Hilangnya menit bermain pada musim lalu membuat Brandon Williams harus mengalah dengan pergi ke tempat lain. Sekarang, ia berambisi untuk bisa kembali menjadi merah pada musim depan.
Bagi Brandon Williams, merah adalah warna yang sudah terpatri sejak dirinya masih setinggi lutut orang dewasa. Tinggal di kawasan Harpurhey, Manchester, di sana memang banyak yang mengaku sebagai “merah” alih-alih biru. Bahkan bertandang ke satu tempat ke tempat lain sudah sering ia lakukan.
“Di Harpurhey, banyak yang mengaku sebagai merah. Jika ada yang mengaku biru, maka tidak akan ada yang mau berbicara dengannya. Begitulah pikiran saya ketika tumbuh di sana,” ujar Brandon kepada The Athletic.
Loyalitas sedari belia inilah yang membuat Brandon terus berusaha untuk menjadi merah hingga saat ini. Bahkan ketika ia harus berganti seragam menjadi kuning untuk sementara, ia tetap punya hasrat untuk terus menjadi merah hingga karier sepakbolanya berakhir.
Perjalanan karier Brandon Williams memang melesat dengan cepat. Masuknya Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer saat itu menjadi berkah bagi banyak pemain muda termasuk dirinya. Ole yang tumbuh di era kehebatan Class of 92 ingin membuat dinastinya sendiri bersama pemain muda dengan Brandon termasuk di dalamnya.
“Brandon tidak berharap dia dipanggil secepat ini, tapi itulah kehidupan di akademi Manchester United. Panggilan bermain ke tim utama bisa datang tiba-tiba,” tutur Ole Gunnar Solskjaer saat pertama kali memanggil Brandon ke dalam skuad.
Kesempatan yang diberikan Ole pada saat itu berhasil dibayar dengan baik oleh Brandon. Kontrak baru langsung ia dapat. Menit bermain semakin lama semakin bertambah. Kengototan dan determinasi ketika ia mengawal sisi kiri menjadi perbincangan. Puncaknya adalah ketika ia sukses mendapat gol pertama serta beberapa kali menjadi Man of the Match.
Situasi saat itu memang menguntungkan bagi Brandon. Sisi kiri United begitu abu-abu. Tidak ada pemain yang layak untuk mengisinya. Young terlalu tua, Shaw masih tidak inkonsisten, dan Rojo yang terpinggirkan. Inilah yang membuat Ole kemudian memproyeksikan dirinya sebagai bek utama.
***
“Saya butuh energi dari para penggemar. Saya tidak bilang kalau itu pengaruh besar, tapi ketika kami bermain tanpa penonton, saya tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik saya. Saya butuh kekuatan dari penggemar.”
Brandon berkata seperti itu ketika ditanya tentang faktor yang memengaruhi permainannya musim lalu. Penjelasannya pun terkesan hati-hati. Kehilangan penonton memang memberi pengaruh, namun saat musim 2019/20 bergulir di tengah situasi pandemi pun Brandon masih memberi penampilan yang cukup baik. Ia sepertinya ragu untuk menjawab dengan jujur.
Namun, tidak bisa dibantah jika musim lalu Brandon memang begitu berbeda. Ia yang pada musim 2019/20 bermain 36 kali, kemudian hanya mendapat 14 kali kesempatan pada musim lalu. Namanya pun mulai terlupakan dan kritik pun bermunculan.
Situasinya memang tidak menguntungkan. Saat Brandon menurun, sosok Luke Shaw justru meroket. Belum lagi kedatangan Alex Telles sebagai cadangan yang membuat perannya semakin terpinggirkan. Ketika diberi kesempatan pun ia tidak memanfaatkannya dengan baik.
Wes Brown pernah menyebut kalau kelebihan Brandon adalah dia berani untuk melakukan duel dengan lawannya. Inilah yang mungkin tidak terlihat musim lalu. Ia seperti tidak punya kepercayaan diri.
Statistik pun menunjukkan demikian. Menurut data dari WhoScored, Rata-rata tekel sukses dan dribel sukses Brandon pada musim 2019/20 mencapai angka 1,2 per laga. Musim lalu, angka ini menurun drastis. Tekel suksesnya nol sedangkan dribel suksesnya hanya 0,3. Catatan bertahan lain yang pada musim 2019/20 menyentuh angka 1, justru tidak sampai 0,5 pada musim 2020/21.
Inilah yang mendasari tersingkirnya Brandon dari pos bek kiri utama. Publik juga mulai melupakannya karena sosok Shaw yang begitu konsisten dan keberadaan Telles yang memberi dimensi baru bagi sisi kiri penyerangan Setan Merah.
Barulah pada musim 2021/2022 Brandon seperti punya ambisi lebih untuk bangkit dari keterpurukan. Memutuskan menerima pinangan Norwich sebagai pemain pinjaman, Brandon seperti mulai menemukan sentuhannya.
Dari 15 pertandingan terakhir Norwich di Premier League, Brandon bermain 11 kali yang semuanya dimulai dari menit pertama. Hanya satu kali ia tidak dibawa oleh The Canaries yaitu ketika melawan Manchester United, selaku klub pemilik.
Brandon mengaku, Norwich adalah tempat yang tepat untuk memperbaiki segala kekurangannya pada musim lalu. Di sana tekanannya tidak setinggi Man United. Wajar mengingat level mereka yang berbeda jauh. Keuntungan ini membuat Brandon bisa fokus ke sepakbola.
Penigkatan pesat pun ditunjukkan. Angka tekel per game Brandon yang sebelumnya nol kini melesat ke angka 2,4. Intersepnya pun naik ke angka 1,7. Di Norwich, ia bahkan sering dilanggar yang menandakan betapa berbahayanya Brandon. Ia tinggal mengasah aspek menyerangnya saja yang kini juga mulai terlihat bersama Canaries.
Brandon, bagaimanapun, masih mempunyai waktu yang panjang untuk berkembang. Kabar baiknya, peminjamannya musim ini berjalan dengan lancar. Di Norwich, Brandon menemukan tempat untuk memperbaiki segala kekurangannya musim lalu untuk menjadi pemain yang lebih baik lagi. Peluang untuk kembali menjadi merah sepertinya kembali terbuka pada musim depan.