) bermasalah.
4 Februari menjadi hari yang spesial bagi penjaga gawang nomor satu United, David de Gea. Oleh Premier League ia didapuk sebagai pemenang Pemain Terbaik Bulan Januari. Ia sukses mengalahkan lima lawannya yaitu Jarrod Bowen, Kevin de Bruyne, Jack Harrison, Joao Moutinho, dan James Ward-Prowse.
Gelar ini menjadi cukup istimewa bagi dirinya. Pasalnya, tidak banyak penjaga gawang yang bisa memenangkan penghargaan ini. Sejak penghargaan ini diberikan pada 1994, tercatat hanya ada sembilan penjaga gawang yang bisa meraihnya.
Nama De Gea sejajar dengan David Seaman, Tim Flowers, Alex Manninger, Paul Robinson, Petr Cech, Mark Schwarzer, Tim Krul, dan Fraser Forster yang bisa memenangkan penghargaan ini. Hanya Flowers saja penjaga gawang yang bisa meraihnya dua kali yaitu pada Januari 1997 dan September 2000.
Beberapa hari sebelumnya, eks Atletico Madrid ini telah lebih dulu meraih gelar Pemain Terbaik Bulan Januari versi klub. Ia unggul mutlak dari Scott McTominay, Bruno Fernandes, dan Anthony Elanga. Ini adalah gelar ketiga yang ia raih pada musim ini atau unggul satu gelar dari Cristiano Ronaldo.
Masalah di Lini Belakang
“Saya senang memenangkan penghargaan ini karena saya belum pernah mendapatkannya. Saya pikir saya telah berada di level tertinggi secara konsisten selama beberapa tahun ini dan mungkin saya sebenarnya bisa memenangkan satu lagi,” ujarnya.
Terpilihnya De Gea bukannya tanpa alasan. Ia diibaratkan sebuah oase dari gersangnya prestasi Setan Merah dalam beberapa musim terakhir. Saat United masih kesulitan mencari pemain yang tepat di tiap posisinya, mereka setidaknya sudah punya satu pemain kelas dunia dalam diri De Gea.
Sepanjang bulan lalu, United hanya mencatatkan satu clean sheet pada empat pertandingan liga. Akan tetapi, De Gea setidaknya telah mementahkan 22 peluang yang datang ke arahnya. Penampilan melawan Brentford adalah yang terbaik karena beberapa kali De Gea menyelamatkan gawang dari situasi satu lawan satu.
Meraih penghargaan sebagai pemain terbaik tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Namun ketika penjaga gawang yang meraih gelar tersebut, seketika kita bisa mendapatkan dua kesimpulan. Yang pertama, De Gea memang pemain hebat lalu yang kedua United masih punya masalah dalam soal bertahan.
Jika musim lalu United diangkat sendirian oleh sosok Bruno Fernandes, maka kali ini tugas sebagai pengerek itu jatuh kepada De Gea. Tanpa dirinya, United mungkin sudah kebobolan lebih banyak dari 30 gol. Untuk ukuran tim penghuni delapan besar, United adalah tim dengan angka kemasukan terburuk kedua setelah West Ham United.
Musim ini, De Gea baru mengumpulkan lima clean sheets. Akan tetapi, ia menjadi kiper yang lebih banyak melakukan penyelamatan dengan 84 kali. Tentu kita tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya De Gea melihat empat pemain di depannya masih mudah tertembus.
Dalam interviewnya setelah menerima penghargaan tersebut, De Gea berseloroh kalau dia bisa saja memenangkan gelar individu ini satu kali lagi. Namun dari lubuk hati yang paling dalam, De Gea mungkin saja lebih menginginkan memiliki sistem pertahanan yang lebih baik. Sistem yang tidak rentan diserang balik karena transisi yang buruk.