Ben Amos adalah fans Manchester United. Tentu, menjadi sebuah kebahagiaan kalau ia kelak menjadi pemain The Red Devils.

Amos awalnya main di Crewe Alexandra sebagai gelandang tengah. Akan tetapi, ada momen saat kipernya mengalami cedera di tengah pertandingan. Amos yang saat itu paling tinggi ditaruh sebagai kiper. Tidak disangka, ada pemandu bakat United di sana yang langsung menawarinya trial. Di usia 11 tahun, ia resmi bergabung bersama Manchester United.

Amos berproses. Semakin matang usianya, ia terus naik menjadi kiper di kelompok umur. Waktu umurnya 15 tahun, ia sudah dipanggil ke tim U-18. Lalu, di usia 18 tahun, ia diajak untuk mengikuti tur pramusim United di Afrika Selatan. Dua bulan berselang, ia mencatatkan debutnya buat tim senior Manchester United.

Cerita Amos jelas menyenangkan. Kisahnya memperlihatkan bagaimana seorang yang awalnya fans lalu menjadi pemain di tim muda, kemudian naik ke tim utama. Sayangnya, Amos bukanlah pilihan pertama. Sepanjang 14 tahun di Manchester United, ia cuma main di tujuh laga. Tidak terhitung berapa kali ia dipinjamkan, tapi pos penjaga gawang United waktu itu memang sulit untuk ditembus.

Momen penting itu hadir di musim panas 2015. ia meninggalkan United dan bergabung dengan Bolton Wanderers. Kepergiannya itu dirasa tepat olehnya, karena ia memang sudah siap.

“Aku harus berusaha keras dan sudah menunggu terlalu lama. Aku sedang mengejar ketinggalan,” kata Amos.

Amos bertahan hingga usia 25 tahun sampai menemukan kesempatan agar kariernya bisa kembali melambung. Ada sejumlah laga di mana ia berharap bisa mendapatkan kesmepatan bertanding, termasuk di laga melawan Valencia di Liga Champions.

Ia berlatih bersama sejumlah pemain hebat dan mendapatkan pelajaran dari sana. Tempat latihan United menetapkan standar tinggi di mana setiap sesi latihan tampak seperti pertandingan sesungguhnya.

“Kedengarannya bukan masalah besar tetapi ketika Anda berada di dalamnya, itu sama besar dan pentingnya dengan pertandingan,” kata Amos.

Di tempat latihan, Amos merasa suasananya menakutkan dan mengintimidasi. Soalnya, ada anggapan kalau sudah berlatih di tim utama maka ia diharapkan bisa berada di level yang sama. Tidak ada pendekatan yang lembut buat para pemain muda, semuanya diperlakukan sama.

“Tenggelam, atau berenang!”

Untungnya, Amos dibantu oleh Edwin van der Sar. Ia adalah pemain berpengalaman dengan mental juara. Van der Sar berpengaruh besar dalam perkembangannya di United.

“Edwin di luar lapangan sungguh luar biasa. Dengan saran, dia ada di sana dan melakukannya dan dia cukup santai dan berwawasan luas serta senang membantu kiper muda di dalam dan luar lapangan. David (de Gea) masuk dan kami seumuran. Dia luar biasa bakatnya dan Anda bisa langsung melihatnya. Dia juga orang baik yang selalu membantu,” kata Amos.

Amos bilang kalau Akademi United masih terbilang menerapkan mentalitas yang kuni. Para pemain diminta mengenakan sepatu dengan warna yang sama atau potongan rambut tertentu. Namun, Amos menganggapnya sebagai cara untuk menanamkan keyakinan yang benar.

“Ini menjadi sangat penting untuk menjaga karakteristik yang benar, ketepatan waktu, dan hal-hal seperti itu,” kata Amos.

Di musim 2023/2024 ini, Amos bergabung bersama Wigan Athletic. Kontraknya akan habis di akhir musim dan kemungkinan akan segera pindah. Soalnya, ia tak mendapatkan menit bermain yang cukup. Ia tak akan mengulangi penyesalannya di United yang sia-sia karena cuma menunggu kesempatan.