Ketika laga Tottenham Hotspur melawan Liverpool sudah memasuki menit penghabisan, beberapa suporter Si Putih menyanyikan chant yang akrab di telinga para penggemar Manchester United. Nyanyian “Glory Glory…” yang sering didengungkan di Old Trafford terdengar di segala penjuru Wembley. Sontak banyak pihak mempertanyakan apa maksud dari penggemar Spurs tersebut.

Banyak fans Setan Merah yang mengira bahwa penggemar Spurs menyanyikan lagu tersebut untuk mengejek Liverpool yang merupakan rival langsung dari United. Bahkan ada asumsi yang mengatakan bahwa Spurs telah melakukan plagiasi terhadap chant yang menjadi pakem dari para penggemar United di seluruh dunia. Lantas siapakah pemilik Chant “Glory Glory” yang sebenarnya?

Kata Glory Glory sendiri berasal dari lirik lagu Battle Hymn of the Republic yang ditulis oleh penulis Amerika Serikat, Julia Ward Howe pada 1861. Liriknya pertama kali muncul dalam tulisan Howe di majalah The Atlantic Monthly pada 1862. Lagu tersebut menceritakan mengenai pertolongan dan keagungan tuhan kepada umatnya dengan reffnya yang berbunyi “Glory Glory Hallelujah.”

Lagu ini kerap dinyanyikan untuk beberapa upacara penting di Amerika Serikat seperti yang dilakukan oleh Gereja St Paul pada peringatan tragedi 11 September 2001. Mantan Presiden Amerika Serikat, Winston Churchill pun menjadikan lagu ini sebagai Anthem ketika pemakamannya pada 1965. Ketika Amerika Serikat terlibat perang saudara pun, para tentara Paman Sam menjadikan lagu ini sebagai Mars mereka.

Jika merunut dalam jangka waktu pemakaian di dunia sepak bola, maka Spurs bukanlah klub pertama yang menyanyikan lagu Glory Glory tersebut. Klub Skotlandia, Hibernian adalah kesebelasan pertama yang menjadikan lagu tersebut sebagai chant mereka. Penyanyi Hector Nicol yang pertama kali menyanyikan lagu tersebut dengan mengubah liriknya menjadi “Glory Glory to The Hibees.”

Spurs sendiri baru menggunakannya pada Piala Champions 1961. Ketika mereka dikalahkan tim Polandia, Gornik Zabrze 4-2. Ketika itu beberapa jurnalis Polandia menganggap Spurs seperti tim yang tidak dinaungi malaikat. Sontak para penggemar mereka memakai pakaian putih pada leg kedua yang berbuah kemenangan 8-1 Spurs atas tamunya tersebut. Di akhir laga para supporter menyanyikan Glory Glory Hallelujah yang kemudian dipatenkan menjadi chant wajib mereka setiap Spurs bertanding.

Manchester United sendiri baru menggunakan lirik tersebut pada Final Piala FA 1983 melawan Brighton. Lirik lagu ditulis oleh Frank Renshaw yang merupakan anggota band Herman Hermit’s. Lagu tersebut kemudian menjadi nyanyian wajib yang sering dinyanyikan United pada era 1980 hingga 1990-an. Terutama ketika mereka mengalahkan Liverpool.

Pada 2007, lagu tersebut kemudian ditulis ulang dan direkam oleh The World Red Army dan diproduksi oleh Will Robinson dan Michael Greaves. Dan sejak saat itu, lagu ini menjadi lagu yang wajib diputar di Old Trafford pada saat jeda babak pertama.

Selain Spurs dan United, klub legendaris Leeds United juga pernah menjadikan lagu ini sebagai chat mereka untuk merayakan kesuksesan meraih Piala Liga dan Piala Fairs pada 1968. Lagu ini pun sempat dinyanyikan pada final Piala FA 1970. Sementara di Australia, klub Liga Rugby, South Sydney Rabbitohs juga menjadikan lagu tersebut menjadi chant utama mereka dengan mengubah liriknya menjadi “Glory Glory to South Sydney.”