Foto: Byline Times

Polisi Greater Manchester mengonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki komentar rasis yang dikirim ke sejumlah pemain Manchester United melalui media sosial. Intervensi itu dilakukan setelah sejumlah pemain Premier League lainnya mengungkapkan hal yang sama bahwa mereka juga telah menerima pelecehan rasis dalam tujuh hari terakhir.

Marcus Rashford, Axel Tuanzebe, dan Anthony Martial dari United, semuanya menjadi target diskriminasi serta ujaran kebencian bernada rasis. Mereka bertiga, bersamaan dengan Romaine Sawyers dari West Bromwich Albion dan Reece James dari Chelsea, ditekan dengan hinaan verbal melalui platform media sosial.

Para pundit, pemain-pemain sepakbola dan klub di Inggris, serta para elit FA dan Premier League, semuanya telah mengutuk pelecehan tersebut. Mereka semua meminta perusahaan media sosial untuk berbuat lebih banyak untuk mencegah postingan yang bernuansa pesan kebencian.

“Kami mengetahui sejumlah pemain sepakbola Manchester United mengalami pelecehan di akun media sosial antara Rabu dan Sabtu pekan lalu. Tidak seorang pun boleh menjadi sasaran pelecehan seperti itu. Dan itu sangat mengecewakan tidak hanya bagi mereka yang menderita, tetapi juga bagi semua orang yang menemukan bahasa yang mengerikan ini,” ujar polisi Greater Manchester.

“Kata-kata kebencian ini tidak memiliki tempat di mana pun dalam masyarakat kita, baik secara online atau tidak. Sejumlah komentar ini telah dilaporkan kepada kami dan kami berhubungan dengan mereka yang terlibat. Terutama untuk memberikan dukungan, dan kami akan menyelidiki kejahatan ini secara menyeluruh.”

Dalam serangkaian tweet pada Sabtu (30/1) malam, Marcus Rashford mengungkapkan bahwa ia telah menjadi sasaran pelecehan. Akan tetapi ia memilih untuk tidak membagikan isinya. Ia hanya sedikit curhat dengan berkata: “Itu akan menjadi tindakan yang tidak bertanggung jawab. Saya memiliki orang-orang baik dari semua warna kulit yang menjadi follower saya, dan mereka tidak perlu membacanya.”

“Ya, saya adalah orang kulit hitam. Dan saya hidup setiap hari dengan bangga bahwa saya adalah orang ‘kulit hitam’. Tidak ada atau sama sekali nihil komentar yang akan membuat saya merasa berbeda. Jadi maaf jika Anda mencari reaksi keras, Anda tidak akan mendapatkannya di sini.”

Minggu lalu, dikutip dari The Guardian, pemerintah Inggris juga sempat mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh kulit hitam terkemuka untuk membahas masalah penyalahgunaan media sosial. Mereka diharapkan dapat mempresentasikan RUU yang berisikan tentang kerugian media sosial di hadapan parlemen tahun ini.

Menurut pemerintah, kemungkinan keputusan yang dibuat nantinya akan “meminta perusahaan teknologi untuk mengambil tindakan langsung”. Sehingga apa yang tidak dapat diterima saat di dunia nyata atau di tribun tidak dapat diterima pula secara online di media sosial.

Selain itu, Duke of Cambridge, Pangeran William –yang juga merupakan presiden FA–, mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu (31/1) lalu. Ia mengutuk pelecehan rasis dalam sepakbola sebagai hal yang tercela dan mengatakan hal semacam itu harus dihentikan.

“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan di mana pelecehan seperti itu tidak ditoleransi. Mereka yang memilih untuk menyebarkan kebencian dan perpecahan harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka. Tanggung jawab itu meluas ke platform manapun. Karena sudah begitu banyak aktivitas ini sekarang berlangsung,” pungkas adipati kerajaan Inggris tersebut.

Seminggu sebelum ramainya kasus rasisme ini, sekretaris budaya bernama Oliver Dowden, pun sempat mengadakan pembicaraan meja bundar dengan sejumlah pemain dan mantan pemain Premier League. Pembicaraan itu berisikan tentang penanganan kasus diskriminasi dan pelecehan yang sering terjadi di media sosial.

Para pemain dan mantan pemain tersebut telah menyatakan konsensus yang kuat terkait pengenalan setiap individu pengguna media sosial. Mereka menginginkan adanya proses verifikasi yang ditambahkan ke platform media sosial. Di mana, formulir ID diberikan saat mereka mendaftar akun media sosial. Tujuannya agar ketika ada kasus rasisme, pelakunya bisa dengan mudah diidentifikasi.

“Apa yang saya dengar minggu lalu sangat mengejutkan, dan peristiwa beberapa hari terakhir membuat saya tambah terkejut. Ada lebih banyak pemain membicarakan masalah ini, dan semuanya adalah polemik yang berkembang. Tidak seorang pun harus menerima pelecehan rasis sebagai harga yang harus dibayar ketika mereka tampil (baik atau buruk) di depan public,” ungkap Oliver Dowden.