Foto: World Football Index

Steve McClaren menjabarkan beberapa hal untuk membangun kembali ‘budaya menang’ di Old Trafford. Sebuah tantangan yang harus dijalankan sepenuh hati oleh para pemain United jika tidak ingin mendapat hujatan layaknya musim lalu.

Erik ten Hag langsung mendapat tugas berat setelah memilih Manchester United sebagai pelabuhan barunya. Ia memang tidak dituntut untuk sukses dengan cepat, namun Ten Hag dituntut untuk langsung memberikan progres yang bagus pada musim pertamanya.

Itu sebabnya Ten Hag kembali membawa sosok berpengalaman dalam diri Steve McClaren. Ia bukanlah orang baru bagi klub ini mengingat rekam jejaknya yang pernah menjadi asisten Sir Alex Ferguson selama dua setengah musim. Sebuah kombinasi yang pas mengingat Ten Hag pernah bekerja bersama dengan McClaren ketika masih bersama FC Twente.

McClaren jelas sedih melihat kondisi United sekarang. Bagaimana tidak, dulu saat ia masih menjabat tim ini memiliki pemain-pemain dengan mental pemenang macam Roy Keane, David Beckham, hingga Gary Neville. Sekarang, tim ini justru penuh dengan pemain-pemain yang tidak konsisten, tidak mempunyai mental pemenang, dan justru kerap mengacaukan ruang ganti.

Inilah yang ingin dia ubah. McClaren jelas rindu dengan tim United seperti di eranya dulu. Oleh karena itu, ia memiliki beberapa blueprint untuk membuat United kembali seperti dulu. Jika belum bisa seperti dulu, maka setidaknya tidak se-katro musim kemarin.

“Kita perlu terhubung satu sama lain. Pertandingan sudah harus dimenangkan sejak hari Senin hingga Jumat. Jika Anda melakukan apa yang diminta pada hari Senin sampai Jumat, maka pertandingan bisa dimenangkan pada hari Sabtu. Semua orang harus membawa energi,” katanya dalam Podcast McClaren Performance.

Mantan manajer Middlesbrough ini mencontohkan Tottenham Hotspur di era Mauricio Pochettino. Kedatangan pria Argentina tersebut mengubah mentalitas Spurs yang hanya tim di luar empat besar menjadi tim langganan empat besar dan beberapa kali menjadi calon juara liga.

Ia juga meminta pemain United untuk tidak loyo. Loyo disini adalah lemah dalam permainan. Ia tidak ingin melihat pemain United keseringan mengangkat tangan jika kehilangan bola. Ia ingin pemainnya harus siap untuk bereaksi. Entah itu di atas lapangan maupun di pinggir lapangan.

“Anda harus siap, siap berlatih, siap bermain, siap sebagai pemain pengganti. Anda harus bereaksi.”

Tidak hanya itu, ia juga meminta pemain United nanti punya mental yang tangguh. Jangan berlindung apabila mereka bermain buruk. Hal ini tidak lepas dari kegagalan Rangnick, Ole, dan Mourinho yang disebabkan power pemain lebih tinggi dari para manajernya. Nantinya, pemain United harus menerima segala konsekuensi jika melakukan kesalahan.

Yang paling penting, McClaren meminta setiap individu di United punya tujuan. Khususnya para pemain yang diminta punya ambisi pribadi. Inilah yang membuat sebuah tim sepakbola menjadi kuat. Jangan sampai ada beberapa pemain yang terlihat santai atau merasa baik-baik saja meski kenyataannya United tidak dalam kondisi tersebut.

“Setiap orang pasti punya tujuan. Tapi untuk apa? Pertanyaan inilah yang penting karena itu adalah awal dari semuanya. Anda harus tahu kenapa Anda bermain di Manchester United? Apa yang ingin Anda capai bersama tim ini? Kenapa Anda ingin mencapai target itu? Apa warisan yang ingin Anda tinggalkan di sini?” ujarnya menambahkan.

Jika melihat segala aspek yang dijabarkan McClaren maka di atas kertas United seharusnya bisa berubah menjadi lebih baik pada musim depan. Akan tetapi, kita semua harus melihat bagaimana praktiknya nanti terutama ketika keduanya mulai bekerja pada bulan Juli. Jangan sampai, ucapan McClaren ini hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri dari para pemain alias tidak diaplikasikan dengan baik mengingat sejauh ini power pemain selalu menang dari para manajer yang ada.