Debut kompetitif Ryan Giggs bersama tim nasional Wales berakhir dengan manis. Dalam pertandingan pertama Grup 4 League B UEFA Nations League 2018/2019, semifinalis Euro 2016 ini mengalahkan kesebelasan Republik Irlandia 4-1. Keempat gol Wales dicetak masing-masing oleh Connor Roberts, Aaron Ramsey, Tom Lawrence, dan Gareth Bale. Sementara gol Irlandia dibuat oleh Shaun Williams.

Hasil ini menjadi bekal yang sangat positif bagi Giggs untuk mengarungi UEFA Nations League yang merupakan ajang besar pertama yang ia ikuti. Dia pun merasa bahagia melihat performa anak asuhnya yang tampil begitu menjanjikan dalam laga pertama mereka.

“Saya begitu menikmati performa mereka dan gol-golnya, namun Anda harus selalu berpikir untuk bisa jauh lebih baik lagi. Para pemain tampil luar biasa, gol-gol yang tercipta sungguh brilian dan para pemain bermain sesuai harapan saya. Saya tidak bisa lebih bahagia lagi selain kemenangan ini,” tuturnya kepada Sky Sports.

Sepanjang 90 menit, Wales bermain sangat dominan. Mereka menguasai pertandingan sebanyak 63% mencetak 17 tembakan dengan 8 diantaranya mengarah ke sasaran. Umpan mereka pun tiga kali lipat lebih banyak ketimbang kubu tamu (618 berbanding 280 umpan) dengan akurasi yang mencapai 91%. Tak ayal, statistik apik tersebut ingin dipertahankan oleh Giggs pada pertandingan selanjutnya.

“Anda tidak punya waktu lama dengan para pemain. Tetapi, apa yang mereka tunjukkan sudah sangat baik. Beberapa pemain kami bahkan baru bermain pada hari Minggu sebelumnya. Jadi kami melakukan pemulihan kepada pemain kami dan mengerjakan hal-hal yang sebisa mungkin kami lakukan. Sekarang kami akan mencoba untuk mempertahankan standar yang sudah kami tetapkan di laga ini (vs Irlandia).”

Gaya United dalam Wales Asuhan Ryan Giggs

Hasil 4-1 melawan Republik Irlandia tidak hanya membuat penduduk Wales senang. Beberapa penggemar Manchester United pun sumringah melihat hasil kerja Giggs yang meraih kemenangan keduanya bersama The Dragons. Beberapa diantara mereka yakin kalau pengoleksi caps terbanyak Manchester United ini cocok untuk menangani Setan Merah suatu hari nanti.

Dalam laga tersebut, Wales bermain menyerang menggunakan bola-bola pendek yang diselingi dengan umpan-umpan panjang yang ditujukan ke sisi sayap mereka yang seringkali diisi oleh Gareth Bale. Sontak, gaya tersebut mirip dengan gaya permainan United ketika masih dipimpin oleh Sir Alex Ferguson.

Tidak hanya itu, Giggs juga memerintahkan anak asuhnya untuk melakukan pressing apabila mereka kehilangan bola. Dua dari empat gol yang dicetak Wales berasal dari kemampuan para pemain mereka memotong alur serangan lawan. Cara main seperti ini yang mungkin diinginkan para penggemar United yang seringkali jengah melihat para pemain United yang terkadang lambat dalam membangun ataupun memutus serangan.

Kombinasi Pemain Muda dan Berpengalaman

Tidak hanya dari cara bermain, Giggs juga menunjukkan hal-hal berbau United lainnya dalam susunan tim yang ia turunkan. Pria yang sebelumnya bernama Ryan Wilson ini berani mengombinasikan pemain senior dengan pemain muda yang belum memiliki jam terbang yang cukup di level timnas.

Dari susunan 11 awal menghadapi Irlandia, Giggs memainkan empat pemain yang jumlah caps internasionalnya kurang dari 10. Bahkan, salah satu pemain penggantinya yaitu Tyler Roberts baru mencicipi debutnya dalam laga tersebut.

Dari segi usia pun, Giggs menurunkan lima pemain yang usianya masih dibawah 25 tahun yaitu Connor Roberts (22 tahun), Chris Mempham (20 tahun), Ethan Ampadu (17 tahun), David Brooks (21 tahun), dan Tom Lawrence (24 tahun). Dua pemain penggantinya pun masih berusia di bawah 20 tahun yaitu Matthew Smith (18 tahun), dan Tyler Roberts (19 tahun).

Skuat ini setidaknya jauh lebih segar jika dibandingkan saat laga kedua Giggs bersama Wales ketika dikalahkan Uruguay. Ketika itu, hanya Harry Wilson dan Declan John pemain usia di bawah 25 tahun yang dimainkan oleh Giggs.

Belajar dari pengalaman tersebut, Giggs pun memilih untuk menggabungkan pemain senior dan pemain muda dengan jumlah yang tidak terlalu jomplang. Ia gembira bisa memiliki skuat yang kualitas pemain muda dan pemain seniornya tidak terlalu jauh.

“Usia tidak penting. Saya sangat bersyukur bahwa skuat saya bisa memiliki keseimbangan yang sangat baik. Saat saya menjadi pemain saya tidak hanya mendapat kesempatan saat saya masih muda tetapi hingga usia 40 tahun saya masih bermain.”