Foto: FourFourTwo

Sudah 11 musim David De Gea membersamai Manchester United. Ia merupakan kiper terbaik yang menjadi rekrutan terakhir Sir Alex Ferguson sebelum pensiun. Namun, belakangan ini ia telah berjuang melawan ketidakpastian terkait masa depannya, baik untuk klub dan tim nasional Spanyol.

Bayangkan saja, Unai Simon dari Athletic Bilbao telah mengambil alih tempat De Gea sebagai kiper nomor satu Spanyol di Euro 2020 musim panas ini. Maka itu berarti, ia tidak tahu apakah ia akan mendapatkan kepercayaan Ole Gunnar Solskjaer sebagai kiper pilihan pertama atau tidak ketika kembali ke United.

Selain soal statusnya di timnas Spanyol, di musim lalu pun posisi De Gea sedikit disaingi oleh keberadaan Dean Henderson. Di sebagian pertandingan Henderson kerap tampil lebih baik ketimbang De Gea. Namun Henderson ditarik dari skuat Inggris karena cedera pinggul. Maka mungkin De Gea masih bisa bersaing kembali secara normal, lantaran sama-sama tidak menjadi kiper utama tim nasional di Euro 2020.

Hanya saja, bagaimanapun, De Gea tampak sudah tidak lagi dipercaya sepenuhnya untuk klub maupun negaranya. Memang, ia adalah kiper pilihan Solskjaer karena tampil 26 kali di liga. Ia juga kebobolan sedikit lebih dari satu gol per pertandingan dan menjaga sembilan clean sheet.

Namun, kesalahan yang sering pemain berusia 30 tahun itu lakukan acap kali merugikan tim pada saat-saat penting. Misalnya saja, De Gea pernah disalahkan habis-habisan karena hasil imbang 3-3 antara United dan Everton pada Februari lalu. Di mana Setan Merah sempat unggul dengan nyaman. Tapi dua gol dalam tiga menit Everton langsung seketika merusak kenyamanan tersebut.

Henderson kemudian mengambil alih pos kiper nomor satu United. Kala itu De Gea sempat mengambil libur setelah kelahiran anaknya (Yanay). Ketika ia kembali, ia mulai tidak ditempatkan di pos kiper utama. Bahkan, ketika United berlaga di Europa League, terakhir kali De Gea bermain –pada waktu itu– adalah saat kekalahan United di Gdansk.

Solskjaer kemudian memainkan De Gea kembali di Europa League. Tepatnya ketika United melawan Villarreal di final. Hanya saja sayangnya, De Gea gagal menyelamatkan salah satu dari 11 penalti yang dihadapinya dalam babak adu penalti. Ia juga gagal mengeksekusi tendangan penalti yang menentukan. Akhirnya, United kalah dan harus mengakhiri musim dengan tanpa trofi.

Banyak yang mengutuk keputusan Solskjaer untuk memainkan De Gea di bawah mistar gawang saat adu penalti final Europa League. Hal itu terutama karena sang pemain telah kebobolan dalam 40 pertandingan terakhir yang ia mainkan. Dan itu berbanding terbalik dari Dean Henderson, yang sudah menyelamatkan delapan dari 17 penalti.

Sepertinya De Gea juga telah kehilangan kepercayaan diri. Terutama sejak Piala Dunia 2018, di mana ia dinyatakan sebagai kiper yang tidak diharapkan oleh timnas Spanyol. Bahkan ada yang menyebut bahwa “De Gea meninggalkan Rusia (tuan rumah) dengan statistik kiper terburuk dalam 52 tahun terakhir”.

Tiga tahun setelah Piala Dunia, penurunan bertahap dalam permainan De Gea pun semakin terlihat. Barometernya terletak pada perjuangan yang ia lakukan untuk menemukan konsistensi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan ia kehilangan tempat utama baik di klub dan timnas. Henderson dan Simon telah merebut tahtanya.

Namun terlepas dari itu, Eric Steele, pelatih kiper United dari 2008 hingga 2013, mengungkapkan satu hal yang menarik tentang David de Gea. Ia mengatakan bahwa ia masih percaya pada kiper United itu. Dan ternyata menurutnya –seperti halnya Solskjaer–, masih ada tempat utama bagi mantan kiper Atletico Madrid tersebut.

“Ada dua kata yang selalu saya gunakan: perintah dan permintaan. Saya masih berpikir dia (De Gea) bisa kembali ke tempat utama sebagai kiper karena dua kata itu. Pertama, dia adalah kiper yang datang dan memerintah (pemain belakang), mengambil bola, lalu meninju dengan sangat baik,” ungkap Eric Steele dikutip dari MEN Sports.

“Kemudian yang kedua, permintaan yang dimaksud di sini adalah tentang menuntut lebih banyak orang di depannya (bek). Jika dua bek tengah tidak memiliki kekuatan, dia harus menuntut lebih banyak dari mereka. Itu mungkin adil dengan mengatakan pertahanan akan semakin ketat atau jatuh lebih dalam tergantung beknya.”

“Karena secara taktis, dia tahu permainan, dan di situlah dia perlu menuntut lebih banyak dari yang lain. Maka David pasti akan kembali ke performa terbaiknya. Jangan abaikan dia. Dia adalah kiper dengan karakter yang kuat dan dia memiliki mentalitas dan teknik untuk melakukannya. Saya percaya itu.”

Hanya saja pertanyaannya sekarang, apakah David de Gea akan bersumpah untuk tinggal di Manchester United? Lalu, apakah ia akan berjuang untuk mendapatkan kembali tempatnya sebagai kiper nomor satu Setan Merah? Atau justru, ia malah meninggalkan klub karena sudah tidak lagi dipercaya dan dihargai.

Semua itu akan terjawab nanti, dan akan menarik menunggu bagaimana kelanjutan nasib David de Gea di musim depan.