Di tengah rasa frustrasi karena belum pernah meraih kemenangan dalam tiga pertandingan pertamanya, Frank Lampard masih berusaha untuk bersikap optimis. Ia sebisa mungkin mencari hal positif dari timnya yang dalam beberapa pekan terakhir terus mendapatkan kritikan. Hal positif itu akhirnya didapatkan melalui sosok Christian Pulisic.

“Saya puas dengan penampilan dia. Dia masih bisa lebih baik. Wajar ada harapan di sana karena dia dibeli dengan harga mahal, tapi Anda ingat juga berapa umurnya. Dia baru datang ke liga Inggris. Dia butuh sedikit adaptasi di awal-awal pertandingan, tapi jika sudah menemukan ritmenya, Anda bisa melihat betapa percaya dirinya dia membawa bola dan membuat peluang,”

“Saya senang dengan performanya. Masih banyak yang bisa diberikan olehnya. Apa yang sudah ia tampilkan adalah pertanda bagus bahwa dia bisa memberikan banyak hal untuk klub ini,” tutur Lampard setelah timnya dikalahkan Liverpool pada Piala Super Eropa tengah pekan lalu.

Pada pertandingan tersebut, Pulisic bermain baik dengan membuat satu asis untuk gol Olivier Giroud. Sisi kanan Liverpool beberapa kali kerepotan menjaga pemain asal Amerika Serikat tersebut. Ia bahkan bisa mencetak satu gol jika tidak dianulir karena berada pada posisi offside.

Apa yang sudah ditampilkan Pulisic sejauh ini memang cukup bagus. Hal ini terkesan wajar mengingat pada enam bulan sebelum ia hijrah ke Chelsea, kariernya sempat naik turun karena mengalami cedera. Pulisic perlahan-lahan berhasil bangkit dan menjadi salah satu pemain yang tampil baik dalam beberapa pertandingan terakhir Borussia Dortmund di Bundesliga.

Menolak Manchester United Karena Mourinho

Pengoleksi 31 penampilan bersama timnas Amerika Serikat ini dibeli Chelsea pada Januari lalu dengan nilai 64 juta Euro. Kepindahannya ini menjadikan namanya sebagai pemain Amerika Serikat dengan nilai transfer termahal.

Kedatangan Pulisic sebenarnya dimaksudkan untuk memperkuat dua sisi sayap Chelsea di lini depan. Pulisic akan dimaksimalkan di sisi sayap sebelah kanan, sedangkan Eden Hazard dimainkan ke sisi satunya. Kemampuan dribelnya disebut-sebut cocok dengan skema permainan Maurizio Sarri. Akan tetapi, baik Sarri dan Hazard ternyata pergi meninggalkan Chelsea sehingga Pulisic akhirnya disebut-sebut sebagai pengganti dari pemain Belgia tersebut meski posisi si pemain berbeda.

Chelsea sebenarnya bukan satu-satunya tim yang dikabarkan berminat kepada pemain kelahiran Pennsylvania tersebut. Banyak kesebelasan elit Eropa yang dikabarkan mengingingkan pemain yang masih berusia 20 tahun tersebut. Manchester United (sudah pasti) adalah salah satu klub yang dikabarkan tertarik kepada Pulisic.

Ketertarikan United terjadi pada akhir 2017 lalu. Menurut Daily Mail, United terus memantau perkembangan Pulisic dan mulai mengumpulkan laporan dari para pemandu bakat. Apalagi, Pulisic dikenal sebagai pendukung Setan Merah. “Ya, saya adalah salah satu penggemar berat mereka,” ujarnya.

Akan tetapi, Pulisic akhirnya memilih berlabuh ke Chelsea. Usut punya usut, si pemain ternyata didorong oleh sang ayah agar tidak memilih United. Alasannya sederhana, Jose Mourinho dianggap sebagai manajer yang anti dalam mempromosikan pemain muda. Ayahnya takut bakat sang anak bisa berakhir bersama The Special One. Hal itu diungkapkan oleh Robin Walker, pelatih yang mengembangkan bakat Pulisic ketika masih di Brackley Town.

“Saya sempat bertemu dengannya tahun lalu dan saat itu ia sudah punya gambaran untuk berkarier di Inggris. Ia mengatakan kalau tidak akan pergi ke Manchester United karena Jose Mourinho. Ayahnya tidak tahan dengan Mourinho karena dia jarang memainkan pemain muda.”

“Saya kemudian menyarankan London dan Chelsea. Saya mencoba untuk menjual kota itu dan saya senang karena dia sudah berada di sana. Saya adalah penggemar Chelsea,” ucap Walker.

Benarkah Mourinho Anti Pemain Muda?

Narasi kalau Mourinho tidak suka pemain muda memang sudah beredar sejak dulu. Saat ia datang pertama kali ke Manchester United pun, ia mendapatkan cap serupa. Namun menurut Michael Carrick, Mourinho adalah orang yang sebaliknya yaitu suka memainkan pemain muda.

“Mourinho tahu sejarah MU seperti apa. Pelatih memainkan Rashford, serta Scott McTominay musim lalu (2017/18). Dia memberikan waktu bermain yang cukup dan bahkan mereka dilibatkan dalam beberapa pertandingan besar. Itu adalah tantangan (baginya), bukan?” tutur Carrick pada Oktober 2018 lalu.

Kesan Mourinho anti kepada pemain muda memang tidak terlihat di Manchester United. Marcus Rashford menjadi salah satu pemain yang paling sering tampil dalam dua periode awal Mourinho. 105 dari 171 penampilannya terjadi di bawah arahan Special One. Meski terkadang Rashford tidak selalu menjadi starter dan bukan orbitan asli Mourinho, namun hal ini bisa sebagai pengikis anggapan kalau Mou anti pemain muda.

Selain itu, Mourinho juga yang membukakan gerbang tim senior kepada beberapa pemain seperti Angel Gomes, Joel Pereira, hingga Axel Tuanzebe. Yang paling diapresiasi tentu saja kehadiran Scott McTominay yang sekarang digadang-gadang menjadi pemain inti United.

Pengecualian mungkin terjadi ketika Mourinho di Inter Milan. Saat itu, kesuksesan mereka meraih treble dikarenakan pemain-pemain yang sedang berada pada usia emas sebagai pesepakbola. Meski begitu, ia tidak lupa untuk memberikan kesempatan kepada pemain muda. Salah satunya adalah Mario Balotelli.

Ketika memenangi Premier League bersama Chelsea pada 2004/2005, Mourinho juga menjadikan Joe Cole (23 tahun) dan Arjen Robben (20 tahun). Satu dekade kemudian, ada Oscar (23 tahun) dan Eden Hazard (22 tahun) yang membantu The Blues memenangi titel keempatnya.